Pagi itu kembali terjadi kericuhan yang tak lain tak bukan disebabkan oleh Senapati. Mahasiswa keolahragaan itu misuh-misuh karena kamar mandinya sudah dipakai Nadea duluan.
"Di belakang aja Sen!" teriaknya yang kontan membuat Sena dengan begitu terpaksa memutuskan buang pup di kali. Tapi sebelum pergi, Sena sempat menendang pintu kamar mandi yang kembali disahuti oleh Nadea, "Woo, cah gendeng!" gerutu gadis itu.
Hari ini Azkia menjalankan paketnya, sepagi itu ia sudah bersih-bersih. Menyapu seluruh rumah hingga area depan, "Rajin amat bu," celetuk Jevian sembari menatap Azkia yang fokus menyapu.
Lelaki itu duduk di bale dan masih menggunakan sarung serta kaos lengan pendek bertuliskan 'Kalau gak kamu aku gamau'. Jevian mirip bapak-bapak yang bersantai di pagi hari sembari menikmati secangkir kopi, sungguh syahdu.
"Biar di acc jadi mantunya ibu Jevian," skak Azkia yang membuat Jevian terkekeh. Serentetan gigi rapinya terlihat jelas.
"Bisa aja," sahutnya.Berbeda dengan Jevian yang tengah santai, Keivano kembali ditugaskan untuk berbelanja dengan catatan yang begitu panjang dari Nafisya. Tentunya Keivano menolak karena bukan piketnya, namun karena semua temannya tak bisa menjalankan tugas itu dan hanya dirinya yang sudah mandi lebih dulu, akhirnya ia lah yang berbelanja.
"Sayur lodeh mang," ujar Keivano pelan. Nampaknya ia kebingungan saat menatap banyaknya sayur yang ada di pick up si bapak.
"Ambil sendiri Mas," jawab si bapak sembari menimbang bawang merah milik seorang ibu.
Keivano kebingungan, ia yang notabenenya tidak pernah berbelanja pun akhirnya terdiam. Mana semua yang belanja pada ibu-ibu dan berdesakan.
"Belanja apa gak, Mas? Kalau gak minggir dulu!" semprot ibu-ibu yang tampak tidak sabaran itu.
"Pak, aku dulu! Anakku keburu nangis!" teriak wanita itu melengking. Keivano langsung istighfar, ini kalau Sena sudah ia lempar pakai sendal. Mana tubuh Keivano terdorong-dorong. Keivano mengalah, ia berjongkok agak jauh dari para ibu-ibu.
Baru setelah 35 menit berlalu, Keivano kembali mendekat ke sang penjual, "Pak saya mau sayur lodeh," ujarnya. Sang penjual nampak kaget saat melihat ekspresi nelangsa lelaki itu.
"Ya Allah, sampean iki mau durung moleh to Mas? Saya pikir sudah lhoh," ujar bapak itu yang di jawab ringisan Keivano.
Sena menikmati aksi pupnya di kali dekat sawah. Hawa sejuk menerpa wajahnya membuat Sena merasa nyaman, "Ternyata seru juga," gumamnya. Mana di dekat kakinya juga banyak ikan yang berlarian.
Suasana asri yang tak ia temui sebelumnya. Sena akui pemandangan sawah pagi hari begitu bagus, tapi berbeda 180° saat malam datang.
"Lega banget," ujarnya kembali. Sena menekuk tangannya di atas paha untuk menopang kepalanya.
"Tak sadar ku temukan,
Temukan wanita rupawan yang sadarkan
Dia seorang tiada lain tiada bukan
Hanya dia," Senapati bersenandung, ia mulai hanyut dalam lirik lagu penjaga hati sembari matanya jelalatan kesana-kemari. Diiringi suara sesuatu yang jatuh dari dirinya ke dalam air yang membuat Sena begitu lega.Di tengah aksi nyanyinya itu, mendadak ada sesuatu yang menyenggol kakinya. Senapati itu pikir itu sampah, tapi ternyata setelah dirasa dia bergerak di kaki Sena. Kontan Senapati menoleh, dan betapa kagetnya saat ia melihat sekor ular cobra yang tengah bergerak di atas air.
"Allahuakbar!" teriak Sena. Langsung berdirilah dia saat itu. Mana si ular mendadak langsung meneggakkan tubuhnya, "Anying mana nengok!" gumam Sena kesal. Masalahnya dia belum cebok juga.
"Hus, hus!" ujarnya mengusir sembari bergerak seolah menendang-nendang. Bukannya pergi, ular itu malah makin maju yang membuat Sena melompat, "Cobra setan!" teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avec Vous
Teen FictionIni tentang cerita para manusia dari berbagai latar belakang yang berbeda. Dengan sifat dan kerandoman yang tiada tara. Mereka dipertemukan dalam satu program yang diselenggarakan dari kampus mereka dalam serangkaian kegiatan kampus mengabdi bertaju...