003: Survei Lokasi

49 28 4
                                    

Setelah segala persiapan dipersiapkan, akhirnya mereka pun memutuskan untuk berangkat. Perjalanan mereka di pimpin oleh Senapati dan Nafisya, disusul oleh Azkia dan Askara, Keivano dengan dua tas ranselnya, kemudian Jevian dan Nadea, serta paling belakang adalah Abidzar. Sena dan Nafisya sebagai penunjuk jalan, dimana gadis itulah yang menggunakan google maps untuk mengarahkan Senapati. Sementara Abidzar ditugasi di paling belakang untuk memastikan semua teman mereka tak ada yang tertinggal. Dan, Keivano yang diberikan amanah membawa seluruh barang mereka yang dikumpulkan dalam dua tas besar yang ia letakkan di bagian depan dan belakangnya.

Perjalanan yang mereka lakukan cukup jauh. Dari kampus mereka membutuhkan jarak 2,5 jam yang harus mereka tempuh. Semakin memasuki desa, jalanan semakin rusak. Hal itu membuat mereka harus memelankan motornya agar tidak terjatuh. Askara berdecak pelan saat merasa ban motornya semakin berat untuk melaju. Terpaksa ia pun menepi dan menghentikan motornya.

"Kenapa Kak?" tanya Azkia heran karena Askara yang menghentikan motornya tiba-tiba.

"Kayanya ban motornya bocor, Ki," balas cowok itu pelan. Ia pun mengecek ban depan motornya. Dan benar saja, ada paku seukuran jari telunjuk orang dewasa yang tertancap disana. Menyadari salah satu rekannya berhenti, Keivano, Jevian, dan Abidzar pun menghentikan motornya juga.

"Kenapa Kak?" tanya Keivano sembari menaikkan kaca helmnya.

"Ban motornya bocor kena paku," balas Askara pelan. Jevian turut turun diikuti oleh Nadea di belakangnya. Benar kata Aska, ban motor cowok itu bocor. Dan, memang harus segera ditambal.

"Tapi disini kayanya gak ada tukang tambal ban," ujar Keivano sembari menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Saat ini mereka sedang ada di jalan yang sebelahnya penuh hamparan sawah. Jika mau putar balikpun memang rasanya cukup jauh. Apalagi mereka baru saja melewati jalanan turunan dan tanjakan dengan jurang yang agak curam, dimana itu sebagai pembatas yang jaraknya sekitar 7 km dari pemukiman warga. Di dorong dan balik pun untuk kesana juga tidak mungkin. Mereka akan kelelahan saat ada di jalan.

"Di depan mungkin ada pemukiman, tapi jaraknya lumayan," ujar Nadea pelan sembari mengecek google maps di ponselnya.

"Nafisya sama Sena udah sampai?" tanya Abidzar yang menoleh ke arah Nadea. Gadis itu mengendikkan bahu, namun tangannya dengan cepat tergerak untuk menelfon kedua temannya itu.

"Kurang tau, tapi coba deh aku hubungi Nafisya dulu," balasnya. Beberapa kali ia menghubungi, namun terhalang oleh jaringan.

"Jaringannya E, bentar dulu," ujarnya. Nafisya menepi, ia berjalan ke arah lain yang disusul oleh Jevian. Bagaimanapun, saat ini kondisinya cukup sepi. Mereka hanya takut kenapa-napa dengan rekannya itu. Tertinggal Kei, Abi, Aska dan Azkia. Tak berselang lama, Nadea kembali kepada teman-temannya dengan wajah menunjukkan kekecewaannya.

"Nafisya susah dihubungi," ujarnya, "Mungkin masih di perjalanan," sambungnya lagi memberikan dugaan.

Askara menatap temannya satu-persatu. Sebagai yang tertua, ia tentu lebih tenang dalam menyikapi masalah itu, "Kalian berangkat duluan aja, biar gue sendirian," ucapnya. Aska menatap ke arah Azkia, "Kia biar bareng sama yang lain. Biar gue yang dorong motor sendirian," ujarnya.

Azkia kontan menggeleng, ia tentu tidak akan tega meninggalkan Askara yang sudah berbaik hati padanya. Sekalipun Aska manusia yang dingin dan jarang bicara, namun Azka cukup perhatian kepadanya.

"Gini aja, Azkia biar sama Abidzar. Ntar gue titipin nih dua ransel ini ke kalian. Satunya biar Jevian yang bawa, satunya biar Abi. Gue yang akan temani Kak Aska dorong motor buat cari tambal ban terdekat dari sini. Kalian harus susul Sena biar dia enggak kebingungan. Ntar baru udah ketemu sama dia, kalian bisa susul kita nanti," ujar Keivano memberikan saran. Jevian dan Nadea mengangguk setuju. Sementara Abidzar masih terdiam, ia mencerna saran yang Keivano berikan.

Avec VousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang