004: Hunian Sederhana

46 28 7
                                    

Rumah Desa Padi, Desa Saptadwingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Desa Padi, Desa Saptadwingga.
--rumah sederhana yang mengajarkanku banyak hal yang tak ku mengerti sebelumnya. Hunian hangat dengan banyak cerita di dalamnya, ----Abidzar Aditama.

****

Setelah berurusan ke sekolah dan ke bapak kepala desa untuk meminta izin, akhirnya mereka memutuskan untuk mengecek rumah yang akan mereka tempati nanti. Abi tadi sempat menyusul anak-anak ke rumah bapak kepala desa, dan Abi menyatakan permintaan maafnya karena terlambat datang. Ia juga bilang kendala Keivano dan Aska mengenai motor Aska, "Mohon maaf Pak atas keterlambatan kami. Tadi kami sempat kesasar di kebun tebu, lalu motor salah satu rekan kami juga mogok," jelas Abidzar saat mereka baru saja masuk ke dalam rumah bapak kepala desa. Tadi Abi sempat bertanya pada warga sekitar mengenai rumah bapak kepala desa.

"Woalah, Mas. Memang di daerah itu tidak ada tambal ban, lain kali kalau Mas dan Mbaknya mau kesini jalannya beriringan ya. Jangan ada yang ninggal, untung Masnya ada yang nemanin," ujar Pak Rozi, Bapak Kepala Desa sembari menyesap kopinya, "Daerah itu memang sepi, Mas. Rawan begal juga kalau menginjak siang," jelas Bapak Kepala Desa. Seluruh mahasiswa kontan terdiam, jelas lah mereka mendadak takut mendengar itu. Sebenarnya bapak kepala desa bukan menakuti, hanya saja beliau memberikan peringatan agar mereka hati-hati.

"Pernah lho, Mas. Ada seorang gadis desa yang diperkosa kemudian dibunuh disana. Jasadnya ditemukan oleh seorang warga yang hendak ke sawah untuk mencari sayur dalam kondisi yang cukup tragis dimana jasad wanita itu ditemukan tanpa baju bawahan dan leher yang hampir putus. Kejadiannya memang sudah lama, mungkin hampir 30 tahun, tapi kata warga sampai sekarang ini arwahnya masih suka menampakkan diri. Dengar-dengar sih, dia benci sama lelaki," ujar Pak Rozi lagi. Seketika seluruh mahasiswa langsung menelan ludahnya kaku. Mereka bisa membayangkan jika sosok itu menampakkan diri di hadapan mereka. Senapati seketika merapatkan tubuhnya pada Aska, bukannya apa-apa., pria itu sangat penakut jika berkaitan dengan horor dan setan. Seluruh mahasiswa menyimak obrolan Pak Rozi dengan serius, mereka pada penasaran dengan apa yang akan pria itu katakan selanjutnya.

"Pelakunya sudah ditemukan, Pak?" tanya Nafisya.

"Belum, Mbak. Sampai sekarang masih belum, makanya kata warga kadang sosoknya masih keluyuran kalau malem," ujar Pak Rozi lagi. Pria itu menyesap kopinya, "Seringnya nampakin sambil nangis," sambungnya kembali.

"Beneran Pak?" tanya Azkia, wanita itu juga mendadak terbayang sosok tersebut. Azkia yang sejak tadi diam dan kemudian bertanya itu membuat yang lain menoleh ke arahnya. Terutama Abidzar.

"Iya, Mbak. Mungkin cari pelakunya kali ya. Makanya warga takut kalau lewat situ malem-malem. Jadinya, dari dulu sampai sekarang jalan penghubung itu juga sepi. Bahkan, penjual keliling dari desa sebelah saja tidak berani dan enggan kalau lewat sana," tutur Pak Rozi.

"Lagian siapa juga Pak yang mau jalan-jalan tengah malem," celetuk Senapati, "Mending rebahan Pak di rumah," sambungnya lagi.

"Lhah lu kan sering keluyuran malem? Napa takut setan dah?" tanya Keivano yang mendapatkan dengusan keras dari pria itu.

Avec VousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang