Right eye again?

20 8 0
                                    

"Heii!! Santai dulu santai," ucapku dalam hati.

Tak lelah setelah berjam-jam menunggu lubang kecil itu muncul kembali, aku selalu menunggunya. Namun, tak kunjung nampak seperti sebelumnya.

"Apa sihh!! Kenapa nggaada lubang kecil seperti sebelumnya? Padahal, lubang itu muncul nggak sampai selama ini dehh," kesalku.

Aku juga tak mendengar suara manusia asing lagi, aku juga sudah bisa menggerakkan jariku sekarang.

"Wahh, ini sih aneh udah.. jariku bisa bergerak? Tuhann, apakah engkau sedang mengujiku!?" Tanyaku kepada tuhan.

Berjam-jam lebih lama telah berlalu, dan lubang itu tak kunjung datang kepadaku. Aku sedikit kesal, namun aku tetap bersabar menunggu kedatangannya.

"Jika saja ngga ada lagi lubang itu, aku tak tahu harus melakukan apa selanjutnya. Tolong aku seseorang, tolong aku tuhan, tolong aku ibuu!!!" Teriakku.

Aku tak bisa mendengar suara apapun, teriakanku juga masih sama tak dapat mengeluarkan suara dari mulutku. Hanya jari dan mataku yang dapat kugerakkan. Selain itu, semua sudah kaku lesu tak berdaya seperti lumpuh dan tak berotot. Beberapa menit kemudian, aku mencoba menggerakkan jari-jari ditanganku, mencoba meraba apapun yang bisa kuraba disekitar jari-jariku.

"Gresek, gresek-gresek," seperti meraba sesuatu, namun tak bisa kurasakan dan kupikirkan apa yang sedang kuraba pada saat itu.

Bentuknya sangat aneh ketika aku memikirkannya, aku tak terbayangkan apa yang sedang kupegang dengan jari-jariku. Mencoba menenangkan diriku yang sangat ketakutan memang melelahkan. Cemas, gelisah, takut, semua rasa negatif ada didalam diriku saat ini. Aku memikirkan cara untuk dapat merasakan apa yang sedang kupegang, mencoba untuk merilekskan pikiranku, menenangkan hati dan jiwaku. Lalu akupun menutup kedua mataku yang masih bisa kugerakkan dengan normal.

"Tarik nafas, keluarkan, tarik nafas, keluarkan, tarik lagi, tahan, tahan, tahan, tahan, tahan, tetap tahan, ayok bisa yok bentar lagi mati aku dah ini mati yok, tahan, tahan," keluar dengan sendirinya dan terengah-engah.

"Hah, huh, hah, huh.. sesakkk!! Nafasku kok nggabisa ditahan lama!"

Jariku terasa sedikit ringan dengan meditasiku sebelumnya, pikiranku tenang, kedua mata perlahan kubuka sembari mengharapkan lubang kecil muncul di atas mata kananku. Gelap hitam pekat yang dapat dilihat mataku. Aku sedikit kecewa, namun aku tetap bertahan dan berusaha lebih keras lagi. Kini, aku memulai usahaku untuk merasakan apa saja yang bisa kusentuh dengan jariku.

Menggerakkan jari-jariku mulai dari jempol kanan. Atas, bawah, kanan, kiri, seluruh x dan y kuarahkan keberbagai penjuru. Kini, dengan ketenangan jiwa dan pikiran, aku bisa sedikit merasakan apa yang kusentuh, walaupun masih samar-samar dikepalaku. Ketika jempol kanan kuarahkan kebawah yang terasa sangat keras, aku mencoba menghentakkan jempolku dengan cara mengangkatnya keatas dan menerjangkannya kebawah dengan secepat yang aku bisa.

"Oy! Keras bener dah, bisa dipecahkan nggak ya? Coba dehh kali aja bisa jadi lubang," pikirku tanpa banyak perhitungan.

"Dengan segala kerendahan hati dan jiwaku, aku akan mencoba sesuatu didunia yang penuh kegelapan hitam pekat tak masuk akal ini. Tuhan, Ibu, bantu aku untuk keluar dari kekonyolan yang sedang terjadi dihidupku sekarang. Satu! Dua! Melayanglah jempol kananku!"

"Sentakkkk!!! Kre, kree, krreeeekkkk!" Aku heran dan bingung, kenapa aku tak bisa mendengar suara apapun.

Setelah aku melakukan hal yang sama dengan seluruh jari-jariku, tepat sebelum aku menghentakkan jari manis kiriku, aku merasakan sedang terjadi sesuatu ditangan kananku. Aku yang masih sedikit bisa merasakan dengan samar-samar, menebak apa yang sedang terjadi, mungkin aku menghantam sesuatu yang keras luarnya saja, namun dalamnya sangat lunak.

"Hei! Hei! Geli sekali," ucapku yang tak bisa mengeluarkan suara dari ucapanku.

Ini terasa sangat menggelikan, tangan kananku serasa kesemutan, geli, tapi sangat tak nyaman. Aku mencoba menggerakkan tanganku keberbagai arah, namun rasa tak nyaman itu masih mengikuti tangan kananku. Tiba-tiba, saat aku ingin menarik jari manis kiriku kedalam telapak tanganku, jari manisku berhenti bergerak dan sangat kaku. Ketika aku memaksanya untuk bergerak, justru semakin kaku dan pegal yang amat terasa sangat sakit, dan sakit itu menjulur hingga pergelangan tanganku. Semua jari-jari ditangan kiriku mati rasa, kaku, hingga aku tak ingin mempunyai tangan kiriku.

"Sakiiitt! Oke, aku tidak akan menggerakkan jari manis ditangan kiriku. Jika aku menggerakkannya lagi, pasti akan sampai hingga ke tubuhku. Oh! Tidak akan pernah terjadi di diriku! Tidak akan!"

Akupun berhenti menggerakkan jari manis ditangan kiriku, berharap rasa sakit itu pergi, dan memanfaatkan kesempatan tenangku untuk merilekskan diriku yang ketakutan.

"Tenang, aman aja kok. Aku, Kun Anjairo pasti bisa dengan mudah melewati rintangan ini!" Semangatku membara pada saat itu, dengan sedikit tersenyum dan menangis.

Beberapa menit kemudian..

Terasa sangat mengerikan aku memikirkan seluruh reaksi pada tubuhku dari awal kejadian aneh yang sedang aku alami. Berharap hanya mimpi, namun ini terlihat sangat jelas bahwa memang aku tak bisa mengelakkan jika yang sedang terjadi pada diriku sekarang adalah mimpi.

"Benar, ini memanglah kenyataan hidupku. Teman-teman, maafkan aku jika aku selalu berbuat tidak baik kepada kalian, semoga bir yang aku kasih dihari ulang tahunmu sudah kamu rayakan, Tretes." Teman pelautku.

Lama-kelamaan, rasa sakit itu memudar. Aku merasa senang juga merasa cemas.

"Syukurlah! Ternyata memang benar, jika aku tidak menggerakkan jari-jariku, keanehan ini pasti akan hilang perlahan-lahan."

Ketika sudah mencapai waktu dimana aku tak merasakan sakit lagi, aku memberanikan diri untuk mengulangi apa yang sudah aku lakukan sebelumnya.

"Ya, aku memang akan merasakan sakit yang dahsyat jika menggerakkan jari-jariku, tetapi aku harus mencoba lagi. Aku akan menggerakkannya kembali langsung dari jari manis ditangan kiriku."

"(... ... ... tak terjadi apa-apa), lah ringan banget, sakitnya juga nggaada, kok bisa yaa? Eh bentar deh, coba pikirin lagi kenapa ini bisa terjadi Nja.. okey, aku sebelumnya terkena laser dan sampai menembus mata kananku, tetapi aku tak berani mencobanya kembali, lalu akupun tertidur dan ketika bangun, mataku sembuh dengan sendirinya. Sekarang, aku terkena lumpuh yang dahsyat di tanganku, lalu aku berani mencobanya kembali. Lalu, aku bisa dengan mudahnya menggerakkan jari-jariku sampai bisa merasakan apa yang kusentuh. Aneh juga ya?" Teori pikiranku yang membuat senang diriku.

Setelahnya, aku mencoba untuk membuka mataku kembali yang sudah kupejamkan selama aku mencoba berbagai hal dengan jari-jariku.

"Baiklah! Saatnya Kun Anjairo beraksi! Tempuurrr!" Sambil membuka mataku kembali.

Ketika baru sedikit saja aku membuka mata, laser itu muncul kembali dan sekarang langsung menusuk mata kananku persis seperti sebelumnya. Aku yang sudah bisa merasakan, sekarang sangat kesakitan dan melihat banyak lendir seperti darah yang masuk ke mata kiriku, menutupi pandangan mata kiriku, dan akupun tertidur kembali.

Continue to the next chapter

Buat kamu yang ingin menambahkan ide di Novel ini yang berjudul "The Sailor 1Miliar Volt", bisa tinggalkan pesan dikomentar.

~Selamat melanjutkan perjalananmu dengan Anja~

The Sailor 1Miliar Volt - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang