Aku beranjak turun dari batu besar, mengikuti perkataan orang yang belum kuketahui siapa dan bagaimana sosoknya. Namun, aku mengikutinya karena aku berpikir bahwa orang ini pasti lebih tahu hutan bambu hitam daripada aku yang baru sehari berada disini.
"Aku sudah turun! Kamu dimana?" Tanyaku sambil mencari-cari keberadaannya.
"Kakek?!!" Tanyaku sambil berteriak, alih-alih mengharapkan kehadiran sosok kakek tua yang kupikirkan dan kutebak, sosok yang berbicara denganku dari tadi tak kunjung memperlihatkan wujudnya kepadaku.
Sial! Selalu begini! Kenapa aku selalu sial!!! Marah-marah sendiri sambil menendangi dedaunan bambu hitam yang berserakan ditanah.
Akupun duduk bersandar pada pohon bambu besar, sedikit memikirkan apakah itu benar orang atau bukan.
"Dug, dug, dug." Suara seperti orang menggedor-gedor pintu.
"Nak, berdirilah!" Suara yang sama.
Lalu, aku berdiri.
"Dug, dug, dug." Suaranya makin keras, sangat keras. Aku terperosot ketanah karena memutarkan badanku 360° dan terpental jatuh ketanah.
"Berdirilah, nak!
"Siapa sih!" Getakku.
"Berdirilah!" Suara itu lagi.
Muncul sosok berjubah hitam diseberang sungai. Aku langsung membuka mataku untuk melihat dan memastikan bahwa yang kulihat memang manusia.
"Hai! Hai!" Sambil melambaikan tanganku kearah sosok itu.
"Kemarilah nak!" Teriak orang diseberang sungai.
Aku langsung beranjak dari tempatku terjatuh dan berjalan menuju sebrang sungai kecil. Ketika sudah ditepi seberang sungai, sosok hitam itu hilang.
"Kemarilah nak!" Teriaknya dari tempatku terjatuh.
Eh, buset dah nih orang... Dia orang bukan sih?! Tanya diriku yang terheran-heran.
Lalu, aku kembali menyebrangi sungai kecil lagi, menuju ketempat asalku didekat bambu hitam yang kujadikan sandaran untukku beristirahat.
"Nak..." Panggil kakek kepadaku sembari menepuk-nepuk pundakku dari belakang.
"Hahiya! Astaga... Kaget aku kek..." Sambatku.
"Bhahaha... Bhaks!" Kakek tua tertawa gembira melihat reaksiku.
"Kakek orang?" Tanyaku sambil menatapi matanya.
Splash! Sebuah tamparan keras dari sosok kakek tua untuk pertama kalinya yang membuat seluruh darah ditubuhku naik drastis.
"Ya oranglah! Masa jin Tomang! Bhaks!" Jawab kakek itu sambil menampariku berulangkali.
Splash, splash, splash.
"Kek berhenti kek! Sakit kek!" Teriakku.
"Bhahaha lihat nak! Mukamu memerah! Bhaks!" Kakek itu sangat gembira melihat diriku.
"Gondrongmu memerah kek! Ini karena tamparan darimu tau..." Kesal diriku.
Pertemuan ini akan menjadi satu pertemuan yang akan membuat hidupku sekarang lebih berwarna, berkenalan dengan sosok seorang kakek-kakek dihutan bambu hitam. Walaupun sikapnya sangat konyol dan kekanak-kanakan, aku sangat gembira bisa bertemu dengannya disini. Lalu, kamipun berbincang tentang hutan bambu hitam dan saling berkenalan lebih jauh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sailor 1Miliar Volt - On Going
FantasíaPelayar muda yang sudah singgah di kota Terysia, selama sebulan tengah mengalami bencana dahsyat selama 9 hari yang menggoncangkan kota Terysia sampai hancur. Membuatnya kewalahan dalam bertahan hidup sampai datang aliran kejut listrik dengan daya d...