"Ssss! Ssss! Ssss!" Suara seperti desisan ular.
"Hell, Hell! Dengar nggak?" Bisikku kepada Hell dengan menolehkan kepalaku sedikit sambil menutupi mulut dengan telapak tanganku agar suara fokus kearah Hell.
"Hiks, hiks, aaa! Oekk! Oeekk! Hiks, hiks." Tangisan anak kecil.
"Hell?" Tanyaku lagi.
Aku yang sangat penasaran, langsung membalikkan badanku untuk melihat keadaan Hell yang berada dibelakangku. Dengan sedikit terkejut, aku melontarkan kata-kata bijak didepan Hell tanpa sengaja.
"Kranjingan! Buahadidak! Sikaaaatt! Behh kaget aku," Teriakku dengan sedikit hentakan badan kebelakang.
"Hiks, hiks, hiks," suara tangisannya Hell.
Aku mendekatinya, melihat matanya yang tertutup rambut panjang, membuka rambutnya yang menutupi wajah Hell.
"He, HeHe, Hee, Hell? Kamu baik-baik saja?" Tanyaku sembari memegangi rambutnya sambil gemetaran.
"Iya tenang aja Anja, aku baik-baik saja kok," ucapnya tak melihatku dengan matanya.
Menundukkan kepalanya sembari berjongkok didepanku,
"Hell? Kamu nggakpapa kann?" Tanyaku dengan memegangi pundaknya.
"Awas! Jangan memegangiku!" Bentak Hell kepadaku sembari melemparkan tanganku yang memegangi pundaknya.
Akupun melangkah mundur, menjauhi Hellena untuk menjaga jarakku hingga situasi membaik. Tak kunjung membaik, Hell terlihat kesakitan dengan menundukkan kepalanya sembari berjongkok. Rambut panjangnya menutupi seluruh wajahnya dan menyanyi sendiri tak jelas, membuatku kebingungan dengan situasi sekarang yang melihatnya seperti perempuan gila.
"Laa, laa, laa, silalaa.. Laa, laa, laa, kemanaa.. Laa, laa silalaa, laa," Hell terhentak dan langsung berhenti bernyanyi, lalu melanjutkan perkataan yang tidak bisa kumengerti.
"Aku rasa hidupku seperti nyanyian yang terdengar tak indah. Itu mungkin bukan nyanyian yang bagus tapi tetap mempunyai nada dan irama." Dengan nada seperti anak kecil dan sedikit meringik bahagia.
Hellena tersungkur dan membaringkan badannya dilantai hitam, dengan menekukkan kaki kirinya dan menimpanya dengan kaki kanannya.
"Wuihh! Syukurlah Hellena sudah pingsan."
"... Sebentar," ucapku dalam hati yang merasa tak enak dengan situasinya.
"Pingsan? Hellena pingsan?" Sedikit panik.
"..."
Tak bisa berkata lagi, aku mendekatinya sembari melihat keadaannya. Dia terlihat seperti sedang tertidur lelap.
"Hell! Hellena Yaiki! Hell!" Ucapku sembari menampar pipinya berkali-kali.
Tak cukup seperti itu, Hellena tak bisa kubangunkan, aku mulai berpikir negatif dan merasakan akan ada kejadian tak menyenangkan terjadi kepadaku dan Hellena. Ketika aku mencoba menyinari matanya dengan cahaya yang ada dimata kananku, Hellena juga tak kunjung sadar.
"Zing,zing, zing!" Tak kunjung sadar.
"Hell! Sadar Hell! Jangan sampai kamu kembali menuju keadaan semula Hell!" Teriakku mengarah tepat ke telinga Hellena.Aku mengkhawatirkan dirinya kembali kesituasi sulit yang sebelumnya dia alami, aku tak ingin itu terjadi. Berusaha sekuat yang aku bisa untuk menyadarkannya.
"Pok! Pokk! Pok!" Menendang-nendang pantat Hellena dengan kaki kananku.
Hellena belum sadar juga, membuatku tambah khawatir. Aku mencoba berusaha lagi sekuat tenaga yang tersisa ditubuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sailor 1Miliar Volt - On Going
FantasyPelayar muda yang sudah singgah di kota Terysia, selama sebulan tengah mengalami bencana dahsyat selama 9 hari yang menggoncangkan kota Terysia sampai hancur. Membuatnya kewalahan dalam bertahan hidup sampai datang aliran kejut listrik dengan daya d...