Kakek-kakek? Ada kakek-kakek? Yang benar saja, hahaha! Batinku sambil ketawa-ketawa mengetahui kalau dihutan bambu hitam juga ada sosok kakek-kakek.
"Roooaaarrr!" Aumannya menjadi semakin jelas.
Akupun mendekati sosok kakek diatas batu besar, namun langkahku terasa sangat jauh. Sudah hampir bermenit-menit aku melangkah, namun masih juga terlihat jauh.
Fiuhh, capeknyaaa.
"Hoi! Hallo!" Teriakku memanggil sosok diatas batu besar yang berada didepanku dan masih terlihat sangat jauh.
Cih, sombong sekali jadi kakek tua sih! Kesalku dalam hati.
Aku bergegas menuju batu besar, semakin mendekati sosok kakek tua yang kulihat sebelumnya.
"Slarakk!" Aku kepeleset.
Aduh! Sambil berusaha berdiri.
Aku melihat batu besar diseberang sana, membuatku kebingungan karena tak melihat sosok kakek yang kulihat sebelumnya. Namun, aku masih berjalan menuju ketempat itu dengan penuh rasa penasaran. Kakek yang kulihat seperti sosok yang membuatku bisa menceritakan kejadian-kejadian yang sebelumnya kualami, dan aku mungkin bisa mendapatkan petunjuk dari sosok kakek yang kulihat.
Tap, tap, tap. Suara langkah kakiku ketika berlari menuju ketempat itu.
Bermacam-macam suara hewan dan suara yang kurang kukenal banyak terdengar ditelingaku. Membuatku makin antusias untuk menjelajahi hutan bambu hitam, sampai lelahku menjadi semangatku karena keingintahuanku yang amat besar. Mulai dari suara dengan frekuensi yang rendah sampai tinggipun ada. Banyak sekali jenis suara yang pernah kudengar ketika aku sedang berlayar mengarungi lautan bersama teman-temanku.
"Tap, tap, tap... Jadi teringat waktu aku berlayar bersama kapten, tepat seminggu sebelum kami berhenti dikota Terysia. Waktu itu, aku sedang menyantap makanan, lalu kapten memanggilku.
"Nja! Nja! Sini cepat!" Panggil kapten kepadaku yang sedang menyantap makanan kesukaanku.
Akupun langsung bergegas meninggalkan makananku dan kuletakkan dilantai kapal, lalu aku berlari menuju tempat kapten berada.
"Ada apa capt? Tanyaku.
"Coba kamu dengarkan dengan jelas, pinta kapten kepadaku.
"... ... ..." Tak mendengarkan apapun.
"Dengar nggak?" Tanya kapten kepadaku.
"Dengar apa capt? Aku nggak dengar apa-apa." Jawabku dengan rasa heran kepada kapten yang terlihat aneh tak seperti biasanya.
"Coba fokuslah, dengarkan dengan baik, gunakan telingamu Nja." Ucapnya sambil mendorong punggungku agar aku berada ditepi kapal.
"Suara aneh mulai bermunculan, 'bip, bip, bip', 'clek, clek, clek', dan berbagai macam suara lainnya yang masih samar-samar telah kudengarkan dengan jelas capt." Ucapku kepada kapten yang berada disampingku.
"Tuhkan, aku juga belum mengetahui dengan pasti suara apa yang kita dengarkan ini Nja!" Jelasnya kepadaku.
"Iya capt, gimana kalau aku coba lihat, menyelami lautan untuk mencoba memperhatikan makhluk hidup dibawah kapal kita?" Ucapku.
Lalu kapten menyuruhku untuk menghabiskan makananku yang masih tersisa. Akupun langsung menghabiskan makananku dengan satu lahapan, lalu bersiap-siap untuk pergi menyelami lautan disekitar bawah kapalku.
"Jika terjadi apa-apa denganku, tolong jaga Hell ya capt." Pinta diriku kepada kapten.
"Tenang saja, Hell aman berada disini. Kamu juga harus kembali dengan selamat!" Jawabnya sambil menepuk-nepuk pundakku.
"Hehe, baik capt makasih!"
Aku yang sudah bersiap-siap, sebelum berangkat tak lupa untuk melihat Hell yang tertidur.
Hell, aku akan melakukan tugas dari kapten yang aneh, kamu cepat bangun yaa! Kalau kamu bangun dan bukan aku yang pertama kali kamu lihat, tolong jangan sampai kamu kira aku tak terus bersamamu. Ungkapku dalam hati sembari mengelus-elus dahi Hell yang sedang tertidur.
Setelah itu, aku langsung terjun kedalam laut sendirian.
Plung!
Masih nampak sangat indah lautan yang sedang kuselami, membuatku sedikit senang dengan pemandangan yang kulihat. Banyak hewan-hewan lautan yang berbentuk aneh, lalu aku melanjutkan misiku menyelami lautan dibawah kapal layarku. Beberapa saat kemudian, aku melihat ada sesuatu yang terlihat sangatlah langka dihidupku yang sudah lama menjalani perjalanan dilautan. Bentuknya bulat, besar, dan berwarna biru tua. Sangat mencuri perhatianku dan akupun langsung bergegas pergi untuk mendekatinya. Sesampainya ditempat yang kutuju, hewan berbentuk bulat yang sebelumnya kulihat, sekarang nampak sangat jelas didepan mataku. Aku langsung mengambil kamera laut untuk menangkap penampakan asing yang kulihat.
Cekrek! Cekrek, cekrek! Bunyi tangkapan kameraku.
Setelah itupun aku berenang keatas untuk kembali kekapal.
"Slurug, slurug. Capt! Capt!" Teriakku sambil mengangkat kamera ditanganku.
"Gimana Nja? Ketahuan suara apa?" Tanya Kapten kepadaku.
"Ini capt, lihat sosok yang kutangkap gambarnya dikamera kita!" Sambil mengeluarkan kamera dari pakaianku.
"Mana? Oh ini ternyata makhluknya... Boleh juga kamu yaa!" Sambil terlihat tidak senang dengan hasil yang kudapatkan.
"Eh, maaf capt... Itu kesalahan teknis, hehe." Jawabku.
"Makhluknya bagus juga ya Nja!" Ucapnya.
"Maaf capt, aku keasyikan melihat pemandangan didalam laut." Jawabku.
"Coba lihat yang makhluk lain." Menyusuri gambar yang sudah kutangkap dengan kamera lautku.
"Ohh ini juga makhluk yang mengeluarkan suara aneh... Kamu kerjanya bagus banget Anja!" Ucap kapten yang kesal kepadaku.
"Maaf kapten, aku tidak sengaja." Jelasku.
"Bentuknya bagus juga yaa makhluk yang belum pernah kita ketahui suaranya, bagus Nja!... Gaji kamu dipotong 30%!" Jelas kapten kepadaku.
"Capt, maaf... Aku tidak bermaksud begitu.
"Maaf ketidaktelitianku atas pekerjaan yang kapten berikan." Selalu meminta maaf kepada kapten.
"Uhuk! Uhuk!... Nggakpapa Nja, bulan ini gajimu kupotong 30%, dan gaji yang terpotong akan kuberikan kepada Hell." Ucap kapten kepadaku.
"Baiklah, makasih capt udah kasih Hell juga." Jawabku dengan merasa bersalah.
Dari saat itu sampai sekarang kuterjebak didunia yang penuh dengan misteri, aku masih belum mengetahui suara yang kapten maksud dan menyuruhku mencari tahu informasi tentang apa yang ada dibalik suara itu. Kini, suara yang masih terdengar asing di telingaku, terdengar jelas (bip', clek'.) disaat aku berada dihutan bambu hitam.
Mengetahui sosok kakek tua yang sebelumnya kulihat sudah tak menampakkan dirinya lagi, akupun tak ambil pusing untuk mencari sosok kakek tua itu. Aku lebih memilih menyusuri hutan bambu hitam sembari membuat petaku sendiri. Mengumpulkan dedaunan bambu yang berserakan, menggunakan bambu hitam, membuatnya menjadi flat dengan sedikit luas, dan mulai mengarsir peta hutan bambu hitam versiku sendiri. Arsiran peta dimulai dari (Tiksa) yang sudah kutancapkan tanda tempat sebagai tanda bahwa tempat itulah menjadi saksi pertama kalinya aku terjun kedalam hutan bambu hitam. Lalu, membuat tanda-tanda lainnya untuk memudahkanku mencari apa yang ingin kucari jika aku harus berbalik arah. Seperti, kumpulan bambu hitam yang sangat keras berada didekat batu besar yang sebelumnya, terdapat sosok kakek tua diatas batu yang sedang kupijakkan. Disinilah, dihutan bambu hitam membuat hidupku yang sangat suram menjadi penuh rasa keingintahuan dan semangat yang membakar jiwa dan ragaku.
Continue to the next chapter
Buat kamu yang ingin menambahkan ide di Novel ini yang berjudul "The Sailor 1Miliar Volt", bisa tinggalkan pesan dikomentar.
~Selamat melanjutkan perjalananmu dengan Anja~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sailor 1Miliar Volt - On Going
FantasyPelayar muda yang sudah singgah di kota Terysia, selama sebulan tengah mengalami bencana dahsyat selama 9 hari yang menggoncangkan kota Terysia sampai hancur. Membuatnya kewalahan dalam bertahan hidup sampai datang aliran kejut listrik dengan daya d...