Chapter 4 [berujung penyesalan]

44 42 0
                                    

Happy reading guys
________

Happy reading guys________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Trringg

Bunyi alarm mengagetkan Desta dari mimpinya yang indah, dia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum bangun meregangkan otot tubuhnya yang kaku sembari menguap.

Badanya terasa pegal saat dua hari yang lalu penutupan PKKMB, mereka didudukan dari pukul delapan pagi sampai enam sore. Bayangkan, mereka tidak diperbolehkan meninggalkan kursi sampai selama itu.

Desta meraih ponsel yang ia taruh di atas meja, menyalakan dan melihat sekilas jam yang tertera, matanya terbelalak.

Hari ini untuk pertama kalinya Desta resmi menjadi mahasiswi baru jurusan psikolog yang selama ini dia dambakan. Karena terlalu bersemangat, dia sampai salah menyetel alarm ke jam tiga pagi. Desta menepuk jidatnya kuat, lantas kembali berbaring dengan rasa kantuk yang masih menguasai sejak tadi.

"Hodob banget gue, pantesan jomblo sejak dini."

Tangannya tak berhenti menggulir tiktok, menyaksikan video-video yang mulai menghilangkan rasa kantuknya. Tawa Desta pecah kala video lucu tak sengaja melewati berandanya, kadang dia juga menangis menyaksikan video kucing kelaparan.

Walaupun matanya kembali terasa berat, Desta terus memaksakan. Masalah jika dia terlelap lagi, bisa-bisa ia bangun kesiangan.

Namun nyatanya, dia tidak mampu menahan bertanya kelopak mata yang perlahan menutup. Kadang, diri sendiri tidak mau diajak bekerja sama.

"Des, Desta. DESTAAAAA."

"Aarghh... Bisa gak sih jangan teriak-teriak, tuli gue lama-lama," Desta bangkit dari tidurnya, dia menggeronyotkan bibir sembari mengacak-acak selimut. Satu pukulan berhasil membuat sebagian nyawa gadis itu kembali, Desta mengusap-usap lengannya yang berubah memerah akibat pukulan dari Kyra.

"L I A T JAM," tutur Kyra penuh penekanan, gadis itu berdecak sebal.

"Hah?"

Desta segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur, bola matanya seakan bisa terlepas saat mengetahui sudah pukul tujuh lewat sebelas pagi, sedangkan kelasnya akan di mulai pukul delapan tepat.

Tanpa banyak bacot, Desta melompat keluar dari selimut dan bergegas lari ke kamar mandi. Tak sampai tiga menit, Desta sudah berada di luar dengan handuk yang membalut tubuhnya yang basah.

Dringg

Ponsel Kyra bergetar di atas meja makan dengan nama 'jangan di angkat' yang tertera, itu adalah Putra kakaknya sendiri. Adik laknat.

Kyra berlari kecil sebelum menerima panggilan. "Halo, ada apa kak?"

Seseorang di seberang sana mulai mengatakan maksudnya.

"Ra, tolong print file yang kakak kirim itu."

"Yang mana?"

Kyra mengalihkan panggilan, dia mulai mengecek pesan sembari mendudukkan diri.

"Buka WA, udah kakak kirim."

"Oh iya ada."

"Bawa ke kelas kakak yah pagi ini sebelum jam sembilan."

Kyra mengerutkan dahi, pagi ini dia ada mata kuliah dari dosen yang terkenal killer; kata teman-temannya di grup kelas. Dia tidak ingin kena masalah, apalagi dosen itu katanya sangat membenci mahasiswa yang telat masuk walaupun hanya sedetik saja.

"Kakak ke kelas aku aja kak, aku gak mau telat di mata kuliah ini soalnya dosennya killer."

"Tau dari mana?"

"Teman-teman aku, mereka yang bilang. Itu loh kak, pak Tiko."

Ya, dosen itu memang sangatlah ditakuti oleh mahasiswa. Apalagi mahasiswa tingkat akhir yang mendapatkan pembimbing seperti pak Tiko, sudah tidak ada harapan untuk lulus tepat waktu. Beliau banyak maunya, pokoknya semua harus sempurna sesuai dengan apa yang dia inginkan. Lembaran demi lembaran yang di serahkan, pasti selalu memenuhi tempat sampah, atau bisa saja dijadikan bungkusan nasi.

Tidak ada tanggapan selama beberapa detik dari Putra saat Kyra menyebutkan nama dosen tersebut. Putra mulai berdehem setelahnya.

"Yaudah, kakak yang ambil aja."

"Oke kak! Aku kelas E3 yah."

"Hmm."

Telpon pun diputus secara sepihak oleh Putra, Kyra memandang layar ponselnya kemudian melangkahkan kaki ke printer sebelah pojok kanan. Apakah sempat menyelesaikan semua ini? Sedangkan dia harus segera pergi mengingat jarak kampus dengan indekost yang cukup jauh.

Di lain sisi, Desta telah siap dengan rapi dan cantik di kamarnya. Dia terus memutar tubuhnya di depan cermin besar, mengagumi kecantikannya sendiri yang seakan memancar.

Ting

Desta melirik ponselnya yang menyala menandakan pesan masuk. Ternyata grup kelasnya sedang heboh sedari tadi, dia baru membacanya.

Ternyata, mata kuliah pertama kosong sampai pukul sepuluh nanti. Bukanya senang, Desta malah menggerutu kesal, pasalnya dia sudah bersiap-siap segitu cepatnya sampai tenaganya terkuras habis gara-gara kecepatan kilat yang dia lakukan karena takut terlambat.

"Sialan! Tau begitu gue balik tidur aja tadi nyet," umpat Desta.

Sudah berpenampilan rapi, mau naik ke tempat tidur sekarang rugi tau. Semangat Desta menghilang mengikuti embusan angin sejuk pagi, dia memutar kenop pintu menuju ke ruang tamu dengan lemas.

Nanarnya melihat Kyra yang tengah sibuk didepan laptop, entah apa yang dia lakukan.

"Ngapain lo?"

Tanpa tersenyum sedikitpun, Kyra berbalik menatap Desta dengan datar. "Jungkir balik, njing! Lo gak liat apa gue lagi ngapain, bikin darting aja."

"Yee, gue tanya aja pesek."

"Bantuin gue ngeprint tugasnya kak Putra dulu Des, baru berangkat," Desta mengambil tempat di samping Kyra yang masih berkutik pada laptop.

"Bukannya lo ada mata kuliah pagi ini kan?"

Kira menoleh. "Iya, tapi mau gimana lagi," dia kembali ke layar laptop.

"Lo pergi aja, biar gue yang ngeprint. Kebetulan mata kuliah pagi lagi kosong jadi gue free sampai jam sepuluh."

Awan yang mendung akhirnya tercerahkan juga, Kyra mengucap syukur karena dia tidak akan jadi dihukum. Desta bagai penyelamatnya hari ini.

"Beneran! Minta tolong ya Desta, gue harus pergi sekarang....," dengan tergesa-gesa Kyra menarik tas dan mengambil kunci motor yang digantung.

"....Oh iya, sekalian di antar ke kelas kak Putra, lantai dua gedung C kelas A5," belum sempat tangan Desta menyentuh keyboard, jantungnya sudah di buat jedag-jedug karena dia akan bertemu dengan Presma itu. Menawarkan diri adalah pilihan yang salah, Desta segera berlari menyusul Kyra yang sudah berada di atas motor.

"KYRA... GUE GAK MAU NGENTERIN," Desta terduduk tak percaya, Kyra lebih dulu meninggalkannya walaupun dia yakin seratus persen kalau gadis itu mendengar teriakannya.

"Gimana ini? Gue gak mau ketemu dia, pokoknya gak mau!"

Nampak jelas raut wajah panik Desta, pasalnya dia yang berseru duluan tidak ingin bertemu dengan Presma itu saat pertemuan di indoApril. Desta memang kala itu tidak mengetahui kalau dia adalah Presma di kampus tersebut, mau bagaimana lagi, dia merasa malu. Apalagi saat Putra menatap dan berucap dengan seringai, seakan menginjak-injak.

_____tbc_____

Ubur-ubur Cinta [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang