Chapter 10 [Pink eonni]

38 32 1
                                    

Happy reading
________

"Modus terbaru meminta nomor ala Putra Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Modus terbaru meminta nomor ala Putra Mahendra."

Putra sudah siap. Hanya memakai kaos putih lengan pendek ditambah celana kain hitam dan jaket sebagai pelengkap karena dia akan mengendarai motor.

Melihat Desta terpatri didepannya dengan rambut yang sengaja dibiarkan tergerai, aroma fresh parfum Desta menyeruak masuk menusuk ke dalam hatinya. Rasanya berbeda dari biasanya.

Cantik. Kata itu yang terlintas dalam pikiran Putra. "Udah siap?"

Desta mengangguk. "Udah kak."

Putra meraih kunci motor milik pak Edan di atas meja, sempat mencuri pandang ke arah Desta sebelum akhirnya melangkah melewati bingkai pintu, Desta ikut mengekor di belakang Putra. Berpakaian senada tanpa adanya janji, mereka berdua seperti sepasang kekasih saja.

"Pakai helmnya dulu," Putra menyodorkan helm pink polos kepada Desta.

Gadis itu menerimanya tanpa ingin membalas tatapan Putra yang sedari tadi tak pernah ia alihkan. Sialan, kenapa pengaitnya gak mau lepas sih!

Desta masih setia berdiri, berusaha melepaskan pengait helm yang tengah memancing emosinya, susah sekali. Putra yang menyadari tak ada tanda-tanda pergerakan dari Desta di belakangnya setelah ia melempar tatap kedepan, akhirnya berbalik lagi menatap Desta yang tengah kesulitan.

Desta menyadari jikalau Putra sedang melihat ke arahnya, dia jadi tidak enak hati membuat Putra menunggu sedikit lebih lama.

"Bentar kak, susah banget ini."

"Sini biar gue aja."

Helm yang ada di tangan Desta dengan cepat beralih ke tangan Putra, pipi Desta memanas saat pemuda itu sudah berada tepat di hadapannya. Jarak keduanya terlampau dekat membuat jantung Desta terus berpacu. Reflek Desta menahan napas.

"Gini aja lo gak bisa..." Putra membukukan badanya sedikit menyesuaikan tinggi Desta, dipakaikan lah helm itu perlahan pada gadis yang saat ini terdiam membisu.

Putra terus menyusuri setiap inci wajah malu Desta tanpa tertinggal sedikitpun, sementara Desta enggan untuk menatap balik, yang bisa dia lakukan hanyalah menundukkan pandangan.

Embusan napas Putra bisa Desta rasakan, pijakannya seakan kaku. Udah kak Putra, jangan kayak gini, bisa mati gue!

"Ayo."

Akhirnya Desta bisa bernapas lega kala Putra telah berada di atas motor. "Fyuh~ pake aba-aba dulu lah." Gumamnya.

Semuanya sudah siap; hatinya aja yang belum siap. Tinggal gas aja, namun tujuan mereka akan kemana? Belum sempat juga didiskusikan.

"Eh kita mau ke mana dulu?" Baru saja terpikirkan oleh Desta, bukannya dia yang akan mengajak Putra jalan-jalan sekitaran Bandung? Mengapa dia bertanya.

Ubur-ubur Cinta [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang