Chapter 24 [coklat manis dan gulungan kertas]

15 17 0
                                    

"Untuk gadis dengan senyuman semanis coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk gadis dengan senyuman semanis coklat."
______________________


Embun menghiasi rerumputan pagi itu, cuaca cerah menggambarkan suasana hati gadis cantik yang tengah berdiri di depan gerbang kampus sambil memandang tulisan Universitas Aksara.

"Akhirnya gue bisa bernapas lega karena si nenek sihir itu udah gak ganggu gue lagi," ujar Desta.

Ia menarik napas dalam kemudian berlari masuk sambil meregangkan tangan, sesekali dia berputar diikuti tawa kecil. Desta tidak peduli dengan pandangan orang-orang kepadanya, dia tetap melanjutkan.

Bulu kuduk Desta tiba-tiba saja berdiri, ia merasa sedang di perhatikan. Desta berkelana dan mendapati Putra yang entah sudah berapa lama tengah memperhatikannya. Semenjak Sofia diskorsing Desta merasa sangat diperhatikan oleh cowok itu. Sejujurnya Desta tidak suka diperlakukan seperti ini. Namun sedikit demi sedikit Desta mulai merasa nyaman bersama Putra.

Desta menghampiri Putra, menyapa cowok itu sembari tersenyum manis. "Pagi kak."

"Pagi, ada kelas?"

"Ada, kak Putra juga ada? Biasanya yang semester akhir kuliahnya siang bukan?"

"Iya kuliahnya siang, tapi pagi ini jadwal konsul proposal."

"Ohh gitu."

"Nanti mau pulang bareng?" Tanya Putra.

Desta menatap antusias. "Boleh kak," jawab gadis itu.

"Oke," Putra mengusap lembut puncak kepala Desta. "Semangat cantik."

Wajah Desta seketika merona. Ia memalingkan wajahnya cepat lalu pergi meninggalkan Putra dengan jantung yang berdebar dibuatnya. Sedangkan Putra, cowok itu tersenyum puas melihat tingkah Desta yang menurutnya sangat menggemaskan.

******


"Menurut lo Bian sama Putra udah baikan belum ya?" Tanya Aidan.

Zen yang saat itu ingin menggigit roti lapis langsung terhenti dengan pertanyaan dari Aidan. "Menurut gue kayaknya belum, soalnya lo nggak liat malam itu mereka nggak saling ngomong."

Cowok itu menjentikkan jarinya, "benar banget," ucap Aidan.

"Gimana ya biar mereka bisa baikan lagi?"

"Kita perlu bantu deh saran gue."

"Gue setuju."

Desta mengeluarkan ponsel yang bergetar di dalam saku baju. Terpajang jelas notifikasi dari ibu Wendi si dosen killer yang tengah menyuruhnya agar cepat membawa setumpuk kertas itu ke mejanya sesegera mungkin. Ah, ibu Wendi nggak liat apa Desta sudah kesusahan membawa banyak sekali kertas yang ia perintahkan.

Ubur-ubur Cinta [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang