Happy reading
_______________
Cahaya remang-remang di pojok sana. Duduk pemuda tampan yang sama sekali tidak mengalihkan atensi dari layar laptop, sesekali dia menguap. Tiga puluh menit sudah berlalu sejak dia mendudukkan diri, pegal rasanya, namun proposal pengajuan harus dia selesaikan hari ini.
"Biar gua aja Put," pintu ruangan terbuka lebar membuat Putra sedikit kaget karena terlalu fokus. Dia melirik dan mendapati Bian yang tengah menarik kursi ke sisinya.
Putra Mahendra, nama pemuda tampan yang sudah cukup lama berkutat pada laptopnya. Dia adalah Presma yang dipilih langsung oleh seluruh mahasiswa yang telah menjalankan amanatnya sejak dua bulan yang lalu. Sedangkan Biantara Rahandika adalah Wapresma sekaligus sahabat Putra yang sekarang sedang berancang-ancang merebut laptop dari tangan pemuda itu.
"Udah mau selesai, lo kerjain yang lain aja," Putra kembali berkutik pada laptopnya. Bian tidak tega melihat Presma sekaligus sahabatnya ini yang sedari kemarin sibuk mengurusi kegiatan kampus, ditambah kantung mata yang hampir menjadi hitam melekat pada kulit putihnya membuat Bian tidak tahan.
"Urusan yang lain udah kelar tadi, sekarang lu istirahat aja sana," tangannya lemas karena sedari tadi asupan nutrisi tak ada satupun yang masuk, Putra tak bisa mengerahkan tenaga saat laptopnya di ambil paksa oleh Bian, dia menghela napas.
Ternyata semudah itu merebut laptop dari si Putra, tau begitu Bian tak perlu memasang kuda-kuda. Tangannya perlahan menari di atas keyboard.
"Lu pengen sakit di akhir semester ini, dan nanti telat ikut penyusunan skripsi?" Pemuda berkulit sawo matang itu berhasil membuat Putra terdiam, dia sudah berada di semester akhir dan sekarang sedang menyusun judul skripsi. Apalah daya jika ia terus memaksa dengan kondisi tubuh yang tidaklah baik, bisa-bisa ia hanya akan menjadi beban bagi orang-orang terdekatnya saja.
"Tolong yah, gua keluar bentar," Putra menepuk pundak milik Bian sebelum melangkah pergi dengan badan yang sulit digerakkan. "Cari makan Putra, jangan keluar cari cewek," canda Bian berhasil membuat sudut bibir Putra naik, ia terkekeh.
"Gua mau cari dua-duanya."
Bian tersentak dengan balasan Putra hingga jarinya tak sengaja menekan huruf lain. "Lo gak cari pun, cewek-cewek itu udah pada antri di depan lo tanpa susah payah," kali ini pemuda itu tertawa ringan sebelum membuka kembali pintu ruangan sedikit lebar.
"Bukan mereka yang gua cari," pintu tertutup sepenuhnya dengan aroma Putra yang perlahan memudar. Netra Bian menatap kembali ke layar laptop setelah indra pendengarannya tak lagi menangkap suara langkah Putra yang benar-benar sudah menghilang.
"Semoga lu bisa ketemu sama cewek yang lu cari selama ini Putra," gumam Bian.
********
Entah kenapa, hari ini panasnya matahari seakan bisa membakar kulit hingga hangus. Kedua gadis di pelataran rumah indekost memegang koper besar masing-masing satu, bersiap lari saat taxi melaju.
"Panas banget yah, " ucap Kyra sesaat keduanya tiba didepan kamar mereka, Desta segera merogoh kunci kost yang ia taruh di saku celana. Daun pintu Desta putar menampakan ruangan yang masih amburadul karena keduanya baru saja pindah.
Koper mereka letakan di sisi ruangan, menyusul tubuh keduanya yang langsung akrab dengan sofa tanpa memperdulikan barang-barang yang belum tertata rapi. Desta meregangkan otot-ototnya.
Netranya menatap langit-langit ruangan. Suara kekehan Kyra membuat Desta bangkit dan menatap sahabatnya yang sibuk dengan ponsel sambil senyum-senyum tak jelas.
"Lama-lama gak waras beneran lo," Kyra meringis kala tangan Desta mendarat tepat di pipinya.
"Aduh! Apaan sih."
"Lagian liat apa sih sampai senyum-senyum kayak gitu," Desta kembali berbaring.
"Ada deh, kepo yah..."
"Dih! Mending beli ice cream," bukan ide yang buruk saat Desta melontarkan dengan asal-asalan. Keduanya seakan bisa bertelepati, dengan segera bangkit dan melakukan suit secara spontan. Siapa yang kalah dia yang pergi membeli ice cream.
Benar-benar panas saat meninggalkan kostan, seakan matahari berada dekat di kepalanya, ditambah asap kendaraan yang menerpa, Desta mendengus kesal. Dia yang memberi ide, dia juga yang harus keluar beli saat kalah melakukan suit.
"Jauh juga indoAprilnya," celetuk Desta.
Gadis bersurai hitam legam itu mempercepat langkahnya sambil mengamati sekitar, seperti ada yang mengganjal. Desta terus terhanyut dalam pikirannya, sampai akhirnya telah sampai di depan indoApril. Desta mendorong pintu lalu menuju tempat ice cream berada. Dipilihnya satu-satu dengan serius sembari mengingat pesanan Kyra.
Desta begitu lama memilih karena ice cream yang dia inginkan telah habis, jadi dia ganti dengan yang lain, asalkan cokelat dan dingin. Ia meraih dan menuju meja kasir untuk melakukan pembayaran.
"Semuanya dua puluh lima ribu kak," ucap salah satu kasir seraya menyerahkan kresek ke arah Desta. Gadis itu menyambut dan merogoh dompet yang ia taruh di saku. Namun, dia tidak merasakan dompetnya, Desta terus meraba-raba.
"Bentar kak," kresek itu dia letakan kembali di atas meja pembayaran, berusaha sekali lagi berharap dompetnya ketemu. Antrian yang begitu banyak menunggu, terus mengoceh ke arah Desta yang sedang kebingungan.
Ditengah keributan dan antrian yang megular di balik punggung Desta, seorang pemuda menarik langkah menuju kasir pembayaran, semua mata tertuju padanya. "Sekalian dengan ini," dia meraih kresek Desta yang ada di atas meja. Sang gadis hanya terdiam.
"Semuanya delapan puluh enam ribu kak," Desta menatap pemuda di sampingnya yang mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dan memberikannya ke arah kasir, sempat melirik Desta sekilas sebelum pergi meninggalkannya yang masih mematung.
Desta segera menyambar kresek kemudian berlari menyusul pemuda itu sebelum dia meninggalkan parkiran.
"Tunggu!"Teriak Desta dengan kencang, tak punya pilihan lain, sang pemuda hanya bisa duduk di atas jok motor menatap ke arah Desta yang tengah berlari kearahnya. Langkah kecil Desta tak mampu menyamai dengan pemuda bertubuh kekar itu, dia sampai ngos-ngosan.
"Makasih," ucap Desta yang sudah berada di hadapannya.
"Ya," jawabnya singkat. Netra mereka saling bertemu sebelum pemuda berparas tampan itu pergi meninggalkan pekarangan dan Desta yang masih mematung.
"Apaan sih jutek banget," ujar Desta mengiring kepergiannya. "SEMOGA KITA GAK BERTEMU LAGI," teriak Desta sebelum motor pemuda itu benar-benar jauh.
Hanya tatapan dingin dari balik kaca spion motor, mengintip gadis yang baru saja meneriakinya.
_____Tbc____
Terimakasih sudah mampir teman-teman jangan lupa tinggalkan jejaknya, salam sayang dan cinta dari author phyra🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
Ubur-ubur Cinta [Terbit]
RomanceVersi lengkapnya ada di novel yaa teman-teman ❗Open PO 13-14 Januari 2024❗ Pemesan bisa cek ig @teorikatapublishing dan @tzuphyra_ Sebuah kisah tentang Desta dan Putra. Mereka pikir semua berawal dari Putra disengat ubur-ubur, namun semuanya salah...