People Come and Go, That's Life

2K 192 45
                                    

A/n : Ini dari cover sangat anak-anak dan ramah anak, pun dengan judul. Tapi... sebenarnya, kadang-kadang di beberapa part enggak sama sekali ramah anak-anak. Huhuhuhuhu, hehe 😬

Ah iya, AU The Djatmikos kemarin anggap enggak ada ya guys, karena aku unpub juga, dan... soalnya.... (lanjut part 2)

👶💨👶




Azizi adalah orang sibuk di hari kerja. Ia hampir tak pernah mendapati anak-anaknya di hari-hari padat itu. Karena pagi-pagi sekali sebelun anak-anak bangun, ia sudah pergi bekerja dan malam ketika ia pulang anak-anaknya sudah tertidur.

Maka, ia mempunyai perjanjian kepada dirinya sendiri untuk meluangkan satu hari dalam seminggu hanya untuk meluangkan waktunya bersama sang istri dan kedua anaknya. Tak boleh ada pekerjaan atau orang lain yang mengganggu.

Seharusnya hari ini ia berencana untuk membawa kedua anaknya pergi keluar untuk bermain, sayang sekali, si bungsu demam dan sedang rewel-rewelnya tak ingin lepas sekalipun dari gendongan sang mama, alhasil ia membatalkan semua rencana itu.

Sekarang, Azizi berdiri di samping pintu kamar putrinya, menatap Marsha yang sedang berdiri menggendong Michie yang sedang berusaha ditidurkan, setelah semalaman tak tidur sama sekali. Azizi masih diam, menatap keintiman mereka berdua. Barulah setelah Michie—yang sudah berusia tiga belas bulan pada minggu lalu terlelap juga, Marsha berjalan mendekati Baby crib dan meletakannya dengan amat pelan sekali serta hati-hati.

Kelihatan sekali Marsha mengembuskan napas panjang ketika Michie betulan terlelap dan tak merengek lagi.

Azizi berjalan kemudian memeluk istrinya dari belakang, mencium aroma tubuh istrinya yang masih berwangi lembut susu dan tetap sehangat bunga di musim semi yang hangat.

"Tebak, aku melewatkan apa?"

"Apa? Hn?" Tanya Azizi berbisik, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Marsha.

"Mandi."

"Oh... jadi, apa itu artinya?"

"Aku belum mandi dan bau keringat."

"Oke. Lalu?"

"Apa hidungmu enggak terganggu dengan bau badanku?"

Azizi mengendus, kemudian menggeleng. "Enggak."

Memangnya kenapa dengan aroma tubuh?

Azizi sudah tujuh tahun hidup dan menikahi Marsha, ia pernah melewati semua aroma yang berbeda dari tubuh istrinya. Dari parfum manis beraroma strawberry, parfum termahal yang bikin geleng-geleng kepala dengar harganya, aroma minyak angin ketika ia tak enak badan, aroma minyak telon ketika ia sudah jadi ibu, bau apek khas orang sakit ketika ia hanya bisa terbaring di kamar—semuanya.

"Aku butuh mandi. Miki di mana?"

"Lagi mam puding, aku deketin terus dia bilang, aku udah besal bapa... nda mau thama bapa... huh, anak itu. Minggu ini anak-anak lagi alergi banget kayaknya deket sama aku."

"Kayaknya mereka mulai enggak kenal sama kamu." Marsha terkikik kecil, menoleh pada Azizi yang membuntutinya memasuki kamar.

Azizi mengerinyitkan dahi, betul, Marsha bercanda tapi tiba tiba ia jadi takut bahwa kalimat itu benar-benar adanya. Sedari tadi malam, Michie tak ingin ia gendong, bahkan kelihatan sekali, Marsha terlihat melelahkan ketika tak bisa melepaskan Michie dari tubuhnya, tapi, mau bagaimana lagi, Marsha tak bisa berbuat apa-apa.

"Eh? Kamu kenapa?"

"Kalau beneran gimana? Mereka enggak ingat aku?" Tanya Azizi.

Marsha tertawa mendengarnya. "Ya enggak dong, sayang. Mana mungkin gitu."

Matcha Michie Miki (Future Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang