a Day with Mommy Atin (2)

1.5K 189 43
                                    


👶👶



Kathrina baru saja selesai mengoleskan lipstik berwarna merah padam di bibirnya, ia menyugar rambutnya yang baru saja di-blow saking frustrasinya dengan Michie yang tak kunjung reda menangis. Satu jam berlalu dan bocah itu tak kunjung lelah menangisi sesuatu yang tidak terjadi sama sekali.

Sudah Kathrina bujuk dengan banyak hal, dari mulai menasihatinya bak Michie si anak tiga tahun itu teman sebayanya, memeluk Michie—meski yang terjadi selanjutnya ia hanya dapat penolakan dan tangisan Michie makin meraung-raung dan berakhir Kathrin tinggalkan untuk mandi, memotong buah-buahan, berdandan dan belum ada tanda-tanda si bungsu Djatmiko yang entah betulan jadi bungsu atau tidak ini tangisnya mereda.

Kathrina keluar dari walk in closet-nya, menatap dengan jenuh ke arah Michie yang sedari tadi menangis membuang semua mainannya ke bawah ranjang, belum tissue yang dicabuti sampai berantakan ke mana-mana dan tanaman artifisial yang baru saja ia rusak.

Ini baru tiga jam ia dititipi dua manusia istimewa, Kathrin betulan tak bisa membayangkan menjadi Marsha, sepertinya, jika Kathrin adalah Marsha, sudah ia titipkan bocah-bocah ini ke Panti Asuhan dan Kathrin bisa bebas untuk melakukan me time tanpa dua buntut yang merepotkannya.

"Miki sini, Mommy mau lihat tas kalian berdua. Mau Karate 'kan?" Kathrina duduk di tepi ranjang, memeriksa tas gendong berwarna biru muda dan merah muda itu, memastikan bahwa Karate Gi mereka sudah siap di sana.

"Iya, Mommy." Miki mengangguk, menyeret tas gendongnya dengan sang adik.

"Berat?"

"U-um."

"Buset, Si Marsha tega banget dua bocah disuruh gendong tas isinya kayak mau pindahan gini." Kathrina membuka tas mereka satu-satu, menemukan sebuah pakaian bela diri, baju renang, beberapa snack anak-anak, juga mainan di dalam sana. Tak lupa botol minum 500 ml.

"Ya udah, yuk? Sekarang aja, keburu macet."

"Nda awuuuu... Michie nda awuuuu." Jerit Michie menggetarkan isi kamar Kathrin, rasanya sebaris bingkai foto di atas nakas saja sampai bergetar dengan jeritan Michie itu.

Kathrina memejamkan matanya, kalau saja ia bisa menangis, Kathrin menangis saat ini juga. Tapi, ia tahu, air matanya tak pantas menangisi bocah berpipi bulat ini, terlalu berharga hanya karena menyerah kepada anak-anak.

"Chie..." Suara Miki mendekati adiknya yang masih duduk dipojokan.

Kathrina yang masih memijat-mijat kepala segera berpaling ke arah mereka, dua bocah itu—yang kelihatan seperti anak seumuran jika dilihat secara sekilas, mampu membuat Kathrin diam dan menatap lekat keduanya.

"Michie malrah sama Mommy Atin?"

"Huuuuu huuuuu iyaaa..." Air mata Michie yang turun seukuran biji-biji jagung itu, bikin Kathrin merasa iba.

"Mommy Atin minta maaf ya, Chie..."

"Huuuuu huuuuu huuuuu..." Tangisnya makin meraung-raung.

"Michie kata Bapak dan Mama, Abang sama Michie halrus minta maaf dan memaafkan olrang-olrang."

"Huuuu..."

"Michie sakit?"

"Iyaaaa.."

Sedetik kemudian, Miki memeluk Michie. "Michie sakitnya di mana? Abang obatin ya, elus-elus Michie ya... mana? Abang lihat sakit Michie?"

"Ini... huuu... ini..." Tangan mungil Michie menunjuk dadanya—mungkin karena kelelahan atau karena sakit hatinya—apapun itu, Kathrina tidak tahu, ia hanya termenung menatap dua bocah itu.

Matcha Michie Miki (Future Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang