Dulu sekali, sebelum Marsha memiliki anak—sebelum ia dan Azizi mengecap titik terendah di hidup mereka, mungkin lebih tepatnya, ketika masa-masa Marsha mencurigai keberadaan Fiony Utomo dalam seluk beluk rumah tangganya, Marsha sering ditinggalkan Azizi ke luar kota untuk urusan pekerjaan.
Suatu hari, Kathrina mengajak menginap Marsha di apartemennya—satu-satunya tempat yang Kathrina jadikan untuk beristirahat karena jelas rumahnya—rumah orang tuanya bukanlah tempat yang baik sekadar untuk memejamkan mata dua menit saja. Saat itu, Marsha membuat ide untuk mengajak Ashel dan Kathrina setuju-setuju saja. Mengingat hidup Marsha yang kelihatan sepi dan tak berteman dengan banyak orang, tak ada salahnya jika Kathrina ikut dalam lingkaran pertemanan Marsha yang amat sempit itu.
Meski Marsha statusnya istri orang, Marsha kadang tak sadar diri bahwa ia sudah menikah, jadi, obrolan-obrolan macam menggosipkan lelaki menjadi seperti hal biasa yang akan ia lakukan, sampai akhirnya sebuah pertanyaan ia lontarkan kepada Kathrina dan Ashel yang saat itu masih melajang.
"Eh eh, di antara kalian berdua, yang bakal nikah duluan siapa ya?"
Marsha duduk bersila di karpet lembut berwarna putih susu, ia lemparkan kulit kacang ke sebuah plastik yang isinya sudah menggunung itu. Mereka baru saja bermain Jenga dan nampaknya mereka bertiga sudah bosan untuk mengulang menyusun balok-balok kayu kecil itu.
Pertanyaan Marsha jelas membuat Kathrina tersedak sedangkan Ashel tak kuasa untuk menatap lurus mata Marsha, seperti sebuah tanda tanya yang besar juga sesuatu yang amat berat untuk dipikul, seperti itu.
Kathrina buru-buru mengangkat tangannya. "Mungkin pertanyaan yang tepat adalah Ashel kapan dinikahin sama Aldo, bukan siapa yang nikah duluan."
"Kok gitu..." Marsha kembali mengunyah kacang, melemparkan kulitnya kepada Kathrina. "Kamu jangan gitu, Tin. Kita kan enggak tahu ke depannya kayak gimana."
"Obviously, not me." Kathrina menggelengkan kepala dengan segera. "Marriage isn't for me, life isn't a Disney film with a happy ending. And I can be happy without marriage. So many people are in unhappy marriages, why suffer?"
Marsha merasa terjungkal mendengar kalimat barusan. Begitu banyak pernikahan yang tak bahagia, kenapa harus menderita?
Marsha yakin, Kathrina barusan sedang tidak menyindirnya.
"Lagian, kalaupun gue jadi kawin, entar. Memangnya kalian udah bisa bayangin, Kathrina Soenarjo as a wife? Me as a mother? Its just sound... weird." Kathrina merasa geli membayangkan dirinya sendiri sebagai seorang istri apalagi seorang Ibu.
Kathrina hidup dalam lingkup keluarga yang 'seperti itu', meski diperhalus dan kelihatan tak kasat oleh mata, ia tidak buta bahwa ya, begitulah, keluarganya. Menjadi istri mengharuskan dirinya tidak lagi bebas dengan segala hal yang sedang ia jalankan dan menjadi istri, artinya ia akan mendapat jeruji dari hari pertama.
Itu kedengaran menakutkan.
"Eh, kamu ngomong kayak gini disaat cincin tunangan masih dipake ya, Kathrin."
Kathrina buru-buru menatap jari manisnya, cincin itu telah tersemat begitu lama, hampir lima tahun. Kathrina melangsungkan pertunangan dengan Frey Jayawardhana di usianya yang menginjak 19 tahun, itu semua, hanya agar mulut Janos dan Jasmine diam dan tak berceloteh sampai berbusa.
"Guys... gue tuh tahu, gue enggak akan end up sama Frey, bahkan sama siapapun."
"Kenapa gitu?" Tanya Ashel dengan kepo. Meskipun Ashel baru bergabung dalam pertemanan mereka, Ashel tahu bahwa aktris di depannya ini memang punya tunangan dan berhasil bikin gempar jagad dunia maya pada masanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/354351829-288-k509399.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Michie Miki (Future Story)
Fanfic"The sky is pretty, isn't it?" ... "Usia lo menginjak kepala tiga, tahun ini. Udah dapat apa aja selama bernapas 30 tahun dalam perjalanan hidup?" Azizi Djatmiko menyunggingkan senyumnya. "3M." "Cuma tiga milyar?" "Tapi, ini bukan tentang uang." Ber...