3. Neophyte - Angin Kencang

809 162 39
                                    

...


Harusnya Marsha tidak ikut pesta yang Kathrin laksanakan seminggu yang lalu. Harusnya ia tetap mendengar dua anaknya yang merengek tidak ingin ditinggalkan di rumah sang mertua. Harusnya begitu, agar kini, Marsha tetap hidup tenang tanpa bayangan abu-abu di pikirannya.

Tanpa pikiran apa yang ia lakukan malam itu sehingga terdampar di kamar hotel, tanpa pikiran siapakah lelaki bernama Febriandi Orlando yang terus-terusan ada di kepalanya meski satu puzzle sudah ia dapatkan bahwa Febriandi Orlando—adalah sahabat sepupunya sendiri.

Marsha meremas gaun yang ia pakai pada malam itu, gaun itu ia temukan pada tumpukan terakhir pakaian kotornya, tadinya gaun berwarna biru tua itu hampir saja dimasukan ke mesin cuci oleh Asisten Rumah Tangganya, tapi, Marsha sempat melihatnya dan mengatakan jika pakaian itu tak perlu dicuci.

Tidak ada yang aneh dari gaun itu, Marsha memeriksanya berkali-kali. Tidak ada sobekan, noda darah atau kotor sedikitpun. Tapi, satu hal yang membuat kepalanya makin merunyam adalah... ada aroma parfum.

Bukan parfum dirinya, bukan juga parfum suaminya.

Kepala Marsha rasanya ingin pecah.

"Ada apa, Sha? Tumben enggak ke rumah aja?"

Lamunan Marsha membuyar ketika sofa di sampingnya bergoyang ketika Jesse duduk.

Sore ini, setelah Marsha membulatkan niatnya untuk menyudahi teka-teki menyebalkan yang membuatnya terjaga tiap satu jam sekali ketika tidur di malam hari. Marsha beranikan diri mendatangi Jesse di kantornya, untuk mendapatkan informasi siapa sebenarnya siapa Febriandi Orlando.

Maka, di sinilah ia sekarang, duduk di sebuah sofa smoking room—tempat di mana Jesse biasanya menghabiskan waktu makan siangnya.

Marsha sengaja tidak memberi tahu suaminya, tidak juga dengan Christy—istri Jesse, karena jika masalah ini melebar ke mana-mana, akan ada banyak kesalah pahaman yang akan terjadi.

"Seminggu yang lalu... waktu kamu datang ke pesta ulang tahun Kathrina, kamu pulang kapan?"

"Enggak lama habis Febri pulang."

Marsha mengeraskan rahangnya, mendengar nama itu. Ia harusnya siap mendengarnya, ia harus siap mendengarkan apa yang harus ia dengar.

"Febri..."

"Kenapa sama Febriandi?" Tanya Jesse, mengerutkan keningnya.

"Apa kamu punya kenalan orang selain nama Febri?"

"Maksudnya?"

"Siapapun, yang nama awalnya F diakhiri dengan Orlando. Apa ada?"

"Satu-satunya orang yang gue kenal dengan nama akhiran Orlando, ya cuma Febriandi." Jesse anggukkan kepala. "Kenapa?"

Marsha memejamkan matanya. Ia ingin berteriak sejadi-jadinya atas jawaban Jesse barusan.

Ternyata, hanya ada satu F Orlando yang datang di pesta itu dan orang itu adalah sahabat sepupunya. Marsha sudah tanyakan beberapa kali ke Kathrina, tidak ada teman Kathrina bernama Orlando satupun. Memang hanya satu orang ini yang Marsha tuju.

"Malam itu... aku mabuk."

"Ya. Gue dengar dari Kathrin."

Alis Marsha terangkat. "Dia bilang apa?"

"Dia bilang lo mabuk. Dia cuma bilang itu."

"Dia enggak bilang aku mabuk dan berakhir di kamar Hotel?"

"You what?"

Marsha bisa lihat bahwa mata Jesse dua-duanya melebar, meminta Marsha mengulang kalimat yang sama, agar Jesse tak salah dengar.

Matcha Michie Miki (Future Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang