...
"Gue putus."
Diantara semua celotehan dua temannya sedari tadi, Marsha hanya menangkap kalimat terakhir dari Kathrin, yang membuat ia menolehkan wajah kepada Kathrin yang menunduk lesu dan Ashel dengan raut wajah kagetnya.
"Kenapa?" Tanya Ashel, buru-buru mencari tahu apa sebabnya kenapa Kathrin yang seperti sudah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, tiba-tiba menyampaikan berita tak enak didengar ini.
"Gue sama Evan kayaknya memang enggak sekufu."
"Enggak sekufu gimana?"
"Evan vegan, soalnya."
"Lo gila?!" Pekik Ashel, membulatkan mata. "Lo berdua putus cuma karena cowok lo Vegan? Ya Allah, gue pikir kenapa..."
"Cel, tapi itu juga penting kali buat hubungan gue sama dia ke depannya." Kathrina tak terima dengan raut wajah Ashel yang baru saja seperti menyepelekan kisah cintanya. "Gue kan senang makan daging, setiap hari gue makan daging. Gue makan telur, gue minum susu. Terus, pasangan gue enggak makan dan minum yang gue suka? Apa enggak ribet ke depannya gimana? Dia juga bilang dia udah muak tiap nge-date sama gue pasti makan protein hewani. Itu menginjak harga diri gue."
"Kan bisa dibicarain baik-baik lagi, Tin."
"Ya bisa aja lah, Cel. Dalam hubungan apapun, baiknya kan kita bicarain baik-baik. Tapi, maksud gue, kalau udah perihal dapur sama kasur, gue enggak bisa deh."
"Alah, lo mau cari yang kayak gimana sih? Enggak usah banyak pilih-pilih deh apalagi perkara jodoh, umur udah tua—"
"Eh anjing!" Kathrina buru-buru memukul tangan Ashel. "Gini ya, Nyonya Ashelina Wangsadinata. Justru umur-umur gue ini harus pilih-pilih yang benar lah, harus makin ketat mikirin perihal jodoh. Udah terbiasa bahagia sendiri, mapan dan mandiri. Minimal, gue mematok pria yang setara—paling minimal deh, gue enggak perlu ribet nyiapin makanan cuma perihal laki gue enggak makan daging dan gue cinta mati sama daging."
"Apa tadi? Gue denger kasur. Ada masalah juga sama kasur sampai lo sama dia udahan?"
"Iya!" Seru Kathrina dengan membara. "Dia enggak suka di bawah terus, kayaknya dia memang enggak bisa sama cewek dominan kayak gue."
"Anjrit, itu penting banget buat lo?" Ashel makin geleng-geleng kepala dengarnya. "Maksud gue, lo bahkan ngaku enggak pernah ngentiaw sama siapa-siapa, terus lo udah menentukan lo mau di atas dan dia harus di bawah? Tin, seumur hidup itu panjang dan lo mau menghabiskan perjalanan kisah kasur lo dengan gaya itu-itu aja? Boring amat hidup lo." Ucap Ashel dengan sewot.
"Penting lah, Cel." Kathrina tak ingin kalah dengan debat kusirnua bersama Ashel.
"Lo bahkan enggak tahu kan... ada banyak gaya yang lebih enak dibanding—"
"Ini bukan soal enak enggak enak, Cel. Tapi, pride gue sebagai Alpha female!"
"Ngaco!" Ashel mengembuskan napasnya. "Dah, gue nyerah ngomong sama orang stress kayak lo."
"Biarin aja Kathrin hidup dengan imajinasinya, Shel. Dia ngerasain aja belum, udah banyak cacicu soal kasur." Marsha melerai mereka berdua, tak akan ada habisnya jika mereka sudah bertengkar. Marsha juga tak tahu kenapa mereka berdua ini bisa lebih kekanakan dari Marsha, bahkan di saat usia Ashel saat ini menginjak 33 dan Kathrin 30.
"By the way, aku juga mau cerai." Kata Marsha, berkata seolah tanpa beban sama sekali, sampai Ashel dan Kathrina tak bisa berkata-kata sedikitpun. "Prosesnya enggak akan panjang, karena Puji Tuhan, Azizi enggak mempersulit apapun. Nanti, aku kabari kapan sidangnya, paling aku minta nitip anak-anak aja, karena pasti keluarga kami hadir semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Michie Miki (Future Story)
Fanfic"The sky is pretty, isn't it?" ... "Usia lo menginjak kepala tiga, tahun ini. Udah dapat apa aja selama bernapas 30 tahun dalam perjalanan hidup?" Azizi Djatmiko menyunggingkan senyumnya. "3M." "Cuma tiga milyar?" "Tapi, ini bukan tentang uang." Ber...