Langkah Pertama

6.1K 182 27
                                    

"Guys, maaf gue minta kalian kumpul. Ada yang harus gue omongin." Ucap Nudin pada teman-temannya yang hadir. Rian, Ikhsan, Imron, Pandu, Alvin, dan Chandra yang ikut nimbrung dengan mereka.

"Lo mau ngelurusin soal permasalahan lo sama Arga? Coba klarifikasi nih?" Tanya Ikhsan dengan beruntun. Imron langsung mencubit pinggangnya.

"Diem dulu napa sih, dek?"

"Lah habisnya gue masih rada kesel."

"Ngomong aneh sekali lagi gak akan dapet jatah malem ini. Gak ada impian tuh 'main' di mobil." Tegas Imron. Walaupun kalimat itu membuat teman-teman lainnya terkekeh, Ikhsan dengan raut wajah cemberut akhirnya menuruti abangnya.

"Iye, tapi janji main ya?" Ucap Ikhsan memastikan. Sempat-sempatnya bahas dapur rumah tangga. Imron tak menjawab dan hanya fokus lagi ke arah Nudin.

"Oke, apa yang dikatain Ikhsan bener. Tapi gue gak akan bilang kalau ini bukan salah gue. Iya emang ini salah gue yang terlalu kebawa nafsu sama Pandu. Jadi gue juga ngewakilin Pandu minta maaf hampir ngerusak persahabatan kita. Cuma awal kejadiannya ini juga karena pak Ari." Jelas Nudin to the point.

"Kok lo jadi bawa-bawa dosen kita, Din?" Protes Alvin. Chandra menyuruh Alvin diam dengan isyarat jari telunjuk di mulut. Tentu Nudin memiliki alasan tersendiri. Berbeda dengan Rian yang serius menanggapinya. Dia pun penasaran mengapa dosen ini juga mengincarnya.

"Kenapa gue bilang ini berawal dari pak Ari? Ini karena pak Ari kelakuannya gak jauh beda sama bapak-bapak bangsat di Cibudan dulu. Lebih parah mungkin. Sorry ya, gue ngomong ini karena gue korban pak Ari. Dia... dia... anjir lah. Susah gue jelasinnya."

"Dia mau ngincar kontol kita semua. Sperma kita bakal diperah sampe habis buat dia." Rian melanjutkan. "Gue ngomong ini juga karena gue korban. Tapi gue gak sampe diperah."

Semua orang tampak terkejut. Tidak percaya apa yang diucapkan Nudin dan Rian itu nyata.

"Arga juga ngejelasin kalau pak Eka yang dulu nolong kita bilang. Kalau ada satu anak buah si dukun tua berkeliaran di sekitar kita. Katanya untuk balas dendam dia." Lanjut Rian.

"Pak Ari Asu! Berarti dulu yang nentuin tempat kita KKN itu emang udah rencana dia??" Tanya Ikhsan. Rian mengangguk.

"Kita gebukin aja gak sih?! Cari ke kantornya." Saran Imron. Namun Rian menggeleng.

"Kayaknya pak Ari gak akan ada di kampus sementara waktu. Kemaren-kemaren aja ngikutin gue sama Arga sampe ke tempat pelatihan magang."

"Dan yang paling parah, kalau kita bener-bener udah diperah. Kita kena mantra jadi impoten. Susah tegang dan gak bisa crot lagi. Gue ngalamin itu. Dan makanya Pandu bantuin gue nyari orang yang bisa pijat vitalitas. Untungnya si bapak itu tahu soal ilmu hitam walau sedikit." Lanjut Nudin.

"Dan solusinya cuma satu. Orang yang kena mantra harus bisa memaksa dirinya ejakulasi. Dan Nudin yang emang gak bisa keluar cepet dan tahan lama, akhirnya gue bantuin dia dengan kasih jatah. Gak rela aja liat dia murung di kamar karena impoten." Pandu buka suara.

"Terus lo ketagihan gitu?" Sela Ikhsan.

"San. Gak ada main ya." Sambung Imron. Ikhsan langsung menutup mulut dan memeluk Imron. Membujuknya agar memaafkannya.

Pandu hanya menunduk. "I-iya. Apa yang lo bilang bener. Gue ngerasa ketagihan sama Nudin sampe Arga tahu semua ini. Gue udah nekenin diri gue gak akan lagi main sama Nudin sejak detik itu."

Semua pun terdiam. Chandra yang bingung hanya bisa merasakan takut. Kontol diperah sampai habis lalu impoten? Gila. Pikirnya.

Alvin yang menyadari Chandra hanya menunduk langsung merangkulnya. "Kalem aja, Chan. Kontol kamu kan masih ada kulupnya. Jadi gak akan- ADUH! kok nyubit sih?!"

Penakluk Mahasiswa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang