Permohonan

5.9K 178 21
                                    

Semua berakhir di lorong rumah sakit. Rian duduk dengan mengepalkan tangannya. Alvin dan Chandra pun hadir menemaninya. Nudin dan Pandu masih di perjalanan. Sedangkan Imron dan Ikhsan sedang pulang kampung sehingga tidak bisa datang, tetapi menitipkan doa agar Arga bisa selamat.

Terdengar suara langkah kaki berlari di lorong. Terlihat Nudin dan Pandu yang terengah-engah datang. Rian yang melihat itu langsung berdiri dan menghampiri Nudin.

"Arga! Gimana kondisi Ar-"

BUGH!!

Pukulan keras langsung mendarat di pipi Nudin. Membuatnya terjatuh di lantai lorong rumah sakit. Beberapa suster yang melihatnya pun terpekik ketakutan. Sontak Alvin dan Chandra menahan Rian yang dipenuhi amarah.

"YAN!" Bentak Alvin.

"Lo harus tanggung jawab atas semuanya!" Rian ingin sekali memukul temannya itu sekali lagi tetapi tangan Alvin berhasil menahannya.

"CUKUP LO!"

"Vin. Gara-gara dia Arga ketabrak. Kalau dia gak bodoh aja gak bakal kejadian."

"Lo kalau gak ada bukti gak usah nuduh gitu!" Ucap Alvin.

"Bukti? Ada di hape Arga. Dia ngerekam semua suara sejak masuk ke kosan anak ini! Dia ngomong ke gue mau ngasih surprise ternyata... ternyata... bajingan ya lo, Din!" Kini kakinya yang bergerak menendang Nudin. Alvin sampai harus menarik paksa Rian mundur. 2 satpam pun datang dan membantu meleraikan mereka.

Nudin tak menjawab, membalas, atau merespon apapun. Dia hanya diam termenung. Pandu membantunya berdiri. Terlihat hidungnya mimisan dan mulutnya sedikit luka karena pukulan Rian.

"Dek, kalau mau berkelahi keluar. Jangan disini." Tegas satpam itu. Rian pun hanya mendengus kesal dan kembali duduk. Alvin menemani Rian dan merangkulnya.

"Maaf ya pak." Ucap Chandra kepada satpam. Walaupun ini pertama kalinya ia bertemu dengan teman-teman Alvin, ia mencoba untuk akrab. Chandra akhirnya ikut duduk di sebelah Alvin. Sementara Nudin dan Pandu di kursi barisan lain.

"Gue gak nyangka lo sebangsat itu, Din." Ucap Rian. Tangannya mengepal kuat. Menahan emosi yang meluap-luap dalam dirinya.

"Kalau sampe terjadi apa-apa sama Arga, gue gak akan pernah maafin lo. Sumpah." Lanjut Rian.

"Udah cukup, Yan." Alvin menenangkan.

"Vin, kalau lo penasaran sama apa yang terjadi, gue bakal puter rekaman audio dari hape Arga disini." Ungkap Rian. "Biar lo liat kelakuan bajingan yang mainin perasaan orang yang berusaha tulus tapi malah dicampakkan."

Alvin menggeleng. "Gak usah. Pada saatnya juga gue bakal tahu."

Rian tersenyum getir. "Thanks vin. Udah berusaha netral." Matanya mengarah kepada Chandra. "Lo pacarnya Alvin?"

Alvin dan Chandra kali ini kaget. Entah mengapa Rian bisa menebaknya. "E.. itu..." Chandra gugup.

"Santai aja. Semoga kalian langgeng." Kata Rian. Kali ini dia menatap ke arah Nudin dan Pandu.

"Buat lo pada. Gue masih belum bisa maafin sama apa yang udah terjadi. Kalau Arga udah bisa dijenguk, kalian harus minta maaf."

"Maaf." Lirih Nudin. Matanya berkaca-kaca.

"Bilang maaf ke Arga, bukan ke gue. Belajar dari mana minta maaf gak ke orangnya langsung? Gue keluar dulu cari angin." Rian beranjak pergi menuju lift. Alvin dan Chandra pun mengikutinya. Meninggalkan Nudin dan Pandu yang merenungi perbuatan mereka.

***

3 jam berlalu. 3 jam itu pula Rian dan teman-teman lainnya tidak tenang. Bahkan Ikhsan dan Imron sampai voice call karena di rumah mereka pun tidak bisa tenang jika tidak mendengar kabar Arga. Alvin yang tadinya tidak mau mendengar rekaman itu pun mau tidak mau mendengarnya karena Ikhsan memaksa untuk mengetahuinya.

Penakluk Mahasiswa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang