Persiapan Matang

5.3K 171 14
                                    

"WAAA!!"

Arga duduk terbangun dari tidurnya. Ia mengalami mimpi buruk yang aneh. Sekilas melihat bayangan ayahnya yang ditangkap dan diikat di sebuah ruangan kecil. Matanya ditutup dengan setelan jas lengkap yang selalu ayahnya gunakan.

"Hah... hah... hah... cuma mimpi." Arga memegang kepalanya.

Lampu tidur di meja kecil menyala. Rian yang tidur di sebelahnya ikut terbangun. Matanya berkedip-kedip menyesuaikan cahaya yang masuk retinanya.

"Kenapa, Ga?" Tanyanya sambil menguap. "Masih jam 1 malem. Mimpi?"

"Nggak apa, Yan."

"Atau mau buang air? Mau kencing?"

"Gak apa-apa, Yan. Mimpi aja." Jawab Arga jujur. Rian mematikan kembali lampu tidurnya lalu menarik Arga agar berbaring di pelukannya.

"Ya udah bobo lagi aja sini."

Rian memeluk Arga dan memejamkan matanya. Arga hanya diam dan merasakan kenyamanan dalam dekapan Rian. Pikiran negatif soal ayahnya tadi kini mulai pudar dan berganti ke rasa mengantuk. Ia pun tertidur lagi dalam dekapan Rian.

***

"Ga, mandi dulu yuk." Ajak Rian saat ia baru saja datang membeli sarapan.

"Lo aja deh. Gue ntar sendiri aja. Lo mau ke kantor kan?"

"Biarin. Biar gue ada alasan telat. Ayo sini gue bukain."

"Jangan disini, di kamar mandi aja. Kasur lo ntar basah." Ucap Arga.

"Gue udah beli alasnya kok. Pas lo masih di rumah sakit. Hehe..."

Arga menggeleng. Tidak habis pikir Rian sudah memikirkannya sejauh itu. Rian pun memasang alas seperti matras itu di atas kasurnya. Arga bangun sejenak menggunakan tongkatnya.

"Nah udah siap. Sok tiduran ya, Ga."

Arga hanya terkekeh melihat Rian yang begitu manis memperlakukannya. Sebelumnya Rian pun pernah memandikannya saat di rumah sakit. Hanya sekali. Itu pun Arga menutupi tubuh bagian bawahnya dengan kain agar tak dilihat orang lain.

"Sekarang mah gak usah ditutup-tutupin ya, Ga. Susah ngelapnya." Rian mengambil baskom berisi air hangat lalu menaruhnya di meja kecil sebelah kasurnya. Rian membantu Arga melepaskan baju dan celananya beserta celana dalamnya. Pelan-pelan agar tidak menekan gips di kakinya. Arga pun telanjang bulat. Ia malah menutup mukanya.

"Orang lain telanjang mah nutupnya kontol, ini malah nutup muka." Ucap Rian sambil membasahi handuk yang akan digunakan untuk seka Arga.

"Bae atuh. Gue pernah bugil juga kan depan lo. Tapi masih aja gue malu." Jawab Arga. Rian hanya tersenyum.

Kini tangannya memeras handuk lalu mulai mengelap dada Arga. Sesekali ia nakal mencubit pentil dadanya. Membuat Arga mengerang lalu menutup mulutnya.

"Tolol lo, di kosan ini anjir." Umpat Arga.

"Hahaha... lo yang desah kok gue yang dimarahin? Udah ya, gue lanjutin."

Rian melakukannya dengan telaten. Mengusap dada, perut, bahu, pinggang, tangan hingga Arga sendiri merasa segar karena air hangat itu. Kemudian Rian mulai mengelap kaki dan daerah selangkangan Arga. Pelan tapi pasti Rian melakukannya. Sampai tak sengaja Arga malah mulai ereksi.

"Lo ngaceng, Ga?" Tanya Rian sambil menahan tawanya.

"Jangan ketawa ya. Gue gak bermaksud gitu, geli atuh paha gue dipegang-pegang." Jawab Arga dengan muka sedikit memerah.

"Iya... iyaa... ngaceng aja gak apa kok. Apa mau dibantuin?" Tawar Rian.

"Eh, gak gak. Gak usah."

Rian mulai mengelap biji Arga dan batang kontolnya. Membuat tongkat iru semakin keras dan tegak ke arah pusar.

Penakluk Mahasiswa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang