Kenikmatan yang Dipaksa

10.7K 163 13
                                    

Mobil SUV hitam itu berhenti agak jauh dari gedung kosong. Keluarlah 6 remaja dengan menggunakan hoodie dan training serta masker yang menutupi wajah. Salah satu dari mereka melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 9 malam. Satu orang memeriksa sekitar. Kosong.

"Ayo." Ucap salah satu dari mereka sambil membuka maskernya. Nudin.

Mereka pun pergi. Nudin, Pandu, Imron, Ikhsan, Alvin, dan Chandra memasuki celah pagar yang terbuka. Menuju gedung kosong yang ditinggalkan. Walau sudah tak terpakai masih ada lampu yang menyala disana.

"Ini beda dari gedung mall sebelumnya. Yang tadi bener-bener gelap kalau ini lampunya masih nyala." Ujar Pandu.

"Gue tebak emang di tempat ini si pak Ari sembunyi." Kata Imron sambil membenarkan posisi maskernya.

"Semoga." Jawab Chandra.

"Ke basemen." Ucap Alvin. Dia merasa ada sesuatu tak beres di bawah sana.

"Yakin?" Tanya Ikhsan.

"Sekalian kita cek semua area dari lantai bawah ke atas." Jelas Alvin.

"Oke, ayo." Nudin memimpin. Mereka segera berjalan menuju tangga darurat dan turun secara cepat namun meminimkan suara mereka. Hanya derap langkah kaki saja yang memenuhi ruang tangga tersebut.

Setelah sampai di lantai paling bawah mereka keluar dari pintu. Kemudian menyisir area basemen. Dari sisi kanan hingga sisi kiri tidak menemukan sebuah kejanggalan.

"Kita naik lagi ke atas." Ucap Nudin. Mereka mengangguk. Dengan cepat bergerak ke arah tangga darurat lagi. Menaiki tingkat selanjutnya.

Sama seperti lantai sebelumnya. Mereka tak menemukan apapun. Sejenak mereka berhenti dan meminum air yang dibawa. Sudah lelah karena ini gedung terakhir mereka. Selama seharian penuh mereka menyisir ke gedung mall lain namun tak ada apa-apa.

"Kalau gak ada lagi kita harus cari strategi lain." Ucap Imron.

"Semoga ada, biar kita bisa bantai dia disini." Ucap Alvin menggebu-gebu.

Setelah istirahat cukup. Mereka kembali berlari menuju basemen sebelum lantai dasar mall. Disini mulai ada ruang-ruangan lain yang tidak ada di lantai bawah. Penempatan strukturnya pun agak berbeda. Mereka kembali mencari. Dari sisi kanan ke sisi kiri. Lagi-lagi mereka tidak menemukan sesuatu yang janggal.

"Sial!" Maki Nudin. "Dimana sih orang itu?!"

"Pinter banget nyembunyiin orang. Otak-otak sange. Jadi dosen keknya nyogok dah." Umpat Ikhsan.

Chandra mengelap keringat di pelipisnya. Ia pun merasa lelah juga merasa degdegan karena mereka seakan seperti maling di rumah orang. Sejenak ia melirik ke kanan dan ke kiri. Diam-diam ia menghapal rute juga posisi tiap lantai di mall.

"Gue juga muak dah. Tangan gue udah gatel pengen bonyokin tuh orang." Kata Imron sambil mengepalkan tangannya.

"Guys, kayaknya ada satu pintu yang belum kita check disini." Chandra memberi tahu. Membuat semua orang mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Beneran??" Tanya Alvin.

"Ikut aku."

Chandra memimpin jalan. Yang lain mengikutinya dari belakang. Berjalan tanpa suara ke arah sisi lain basemen. Terdapat satu pintu besi yang terbuka sedikit.

"Kita belum kesana." Tunjuk Chandra.

"Kok gue gak nyadar ya ada pintu itu?" Ujar Pandu.

"Ya udah, ayo check."

Mereka berjalan cepat ke arah pintu lalu mengintip. Suasananya agak remang-remang. Namun masih bisa jelas melihat isinya. Itu adalah gudang.

"Masih ada lorong ke depannya. Eh bentar. Kalian denger gak?" Ujar Alvin. Membuat semua rekannya memfokuskan indera pendengarannya. Terdengar suara-suara samar dari dalam sana.

Penakluk Mahasiswa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang