"Lo yakin aman, Din?" Tanya Pandu.
"Percaya sama gue." Jawab Nudin dengan mantap.
Mereka saat ini berada di lorong apartemen. Berjalan menuju apartemen milik pak Ari. Pandu takut karena ia pikir mereka tak memiliki akses sama sekali untuk masuk ke apartemennya dan malah dikira maling. Berbeda dengan Nudin yang sebenarnya sudah menyiapkan balas dendam ini sejak awal.
"Ini apartnya."
Mereka berhenti di ruang nomor 517. Ruangan yang terlihat sama seperti ruangan lainnya, namun memiliki kegunaan yang sangat berbeda. Hanya untuk menjebak mangsa pak Ari saja.
"Terus kita masuknya gimana?" Tanya Pandu.
Nudin mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kunci. Ia pun memutar lubang kunci dan pintu pun terbuka. Mereka akhirnya masuk secara perlahan. Lalu menutup pintu.
"Ingat pas gue bilang gue udah pernah jadi korban pak Ari? Pas pulang gue sempetin buat ngambil kunci cadangan yang dia simpen di mobilnya." Bisik Nudin. Dia menunjuk ke arah rak sepatu yang ternyata ada sepasang sepatu hitam disana.
Ada orang? Tanya Pandu tanpa bersuara dan hanya menggerakkan mulutnya.
Nudin mengangguk sambil mengangkat jari telunjuknya ke mulut. Isyarat untuk diam. Pandu memberikan sesuatu kepada Nudin. Alat yang sudah mereka beli, stun gun. Sementara Pandu memegang ponselnya. Bersiap untuk merekam suara, video, atau foto nantinya.
Mereka berjalan masuk perlahan dan mendengar suara orang yang sepertinya sedang menelpon di kamar. Kamar tempat Nudin diikat dulu.
Siap-siap. Aba-aba Nudin. Pandu mengangguk.
Namun saat mereka sudah dibalik pintu, Nudin menyuruh Pandu untuk berhenti. Suara orang tersebut sangat jelas sedang mengobrol dan.... desahan??
"Iya, pak... ngghhhhh anjir fotonya hot hot semua pakk... saya jadi sange bangettt.... ahhhh... bapak mau pejuh saya?? Ambill siniihhh... yahhh... kok gak mauu.... tapi makasih... foto-foto mahasiswa bapak pas kkn bener-bener baguss... gede-gede kontolnya juga.... ahhhh... gilaaaa...."
Nudin menarik gagang pintu perlahan agar tak bersuara. Ia ingat posisi pintu membelakangi kasur sehingga orang di dalam itu tak mungkin melihatnya. Dan di sana pun ada komputer yang juga mengarah ke tembok. Posisi Nudin dan Pandu diuntungkan karena mereka akan ada di belakangnya.
Nudin dan Pandu pun mengintip seseorang yang sedang melihat layar komputer. Tangannya terus bergerak naik turun, seperti sedang mengocok kontolnya sendiri. Dan yang paling mengejutkan adalah itu foto-foto mereka bertujuh saat kkn. Dan banyaknya adalah foto-foto ketika dijebak oleh bapak-bapak dan waria disana. Bahkan foto pandu ketika dijebak oleh kakek Tono. Tubuh mereka yang telanjang terutama kontol mereka benar-benar terekspos tanpa sensor. Dan orang di kursi itu adalah Rafi. Nudin dan Pandu memang tidak mengenalnya tetapi cukup membuat mereka tahu kalau Rafi adalah anak buah dari pak Ari.
Sekarang? Tanya Pandu.
Nanti dulu. Jawab Nudin. Ia ingin mengetahui informasi lainnya.
"Pak Ari lagi dimanaaa.... mmmpphhhh... ahhhhh... kok gakk mauuu kasih tahu sayaaa?? Hahh... ada tentara jugaa.... sialan lo pakkk... saya tambah ngaceng iniii.... aahhhh... udahhh berapaa oranggg?? Delapannnhhh... pasti hot hot ya pakkk... bapak emang paling pinter milih yang hot... ada bapak dari salah satu mahasiswa ini jugaa??? Anjirr... gede gak pak kontolnyaa?? nnggghhhh... ahhh ahhh ahhhh... udah dulu ya pakk.. saya mau lanjut coli duluuhhhh... bye..."
Rafi menutup teleponnya lalu melemparnya sembarang ke meja. Tangannya bergerak mengocok lagi. Sementara tangan satunya memainkan pentil dadanya. Matanya tertutup karena saking nafsunya dia dengan foto di layar komputer. Dan yang terpampang di layar itu adalah foto Nudin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Mahasiswa Akhir [END]
Novela JuvenilSeason 2 dari cerita Pemerahan Mahasiswa KKN. Kehidupan Arga dkk setelah kabur dari desa Cibudan.