Pukul 6 pagi kereta sampai di stasiun Bandung. 7 mahasiswa itu pun keluar dari stasiun dan memesan ojek online menuju kos mereka masing-masing. Hanya Imron dan Ikhsan saja yang kosnya sama.
"Gue duluan ya, mamangnya udah sampe." Alvin berpamitan lalu pergi.
Disusul dengan mobil yang menjemput Ikhsan dan Imron, kemudian Rian, Pandu pun akhirnya dijemput 5 menit setelahnya. Hanya tersisa Arga dan Nudin.
"Din," panggil Arga.
"Apa, Yang?" Balas Nudin yang dibalas dengan jitakan di kepalanya.
"Adu-duh kenapa jitakk?"
"Bodo! gue cuma mau nanya, selama setahun ke depan lo bakal ngapain? Kita kan udah gak ada kelas perkuliahan. Kosong sampai pembukaan program kkn lagi."
Nudin terdiam sejenak. Berpikir. "Kayaknya... gue bakal di kosan aja deh. Males pulang ke rumah juga. Kalau lo emang mau ngapain?" tanya Nudin balik.
"Gue... keknya mau nyari sambilan. Itung-itung nambah uang."
Nudin tersenyum. "Keren tuh, nanti gue bisa antar jemput lo habis itu kita main di kosan gue. Berapa ronde pun gue layanin."
"Otak lo mesum amat ya ternyata. Gue kira lo pendiam, lonely, kayak orang gak punya temen."
"Gue gini kan ke lo doang, Bambang. Temen gue banyak tapi males aja ngobrol. Bikin energi sosial gue cepet abis." Jelas Nudin yang kemudian melihat layar ponselnya. "Yahh... gue udah dijemput."
"Ya udah sana balik lo."
"Ngusir nih ceritanya? Ya udah kalau gitu mah."
Arga tertawa. Nudin pun tertawa melihatnya.
"Udah ah, itu kasian si mamang ojolnya nungguin lo."
"Gak mau, nanti kalau mamang ojolnya suka aku gimana?"
"Berhadapan dulu sama gue gitu. Udah tolol, eta nungguin."
"Iya, iyaa... bawel amat dah. Dadah." Nudin pun segera menghampiri ojolnya lalu pergi. Meninggalkan Arga sendirian. Ia pun melihat ponselnya. Ojol yang dipesannya sudah hampir sampai. Arga berjalan menuju samping jalan agar dengan mudah menemuinya.
***
Ikhsan dan Imron sampai di kos. Mereka masuk dan menaruh barang bawaan di dekat pintu. Imron memutar kunci kamar dan membukanya. Ruangan seluas 5x5 meter dengan kamar mandi dalam juga ac serta fasilitas lain seperti kasur yang luas, karpet, rak gantung untuk buku, lemari pakaian, meja belajar serta kursinya, dan kaktus sebagai penghias di mejanya. Kamar yang mereka tinggali semenjak pertama kali kuliah.
"Ahhh... akhirnya bisa ngerasain kasur lagi." Ikhsan menaruh asal ranselnya di lantai dan melompat ke kasur.
"Cuci muka, tangan, kaki dulu, San. Kotor lo tuh habis dari luar."
"Iya iya nanti dah. Capek mo tiduran."
Imron menggeleng lalu memasukkan barang mereka yang di depan pintu ke kamar. Ia membuka lemari dan mengambil kaos baru karena kaos yang dipakainya sudah kotor karena keringat sejak kabur dari desa. Ikhsan yang melihat kakaknya shirtless tiba-tiba teringat kejadian di gubuk saat itu. Dia pun langsung bangun dan menarik tangan kakaknya ke kasur. Membuat remaja lebih tua setahun itu terjatuh di atasnya.
"Lo ngapain sih, San?" tanya Imron yang kaget karena Ikhsan menariknya tiba-tiba. Namun adiknya itu malah mendekatkan kepalanya dan mencium bibir kakaknya. Membuat orang dihadapannya itu membeku.
"Bang, adek mau mainin itu abang." Tangan Ikhsan sudah menjamah ke bagian jendolan celana Imron. Membuat remaja itu memejamkan matanya sejenak, lalu tersadar kembali kalau yang melakukan itu adalah saudara kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penakluk Mahasiswa Akhir [END]
Fiksi RemajaSeason 2 dari cerita Pemerahan Mahasiswa KKN. Kehidupan Arga dkk setelah kabur dari desa Cibudan.