Karina mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Kakinya terus berlari cepat menghindari kejaran tiga orang dewasa dibelakangnya.
Penampilannya lusuh karena keringat dan rambutnya yang sudah tidak terikat rapi.
Beberapa orang juga menatap heran kearah karina yang berlari kencang melewati mereka.
Ketika dipersimpangan, naasnya karina menginjak tali sepatunya yang terlepas. Ia tersungkur dengan kuat kearah depan.
Ia meringis lalu mencoba bangun. Kini karina malah sudah menangis menahan sakit dan lelah disekujur tubuhnya. Ketiga orang dewasa yang mengejarnya tadi langsung mengangkat paksa kedua lengan karina untuk berdiri.
"Heh bisa bisanya kamu kabur! Bayar hutang jarvis sekarang!" Bentak salah seorang yang tengah berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang menatap kesal kearah karina.
"Itu hutang dia! Kenapa kalian malah ngejar aku!" Jerit karina masih menangis.
"Dia juga kabur kaburan! Mau gak mau kita nagih kekamu!" Kesal orang itu.
"Aku cuma anak SMA mana punya uang sebanyak itu om!" Isak karina.
"Kamu kan kerja dimini market itu, masa gak digaji?" Sentak debt collector itu.
Karina hanya menggeleng tak sanggup lagi menjawab, lututnya bergetar karena kelelahan.
Mungkin memang takdir keduanya bertemu, jeno keluar dari mini market dipersimpangan sepi itu, hendak menaiki motornya.
Namun suara bentakkan keras membuatnya menoleh kearah sebrang jalan. Ia membuka kaca helmnya memastikan perempuan berseragam SMA itu adalah karina.
Dengan cepat ia membuka kembali helmnya dan berlari kearah mereka.
"Ini ada apa?" Tanya jeno sedikit panik saat melihat betapa kacau gadis itu.
Jeno hendak meraih lengan karina namun ditahan oleh penagih hutang tersebut.
"Kamu siapa? Kita gak punya urusan, jadi silahkan pergi" usir orang itu.
"Maaf pak, dia teman saya. Ini ada apa?" Tanya jeno menahan diri dari dorongan orang didepannya.
"Cuma teman. Udah sana pergi" usir orang itu lagi kembali mendorong jeno agar menjauh.
"Gak bisa pak. Ini saya tanya ada apa? Saya bisa laporin bapak karena kekerasan" ancam jeno dengan wajah tegas.
Petugas debt collector itu berdecak sambil berkacak pinggang.
"Ayah anak ini punya hutang lima belas juta. Sudah lima bulan gak dibayar bayar. Belum lagi bunganya, karena dia anaknya saya mau nagih kedia. Karena saya dan anggota saya yang bakal kena marah atasan kalo nunggak terus" kesal orang itu sambil menunjuk karina.
Jeno sempat tertegun sejenak, lalu berdehem pelan.
"Bapak bisa catat nomor hp saya, besok saya transfer uangnya" kata jeno membuat karina mengangkat sedikit kepalanya.
Air matanya semakin deras menatap jeno yang tengah berdiskusi dengan debt collector itu.
"Bener ya ini?" Tanya orang itu setelah menerima jaminan kalau kalau jeno menipu.
Jeno mengangguk mantap, lalu matanya teralih menatap karina yang juga tengah menatapnya.
"Jadi saya boleh bawa teman saya kan?" Tanya jeno.
"Yaudah, ini saya tunggu sampai jam enam sore. Kalo gak dibayar saya bakal datangin anak ini lagi kerumahnya" ancamnya.
"Iya pak" kata jeno, lalu orang tadi menyuruh bawahannya yang tengah menahan karina untuk melepaskan gadis itu dan mengajaknya pergi.
Jeno segera meraih bahu karina yang lemas lalu membawanya duduk didepan mini market.
Setelah berhasil memapah karina, ia segera berlari masuk kedalam mini market tanpa mengatakan apapun.
Karina mengusap wajahnya yang basah oleh keringat dan air mata. Masih sedikit terisak ia menghela nafas menatap langit yang lumayan terik sambil menyandarkan tubuhnya kekursi.
Tak lama kemudian, jeno keluar dengan kresek ditangannya. Ia menarik kursi mendudukkan diri disamping karina sambil membuka botol minum ditangannya lalu menyodorkan pada gadis itu.
Karina menerima air itu lalu meneguknya banyak. Jeno kembali membuka plastik dipangkuannya lalu mengeluarkan tisu serta kapas, obat merah dan plester.
Karina hanya diam menurut saja karena kehabisan tenaga untuk sekedar membuka mulut. Jeno memberikan sekotak tisu pada karina guna membersihkan wajahnya. kemudian meraih dagunya lalu mengusapkan pelan pada luka didagu karina menggunakan kapas yang ia basahi dengan air.
Lalu beralih pada siku, kedua telapak tangan karina, kemudian lutut gadis itu juga ia bersihkan dan obati.
Setelah selesai menutup luka luka lecet itu dengan plester, jeno memberesi sampahnya. Kemudian ikut menyandarkan diri pada kursi.
Jeno melirik pada karina yang tampak melamun, gadis jangkung itu terlihat pucat, bahkan garis wajah yang biasanya terkesan cuek dan datar itu menghilang terganti dengan raut murung gadis itu.
Jeno menatap jam tangannya lalu menoleh pada karina yang memperbaiki ikatan rambutnya.
"Ayo gue anter pulang" ajak jeno. Karina menurunkan tangannya dari rambut kemudian saling meremas gelisah.
"Lo gak perlu beneran transfer" ujar karina lirih.
Jeno menghela nafas.
"Tapi kalo lo kayak gini terus gimana? Gue beneran mau nolongin lo""Gue gak suka hutang budi jen" balas karina masih menolak.
"Dan gue juga gak perlu bayaran atas budi gue. Jadi lo tenang aja, sekarang yang lo pikirin adalah diri lo. Urusan hutang itu gak usah lo pikirin. Gue akan usahakan itu lunas besok rin"
Karina menghela nafas berat, lalu mengangguk.
"Gue bakal ganti uang lo" kata karina menatap jeno disampingnya.Jeno tersenyum lembut berusaha menenangkan perasaan gadis itu.
"Terserah. Kalo udah sama gue gampang aja, lo bisa bayar kapan pun" ujar jeno.Jelas ia mulai memahami perangai karina yang tidak akan membiarkan seseorang menolongnya begitu saja.
Setelah sepakat dengan akhir pembicaraan, karina menyetujui ajakan jeno yang akan mengantarkan ia pulang kerumahnya.
Mi rebus.
![](https://img.wattpad.com/cover/356894847-288-k18035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU | JENO X KARINA✔
Fanfictionstay with you - lee jeno stay with me - karina yoo THANK YOU FOR : #41 in jenrina #94 in boyfriend #4 in jenrina 🔥 #5 in jenrina🔥 #3 in jenrina🔥 #3 in karina🔥 #1 in jenrina🔥