♤26

336 45 0
                                    

"Rin sebelum lo gue anter, gue pengen ngasih tau sesuatu"

Karina menatap eric menunggu cowok itu melanjutkan ucapannya.

"Gue minta sama lo buat hati hati sama pacar lo"

Karina mengerutkan alis.

"Why?"

"Awalnya gue gak yakin tapi pas bawahan yang gue suruh buat nyari tau tentang motif penculikan semalam ngasih gue rekaman, gue udah langsung percaya. Dan gue gak mau lo kenapa napa"

"Apa? Jeno baik baik aja kok. Dari awal gue kenal sampe kita akhirnya pacaran pun gak ada yang salah dari jeno" 

Eric mengangguk anggukan kepalanya paham.

"Tapi coba lo liat video ini dulu"

Karina menerima ponsel eric dan menatap layar hitam disana.

Karina menekan tombol play pada ponsel eric dan langsung memunculkan wajah papanya dan siluet seseorang.

"Anda harus melunasi dalam waktu seminggu. Saya tidak menerima alasan apapun lagi"

"Untuk saat ini saya masih belum punya uang yang cukup. Tapi kalo memang begitu saya cuma bisa menggadaikan rumah. Apa tuan menerima??"

"Saya gak butuh rumah itu. Kalo memang anda mau menggadaikan barang saya mau minta sesuatu"

"Apa itu?"

"Saya mau karina"

"Karina? Maksudnya karina saya gadaikan?"

"Hmm. Serahkan karina maka hutangmu lunas"

"Baik. Baik tuan saya akan bawakan anakku padamu"

Karina menggenggam erat ponsel milik eric. Video tadi sudah mati namun karina masih menatap nyalang kearah layar ponsel.

Eric menepuk pundak karina menenangkannya sembari mengambil alih ponselnya.

"Lo yakin?" Lirih karina.

"Gue harus bilang apa kalo udah ada bukti?"

Karina mengepalkan jemarinya kuat menahan tangis.

Ia benar benar kecewa pada papanya yang tega menjual dirinya demi melunasi hutang.

Belum lagi orang yang menjadi lawan bicara papanya. Siluet itu.... benar benar mirip jeno.

♤♤♤

Winter dengan tatapan penuh emosi melangkah cepat menuju basement rumah pacarnya, jaemin.

Art rumah jaemin yang melihat kedatangan winter menyapa ramah namun dilewati begitu saja oleh winter.

Art tersebut mengerutkan kening heran, tak biasanya winter mengabaikan. Cewek itu sangatlah ramah dan aktif tapi memang dari awal ia masuk sang art sudah bisa melihat raut marah pacar tuan mudanya itu.

Dengan gerakan kasar winter membuka pintu dan menutupnya kembali sampai berdebum.

Jaemin, jeno, haechan dan renjun yang memang lagi berkumpul untuk nongkrong terlonjak kaget.

"Say- winter!"

Jaemin langsung menarik lengan pacarnya itu dan mendekapnya erat karena cewek itu memberontak ingin dilepaskan setelah melayangkan tamparan pada jeno.

Jeno juga langsung berdiri, ia sangat terkejut dengan gerakan tiba tiba winter.

"Brengsek lo jen! Bajingan! Mau lo apa hah! Berani beraninya lo mainin temen gue! Lo udah janji sama gue buat jagain dia tapi? Lo tega banget lee jeno!" Amuk winter masih berusaha melepaskan diri.

Haechan dan renjun jadi menyembunyikan jeno dibelakang mereka.

"Win tenang dulu. Ada apa ngomong pelan pelan aja" ujar haechan yang agak ngeri juga melihat tatapan marah winter.

"Temen lo itu kurang ajar!"

"Sssht! Udah. Sayang tenang dulu. Kita omongin pelan pelan, gak akan ada yang ngerti kalo kamu marah marah gini" sela jaemin yang sudah tidak tahan mendengar winter yang terus mengumpat.

Winter mendengus masih dengan tatapan sinis kearah jeno. Ia mendudukkan diri disamping jaemin sedangkan jeno bersama haechan dan renjun disisi lain yang agak jauh.

Menunggu beberapa saat, winter tampak lebih tenang dari sebelumnya walaupun masih dengan wajah tertekuk.

Jaemin tak berhenti mengelusi lengan dan pundak winter agar tak kembali mengamuk.

Haechan mengkode renjun untuk bertanya. Renjun berdehem pelan.

"Ini ada apa win? Kenapa lo tiba tiba emosi gini?" Tanya renjun.

Winter tak lagi berteriak seperti tadi, ia merogoh saku celana lalu membuka ponselnya dan meletakkannya diatas meja.

"Liat sendiri" ketus winter.

Mereka berempat sontak mendekat kearah meja menatap layar ponsel winter yang tengah menayangkan sesuatu.

Durasi video hanya satu menit tapi mampu membuat keempat laki laki itu terperangah dan serempak menoleh kearah jeno yang juga terlihat terkejut.

"Lo yakin ini asli?" Tanya haechan.

Winter mengangguk.

"Gue dapat dari karina langsung"

"What the fuck jen!" Umpat renjun tak percaya.

Jaemin pun tampak masih terlihat syok. Haechan dan renjun menepuk nepuk punggung jeno yang kini raut wajahnya mengeras marah.

"Lo jangan harap bisa ketemu karina lagi setelah ini" sinis winter.

"Win bentar. Lo sama karina kayaknya salah paham" sergah renjun.

Winter mengerutkan alis tak suka.

"Itu jelas loh ren apanya yang salah paham?"

"Iya gue tau. But ini bukan jeno"

Winter berdiri sambil menggebrak meja.

"Gak usah ngebelain mentang mentang dia temen lo! Bayangin gimana sakitnya karina pas tau dijual sama papanya sendiri ke cowok yang dia anggap guardian angel nya?! Gak punya hati ya lo pada!"

Jaemin menarik winter kembali duduk.

"Bukan. Bukan tanpa alasan kita bela jeno winter. Jeno gak salah dan gak ngelakuin itu semua. Dan divideo itu udah jelas bukan jeno sayang"

"Apanya jaem?? Walaupun cuma keliatan remang remang itu jelas banget struktur wajah jeno"

"No. Itu bukan jeno"

"Kamu-"

"Itu eric. Eric lee temen sekelas kamu sama karina. Sepupu jeno"

Winter terdiam. Kepalanya seakan baru terbuka, ia baru mulai berpikir setelah diliputi emosi tadi.

Keterdiaman winter membuat haechan dan renjun saling bertukar pandang.

Haechan menyodorkan ponselnya yang sedari tadi diutak atik kehadapan winter.

"Lo bisa liat versi terangnya"

Winter meraih ponsel haechan dan memplay video tadi.

Mata winter sedikit membola kala ia baru menyadari benar benar bukan jeno.

Eric dan jeno memang memiliki garis wajah yang mirip tapi ketika hanya dilihat dari siluet saja.

Jika disandingkan berdua jelas berbeda.

Winter membekap mulutnya tak percaya lalu menatap mereka dengan resah.

"Kalian tau? Yang nyelametin karina kemarin itu eric dan yang ngasih video ini kekarina itu eric juga"

"What?!"













Apa masih ada yang bangun?? Hehehe.

Good night all🤗

Jangan lupa follow vote komennya yaa!!

WITH YOU | JENO X KARINA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang