♤5

652 70 1
                                    

Karina berangkat lebih pagi dari biasanya. Tangannya memegang kotak makan berwarna biru muda menuju kelas IPS 1.

Ia melongokkan kepalanya kedalam kelas itu mencari keberadaan jeno. Namun belum ada seorang pun didalam sana.

"Gue kepagian kali ya?" Monolog karina. Ingin meletakkan dimeja saja, tapi ia juga tidak tahu dimana bangku jeno.
Akhirnya ia memilih untuk kembali kekelasnya.

Winter menatap karina yang memasuki kelas dengan kotak bekal ditangannya.

"Dari mana rin? Tumben gak tidur" tanya winter. Karina mendudukkan diri dikursinya.

"Hm? Iya gue keluar sebentar tadi"

Winter melirik bekal yang ditaruh kedalam laci oleh karina dengan wajah penasaran.

"Dari siapa?"

Karina menoleh.
"O-oh punya gue" jawab karina, ia menggaruk kepalanya kikuk.

Winter menyipitkan mata memandang curiga.
"Untuk?"

"Untuk gue, kenapa muka lo?" Karina memundurkan tubuhnya karena winter menatapnya terlalu dekat.

Winter tersenyum miring, karina langsung mendengus sambil memalingkan tubuhnya menghadap depan.

"Beneran?" Tanya winter mulai menjahili karina.

"Beneran. Ini punya gue untuk gue, bukan buat jeno. Udah deh win" keluh karina melirik kesal winter yang saat ini sudah tertawa lebar.

"Anjir, rin. Gue gk bilang itu buat jeno loh" ujar winter masih tertawa geli.

Karina membuang muka merasa malu, namun  berusaha bersikap biasa. Ia mengusap wajah winter dengan kesal.

"Mangap mulu heran. Maksud omongan lo kan juga kesitu. Apa bedanya sama gue?" Dengus karina.

Winter meredakan tawanya sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Tapi beneran deh, rin. Lo kalo suka juga gak masalah kali" ujar winter. Karina melotot tak setuju.

"Yang bilang suka tuh siapa? Lonya aja yang ledekin gue mulu sampe salting" kata karina dengan wajah merengut.

"Ya siapa taukan? Mungkin lo bilang gak suka sekarang, mana tau besok? Lusa? Minggu depan? Bulan depan? Tahun depan?"

"Ngomong apa sih lo?" Karina menatap winter heran.

"Ck! Maksud gue, gak ada yang bisa memprediksi gitu loh" jawab winter sembari mendorong lengan karina gemas.

"Ya emang gue pikirin" Ujar karina tak peduli.

Kini winter yang memasang wajah kesal.
"Ya harus lo pikirin! Emang lo mau jomblo selamanya?" Kata winter dengan mata melebar.

"Mau mau aja" jawab karina santai.

"Heh! Kalo lo jomblo selamanya, mau jadi perawan tua? Cih cantik cantik gak laku" sungut winter tak habis pikir dengan temannya satu ini.

"Ya biarin, gak ada salahnya jadi perawan tua" ujar karina membuat winter menepuk keningnya frustasi.

"Ya jangan dong! Masa gue temenan sama perawan tua?!"

Karina mendesah lelah, lalu menghadapkan diri kearah winter.

"Gue gak masalah hidup sendiri selamanya. Gue juga gak masalah nanggung hidup gue selamanya sendirian. Gue cukup mempercayai diri gue doang tanpa takut dihianatin. Kalo lo mau nikah, silahkan. Itu urusan lo gue gak ikut campur. Lagian, kita masih SMA win, ngapain ngomongin hal berat gini?!" Karina mulai jengah dengan obrolan mereka pagi ini.

Winter tertawa pelan.
"Ya habisnya gue gregetan sama lo. Rin, gak semua orang sama. Sekarang lo belum aja ketemu orang yang baik dan setia. Pokoknya lo harus nikahlah! Masa enggak?!"

"WINTER?!"

Winter kembali tergelak, karina menatap lelah temannya itu sambil menggelengkan kepala.

Karina menopang dagu menghadap papan tulis. Tanpa sadar, ia memikirkan ucapan winter. 'Apa iya gue emang belum nemu cowok baik dan setia?' Batinnya.

Lalu ia teringat bekal yang ia bawa. Karina melirik winter yang sedang bercermin di ponselnya.

"Winter, gue beneran nanya deh. Lo tau gak alamat rumah jeno?" Tanya karina.

Winter yang sedang menepuk nepuk pipinya pelan menoleh.
"Mau ngapain sih emangnya?"

"Gue mau balas budi aja" jawab karina sembari menatap winter yang kembali bercermin.

"Eum.. gue sih gak tau rumahnya, tapi setau gue jeno tinggal diapartemen" kata winter berusaha mengingat.

"Kenapa dia gak tinggal dirumah?" Tanya karina penasaran. Winter mengedikkan bahu.

"Ya mungkin dia bolak balik. Biasalah, mungkin dia pengen tinggal sendiri" jawab winter.

Karina mengangguk pelan.
"Dimana?"

"Di samping blok D, gedungnya deket supermarket gede di jalan kenanga ujung persimpangan. Tau kan?"

Karina kembali mengangguk, kemudian ia menelungkupkan kepalanya diatas meja, tak ingin bertanya lagi.

Winter menatap karina dengan senyum gemas. 'Semoga cinlok deh lo, rin. Gue pendukung nomor satu buat lo'. Batinnya menggebu gebu.



Mi ayam.

WITH YOU | JENO X KARINA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang