Two

1.8K 153 4
                                    

Zane menyandarkan kepalanya beberapa saat setelah dirinya masuk ke dalam mobil yang disupiri oleh Reno. Ia baru saja menyelesaikan pertemuan bisnis dengan salah satu perusahaan pemberi return terbanyak dari perusahaan-perusahaan yang menerima investasi dari Edzard Investment.

Pertemuan tadi berlangsung selama kurang lebih dua jam. Tidak terlalu lama memang, tapi bagi Zane pertemuan yang mengharuskannya beramah tamah membuat energinya terkuras. Ia lebih senang menghabiskan waktunya sendiri, menenggelamkan diri dalam kesibukan di ruangan kantornya.

"Setelah ini, tidak ada pertemuan lagi kan?" tanya Zane kepada Reno setelah sekian lama menghentangkan keheningan.

"Tidak ada, Pak." jawab Reno langsung yang hanya dibalas dengan gumaman Zane. Suasana pun kembali hening dan memunculkan sekelebat rasa tak mengenakan di dada Reno. Meski ia sudah melakoni pekerjaannya sebagai sekretaris Zane selama hampir dua bulan, tetap saja ia masih belum terbiasa dengan sikap sang atasan yang ternyata luar biasa berbeda saat hanya sedang sendirian seperti ini. Selama dua bulan ini, Reno menyadari bahwa senyum ramah dan lemparan candaan yang sering terlontar dari mulut atasannya kepada orang-orang yang ditemui, hanyalah topeng belaka.

Perlahan demi perlahan, Reno mengenali sosok asli seorang Zane Ocean. Sosok yang begitu dingin, jarang hampir tidak pernah menunjukan ekspresi, dan tak tersentuh. Reno bahkan mulai ragu, apakah sikap hangat yang ditujukan Zane kepada keluarganya, adalah sikap hangat yang tulus atau tidak.

Ternyata, memiliki punya banyak uang yang bisa digunakan untuk membeli dan melakukan apapun, tidak bisa menjamin kebahagiaan seseorang ya.

=====

Kavita baru sampai ke kediaman Edzard ketika langit sudah berubah menjadi gelap. Hari ini, durasi les privat yang diberikannya kepada Zio bertambah karena bocah laki-laki itu besok akan menjalani tes akhir semester. Biasanya, ia sudah berada di dalam rumah sebelum matahari terbenam. Tetapi hari ini ia baru bisa menginjakan kakinya di rumah ketika waktu menunjukan pukul tujuh malam.

"Terima kasih atas tumpangannya, Pak Rendra." ucap Kavita setelah dirinya turun dari mobil yang dikendarai oleh paman Zio. Karena Kavita sudah menjadi guru les privat Zio saat bocah itu duduk di bangku kelas satu SD, ia jadi akrab dengan keluarganya.

Rendra yang duduk di kursi pengemudi tersenyum lalu berkata, "Kamu manggil saya, Pak, lagi. Padahal jarak umur kita cuma tiga tahun."

Kavita menggaruk kepalanya sungkan. "Maaf, Pak, eh Mas. Saya belum terbiasa."

Masih dengan senyum yang sama, Rendra membalas, "Nggakpapa. Selama kamu masih ngelesin keponakan saya, kamu masih punya banyak waktu buat membiasakan diri,"

Kavita hanya membalas ucapan Rendra dengan senyum kakunya. Pandangannya lalu beralih ke arah Zio yang tadi memaksa ikut mengantarnya pulang. Meski bagi Kavita, kekeras kepalaan Zio yang ingin ikut benar-benar menjadi sebuah pertolongan baginya dari kecanggungan dirinya dan Rendra.

"Terima kasih ya, Zio, sudah mau nganterin Bu Guru. Habis ini jangan main ya, langsung istirahat." Zio mengangguk dengan wajah riang. "Siap, Bu Guru. Zio habis ini tidur."

Kavita pun mengangguk dengan senyum puasnya. Ia sudah hendak mengucap kata ketika sebuah mobil familiar lewat di depannya sebelum akhirnya masuk ke dalam gerbang kediaman Edzard.

Zane. Itu adalah mobil tuan mudanya.

Begitu mobil Zane sudah tertelan sepenuhnya oleh gerbang utama, pandangan Kavita pun kembali terarah kepada Zio. Kavita mengucap pamit sekali lagi, menunggu Rendra untuk melajukan mobilnya, sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah.

Perempuan itu memberikan sapaan singkat kepada Pak Badri - satpam yang malam ini bertugas berjaga di pos dekat gerbang. Sebelum akhirnya langkah serta tatapnya kembali terarah ke jalan setapak menuju rumah kecil yang berada di sebelah gedung utama.

Something UnfinishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang