Twenty Three

992 97 6
                                    

Dua orang yang biasanya tidak pernah akur itu kini terselimuti hening yang sama sekali tidak mereka mengerti. Sampai akhirnya Kavita memutuskan untuk menghancurkan keheningan itu dengan berucap, "Tuan, apa dengan berperilaku seperti ini kepada saya, Anda tidak takut terkena karma suatu hari nanti?"

Kedua mata Zane perlahan terbuka. Ia lalu terkekeh dan menundukan kepalanya untuk menatap Kavita, "Takut? Untuk apa aku takut? Beban beratku sudah luar biasa banyak sampai-sampai aku tidak tahu bagaimana rasanya mendapatkan ketenangan. Karma? Sepertinya tidak akan ada bedanya bukan, dengan beban berat yang aku rasakan selama ini?"

"Tentu saja akan lebih berat, Tuan. Karena karma akan bekerja menyakiti hati Anda yang selama ini tidak pernah terlibat."

Zane terkekeh. "Hati? Kau pikir, orang sepertiku masih memiliki hati?"

"Aku sudah membuang hatiku sejak lama, Kavita. Sepertinya, karma akan kesulitan untuk mencari cara menyakitiku."

"Anda terlalu sombong, Tuan." timpal Kavita dengan mata yang dipenuhi kekesalan. Hal itu membuat Zane kembali tersenyum sebelum kemudian bergerak memagut bibir Kavita. "Bukankah dengan segala hal yang aku miliki dan sudah capai, aku pantas untuk sombong?"

Kavita mendecih. "Memangnya, semua yang Anda miliki bisa membantu Anda nanti ketika hati Anda yang terserang? Saya jamin, semua milik Anda tidak akan bisa membantu."

Zane menyeringai kecil dengan tangan yang bergerak menyentuh sebelah pipi Kavita. "Kenapa? Apa kau tidak sabar karma mendatangiku?"

"Apa kau akan senang kalau karma benar-benar berhasil menyakitiku?"

Tanpa ragu, Kavita menganggukan kepalanya. "Tentu saja saya akan senang setengah mati. Orang yang menyakiti saya paling banyak harus mendapatkan balasan yang serupa."

Zane kembali terkekeh. "Kau ternyata sedikit cerewet ya kalau aku biarkan begini."

"Kenapa? Apa Anda tidak suka saya cerewet? Kalau begitu saya akan lebih cerewet agar Anda semakin tidak menyukai saya dan cepat melepaskan saya." sahutan dari Kavita membuat Zane terdiam dengan tatap tak terbaca yang kini tertuju ke arah perempuan di pelukannya. Tangan Zane lalu kembali bergerak mengelus wajah Kavita. "Apa kau sadar kalau dirimu yang seperti ini, yang semakin menunjukan sisi dirimu yang asli adalah sebuah pertanda bahwa kau semakin nyaman di hadapanku?"

Kedua mata Kavita langsung melebar tidak terima. "Saya berperilaku seperti ini hanya kepada orang yang sangat saya benci, Tuan. Jadi, Anda tidak perlu tertalu percaya diri seperti ini."

"Nyaman?" Kavita mendecih. "Bagaimana mungkin saya bisa nyaman di hadapan sesosok monster seperti Anda? Tidak akan pernah."

Bukannya merasa sakit hati, Zane malah kembali menampilkan senyum samarnya. "Aku tidak akan melarangnya. Kalau kau merasa nyaman denganku, aku sama sekali tidak keberatan, Kavita."

Kavita memutar bola matanya kesal. "Bicara sama orang nggak waras memang susah." gerutunya sembari berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Zane. Tapi tentu saja Zane tidak akan membiarkan keinginan Kavita terkabul begitu saja. Pria itu malah semakin mengetatkan pelukannya dan menunduk. "I like it, Kav. Dirimu yang bersikap lebih terbuka seperti ini kepadaku."

Kavita menyeringai kecil sembari menempatkan kedua tangannya di dada Zane. "Kalau begitu saya tidak akan bersikap seperti ini lagi ke depannya. Saya tidak suka kalau Anda senang, Tuan."

Zane malah terkekeh sebelum kemudian semakin menunduk dan mendekatkan bibirnya dengan milik Kavita. Dengan bibir yang sudah saling bergesekan, Zane berkata, "You'll be the death of me, Kavita."

"Kau benar-benar membuatku gila."

=====

Kening Zane mengerut tatkala telinganya baru saja mendengar sebuah nama yang sama sekali tak ia duga dari mulut sekretarisnya. "Siapa?"

Something UnfinishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang