Something Unfinished

Nine

Zane menelusuri Kavita dengan seksama sebelum kemudian sebuah rasa puas yang terasa menyenangkan, membanjiri dadanya. Wanita itu baru saja keluar dari kamar mandi di dalam ruangannya dan ia sudah mengenakan pakaian yang Zane belikan.

Bagus, tidak ada lagi sisa barang milik orang lain di diri Kavita - bunga mataharinya.

"Saya pamit undur diri, Pak." dengan sisa amarah yang masih terpancar di wajahnya, Kavita berpamitan dengan tangan yang mencengkram erat paper bag berlogo salah satu high end fashion brand yang baru mampu Kavita beli setelah menjual salah satu ginjalnya.

Karena suasana hatinya yang baik, Zane memilih untuk tidak kembali mengonfrontasi Kavita. Ia mengangguk dan berkata, "Setelah ini temuilah Reno. Dia akan menjelaskan pekerjaanmu."

"Baik, Pak." setelah mengatakan itu, Kavita mengangguk singkat dengan mata yang terarah ke bawah. Ia sama sekali tidak sudi memandang monster jahat yang sedang duduk dengan ekspresi penuh kepuasan itu.

Setelah mendengar gumaman singkat dari Zane, Kavita pun membalikan tubuh dan berjalan cepat menuju pintu. Meninggalkan Zane, yang kini benar-benar dilingkupi suasana baik bukan main.

=====

Sisa hari yang dijalani oleh Kavita dapat dikatakan berjalan dengan lancar. Setelah mendapatkan pengarahan dari Reno - sekretaris utama Zane, Kavita langsung mengerjakan tugasnya. Ia mulai menyortir dan merapikan seluruh berkas legal yang selama ini kurang terorganisir karena langsung dipegang oleh Reno. Yah, pekerjaan utama pria itu sudah sangat padat. Kavita dapat memaklumi jika Reno tidak memiliki banyak waktu untuk membereskan atau merapikan hal-hal administrasi seperti ini. Apalagi latar belakang pria itu yang sama sekali tidak memiliki pengalaman di bidang hukum.

Begitu waktu pulang tiba, Kavita pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk memperhatikan rekan-rekan kerja yang baru di divisi sekretariat. Ia pun menghela napas lega tatkala mendapati bahwa semuanya kini bergerak serempak membereskan pekerjaan dan berkemas.

Satu hal yang Kavita sukai saat bekerja di sini adalah perusahaan benar-benar menekankan para karyawannya untuk tidak bekerja lembur. Kecuali jika memang ada suatu hal yang mendesak seperti harus menyelesaikan proyek besar yang tenggat waktunya sudah mendekati atau mungkin ada pekerjaan tambahan yang memang langsung diberikan oleh Zane. Dan tentu saja, karyawan-karyawan itu akan mendapatkan upah lembur.

Divisi sibuk yang dapat dikategorikan cukup sering kerja lembur adalah divisi finance sebagai jantung dari perusahaan keuangan seperti Edzard investment. Lalu, divisi marketing yang biasanya dikejar oleh tenggat berbagai macam proyek dan terakhir tentu saja divisinya sekarang - sekretariat karena berada di bawah naungan sang bos besar secara langsung.

"Ayo, pulang, Kav. Mumpung bos lagi baik hati nggak kasih kita tambahan kerjaan." ucap Ratna - salah satu pegawai senior di bagian sekretariat. Kavita mengangguk sembari membalas senyum hangat Ratna. "Siap, Bu. Saya juga nggak niat buat lembur di hari pertama kerja di sini." Ratna kembali tersenyum sebelum berkata kepada Kavita agar cepat memberesi barang-barangnya dan mereka bisa turun bersama ke lobby.

Kavita bergerak cepat dan sebelum menyusul langkah Ratna serta rekan-rekannya yang lain, ia melirik cepat ke arah dinding kaca ruangan Zane. Jantungnya tiba-tiba saja bergemuruh tanpa alasan saat mendapati tatap mata mendominasi milik Zane yang ternyata terarah kepadanya. Kavita langsung membuang pandangannya dan mengumpat dalam hati sembari mempercepat langkahnya menyusul rekan-rekannya yang kini sudah berdiri di depan lift.

Detak jantung Kavita pun perlahan kembali ke ritme normalnya saat ia sudah berada di dalam lift bersama dengan yang lain. Dengan kepala yang ia sandarkan ke dinding lift, Kavita memejamkan kedua matanya singkat. Pikirannya kini sedang berkelana, mencari berbagai macam alasan yang masuk akal kenapa sesosok seperti Zane Ocean bisa tertarik peada seseorang yang benar-benar biasa seperti dirinya.