Thirty

1K 90 8
                                    

Sudah hampir dua minggu berlalu setelah kejadian dimana Zane begitu menyakiti Kavita dengan kata-katanya. Dan selama itu, semesta seolah sedang membantunya untuk memulihkan hati karena Zane sedang disibukan dengan persiapan pernikahannya yang dimajukan.

Ya, berita mengenai pernikahan pria itu yang dimajukan menjadi bulan depan sudah tersebar ke khalayak umum. Foto Zane dan Zarina kini terpampang hampir di semua media yang memberitakan pernikahan yang akan menyatukan dua kerajaan bisnis di Indonesia itu.

Semuanya terjadi begitu cepat dan jujur saja kini Kavita sama sekali tidak mengerti perasaannya yang sebenarnya. Seharusnya, ia senang kan? Seharusnya ketika pria paling jahat yang telah menyakitinya itu menikah dengan perempuan lain, Kavita merasa lega kan?

Tapi kenapa sekarang dadanya malah terasa berat?

Kavita yang sedang duduk sendirian di rooftop, menghembuskan napas lelahnya. Dengan kepala yang terasa pening, Kavita menyandarkan kepalanya ke sandaran bangku dan memejamkan kedua matanya.

Tahan, Kavita. Zane pasti akan melepaskanmu. Perlahan, penjagaan terhadapmu akan mengendur dan saat itulah, kamu bisa kabur bersama bapak.

Begitulah sugesti yang terus Kavita putar ulang di benaknya. Ia hanya harus bersabar sebentar lagi sebelum semuanya usai.

Sepertinya karena lelah atau karena tubuh beserta pikirannya yang terasa begitu penat, Kavita tidak menyadari bahwa dirinya tertidur. Perpaduan langit jingga sore hari dan angin sepoi yang menerpa membuat perempuan yang terlihat pucat itu berpindah ke alam mimpi.

Kesadaran Kavita perlahan kembali ketika ia merasakan sebuah sentuhan samar di pipinya. Kedua matanya perlahan terbuka dan ia langsung menemukan pemandangan langit yang sudah hampir gelap. Astaga, sudah berapa lama aku ketiduran?!

"Kenapa tidak tidur di ruang kesehatan saja kalau tidak enak badan?" kepanikan yang dirasakan oleh Kavita langsung memudar karena terkejut saat mendengar suara yang beberapa lama ini tidak ia dengar. Kavita menoleh ke samping dan menemukan sesosok Zane yang duduk di sampingnya dengan raut lelah.

Kavita langsung berdeham untuk menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba saja datang menyapa. "Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan? Bukankah akhir-akhir ini Anda sibuk bukan main?"

"Apa kau lupa kalau perusahaan ini adalah milikku? Apa aku harus memiliki alasan yang spesifik untuk datang kemari di tengah kesibukanku?" sahut Zane santai yang dibalas dengan dengusan Kavita. "Seperti biasa, Zane Ocean yang sombong."

Zane hanya tersenyum samar sebelum kemudian mengangkat tangannya untuk membelai pipi Kavita. "Kau terlihat pucat."

"Memangnya, gara-gara siapa saya jadi banyak pikiran dan sakit begini?" sungut Kavita dengan suara pelan namun masih dapat ditangkap oleh telinga Zane. Sebelah alis pria itu terangkat lalu menggerakan tangannya untuk menghadapkan wajah Kavita kepadanya. "Apa kau memikirkanku?"

Kavita mendengus. "Memikirkan Anda dalam konotasi yang tidak baik, Tuan. Jangan berharap saya memikirkan hal-hal yang baik tentang Anda karena nyatanya memang begitu kan? Yang Anda beri kepada saya hanyalah rasa sakit bukan sebaliknya."

Zane terdiam sesaat dengan manik yang menatap lurus keseluruhan wajah perempuan yang tanpa sadar sudah menyusupkan sebuah rasa rindu di dadanya. Ia lalu menarik perempuan itu ke dalam dekapannya.

"Tuan! Bagaimana kalau ada yang datang?!" ucap Kavita dengan tangan yang bergerak mendorong dada Zane. Tentu saja dorongan Kavita sama sekali tidak memberikan pengaruh kepada Zane. Pria itu malah semakin mengetatkan pelukannya sebelum menyandarkan kepalanya di bahu Kavita. "Mereka semua sudah pulang kecuali Reno. Reno tidak akan menganggu kita."

Something UnfinishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang