Thirty Four

1.1K 133 25
                                    

Hari ini adalah hari keberangkatan Kavita dan sang ayah ke Singapura sesuai dengan yang diaturkan oleh Zane. Mengenai ketidak hadiran perempuan itu di kantor, Zane sudah memberikan perintah kepada Reno untuk membuat kepergian Kavita sebagai mutasi karyawan ke cabang Singapura. Itu adalah hal terpenting yang harus ia pikirkan agar paling tidak, orang-orang kantor tidak menaruh curiga terhadap Kavita. Sedangkan hal-hal kecil lainnya, Zane menyerahkan sepenuhnya kepada Reno untuk dibereskan.

Kavita dan Bayu baru akan bertolak ke negeri singa itu pada malam hari. Tentu saja, Zane yang diam-diam masih merasa begitu berat dengan kenyataan bahwa setelah ini mereka tidak akan bisa bertemu sesering biasanya, memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan Kavita dari siang. Ia membabat habis semua pekerjaannya hanya dalam waktu setengah hari. Itulah kenapa ia bisa pergi menemui Kavita pada jam makan siang.

"Bukankah Anda seharusnya sibuk dengan persiapan pernikahan Anda, Tuan? Besok adalah harinya kan?" ucap Kavita setelah menutup pintu mobil. Zane menaikan sebelah alisnya lalu menjawab, "Untuk apa orang sepertiku mengurusi pernikahan? Aku punya cukup uang untuk menyuruh orang lain melakukan segalanya untukku."

Kavita langsung memutar bola mata lelah. "As always, Zane Ocean yang sombong."

Sudut bibir Zane terangkat dengan tatap mata yang terarah kepada perempuan di sampingnya. Ia lalu menyentuh dagu Kavita dengan lembut dan menunduk, "I really like it when you call my name. Hari ini, panggil namaku saja ya?"

Kavita menelan ludah saat mendapati interaksi yang kini tercipta di antara dirinya dan Zane. Meski ia memiliki keinginan kuat untuk membunuh pria ini namun tak dapat dipungkiri jika Zane berhasil mencipta kepak-kepak yang bermunculan di perutnya. "Bagaimana kalau aku tidak mau? Aku tidak suka kalau kau senang."

Sudut bibir Zane semakin terangkat naik dan ia pun semakin menunduk untuk mempertemukan bibirnya dan Kavita. "As always, Kavita Tanaya yang suka memberontak."

Tidakpapa, Kavita, ikuti saja. Karena ini semua, akan jadi yang terakhir.

=====

"Semua barang-barang sudah kau bereskan?" tanya Zane kepada Kavita saat mereka baru saja memasuki kediaman pribadi milik Zane. Kavita yang berada di depan Zane menolehkan kepala ke belakang dan mengangguk. "Sudah. Orang suruhanmu sudah mengambil barang-barangku dan Bapak. Nanti malam kami hanya akan membawa barang pribadi saja."

"Good." Zane pun kembali melangkahkan kakinya lebar-lebar untuk menggapai tubuh Kavita yang berada agak jauh darinya. Begitu dirasa jarak mereka sudah semakin mengecil, Zane pun meraih tangan Kavita dan membuat langkah perempuan itu terhenti.

"Ada ap-" mulut Kavita membungkam tatkala tubuhnya ditarik oleh Zane dan membuat punggungnya bertemu dengan dada bidang pria itu. Tangan Zane kini melingkari seputar bahu Kavita dan tubuhnya sedikit membungkuk karena ingin menyandarkan kepalanya di pundak perempuan itu.

Zane terdiam sesaat sembari menghirup aroma manis nan menenangkan yang menguar dari tubuh perempuan yang sedang ia dekap. "Aku akan melakukannya dengan cepat. Membereskan segalanya dan segera menemuimu."

Pria itu dapat mendengar helaan napas Kavita sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak memintamu melakukan apa-apa, Zane. Kamu, memiliki beban yang begitu besar di pundakmu. Jangan memaksakan sesuatu yang memang jelas tidak bisa."

Zane mengerti ucapan yang baru saja keluar dari bibir Kavita. Dan kali ini, gilirannya lah yang menghela napas berat. Ia memberikan kecupan ringan di leher perempuan itu sebelum bergerak menggendongnya dan membawanya ke dalam kamar.

Setelah menurunkan Kavita di atas ranjang, Zane pun menyusul perempuan itu dan menidurkan dirinya dengan paha Kavita yang sedang duduk sebagai bantalnya. "Bisakah kau mengelus rambutku?"

Something UnfinishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang