3•• Shena Kembali

191 13 2
                                    

Shena masih duduk diam di dalam mobil, di samping nya ada Silvia yang juga sama. Sama-sama diam. Shena kemudian menoleh ke kanan, dan melihat Silvia yang juga tengah menatap nya. Shena menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya kasar, ia kemudian tersenyum terpaksa. "Nggak terasa, udah empat tahun. Dan selama itu juga, gue gak pernah masuk ke dalam Visiona lagi."

Shena tidak sanggup menahan air mata nya, senyuman palsu yang tengah ia pertahankan pun ikut runtuh, Silvia mengambil tissue dari dalam tas nya, dan memberikan pada Shena. "Waktu memang terus berputar, tugas kita hanya mengikhlaskan. Semua orang juga tahu, kenangan di tahun 2019 nggak akan pernah bisa terulang."

Shena menarik ujung dress nya dan mencoba untuk tetap tenang. Shena sudah berjanji pada ayah nya, setelah empat tahun berlalu, dia akan kembali memimpin Visiona. Dan mulai hari ini, Visiona telah resmi menjadi milik Shena Amullya untuk selamanya.

Shena turun dari mobil, semilir angin menerpa wajahnya yang masih di penuhi air mata. Siswa dan siswi yang berada di luar gerbang menatap Shena dengan penuh hormat. Shena mulai melangkah hingga ia sampai di depan gerbang Visiona, tempat dimana ia dan Kaisar pertama kali mengibarkan bendera kebencian, dan sialnya, Shena malah lebih dulu mencintai Kaisar se hebat itu.

"Selamat datang, Bu!" Seorang gadis dengan perawakan kurus, rambut hitam tergerai, datang menyapa Shena. Shena beralih pada nametag gadis itu. Yasmine Anarya.

Shena tersenyum membalas sambutan Yasmine, Shena pun melangkahkan kaki nya memasuki Visiona lebih jauh. Perempuan itu berjalan menuju ruang para guru, hingga ia melihat Bu Gayatri sedang duduk di hadapan laptop sesekali menyipitkan matanya.

"Bu Gayatri!" Panggil Shena pelan.

Bu Gayatri beralih dari laptop di hadapannya dan melihat siapa gerangan yang memanggilnya, Bu Gayatri tak sadar meneteskan air mata, dia pun beranjak dan langsung memeluk Shena. Keduanya saling berpelukan cukup lama dan saling menumpahkan air mata luka.

"Apa kabar, Shena?" Bu Gayatri berkali-kali mengusap wajah Shena, hingga tangan nya menyapu lembut rambut hitam Shena yang kini mulai sangat panjang.

Shena tidak tahu harus menjawab pertanyaan Bu Gayatri dengan jawaban apa. Ia bahkan tidak tahu, apakah dirinya baik-baik saja sekarang.

Bu Gayatri kemudian menarik Shena kedalam pelukannya lagi, dan mengusap pelan punggung perempuan itu. "Kehilangan memang sangat berat, semua orang mengerti apa yang kamu rasakan. Kami semua juga sangat berduka selama empat tahun ini. Dan Ibu percaya, Shena yang ibu kenal adalah perempuan kuat. Dia tidak akan membiarkan siapapun menghalangi kebahagiaan nya."

Shena kemudian tersenyum mendengar kata-kata manis Bu Gayatri. Shena menyalami para guru yang ada di ruangan itu, Bu Gayatri mengantar Shena ke dalam ruangan ketua yayasan, ruangan yang selama ini di tempati oleh Pak Hendra. Shena cukup terkejut ketika melihat foto Kaisar dan ayahnya terpampang di ruangan itu. Shena sangat ingat, foto itu di ambil saat penetapan kehadiran Ravens di Visiona.

"Bu, besok fotonya di turunkan aja ya. Masukin ke gudang," suruh Shena.

Bu Gayatri tidak menjawab, dan hanya mengusap pelan bahu Shena. "Kamu siap-siap dulu, anak-anak udah nunggu kamu di aula. Kamu kesana lima menit lagi, ya."

Shena mengangguk menurut, dan Bu Gayatri segera pergi menuju aula.

Shena berjalan ke arah meja dan meletakkan tas nya. Perempuan dengan rambut panjang itu kemudian mengangkat kepalanya, untuk melihat foto dua laki-laki yang sangat ia cintai. "Gue gak pernah berniat untuk melupakan Lo, Kai. Hanya saja, gue merasa bahwa. Cukup Lo hidup di hati gue selama nya, tanpa melihat gambar yang malah membuat gue gak bisa terima, kalau Lo udah lama pergi ninggalin gue."

Shena mengusap lembut dadanya. Dan terus meyakinkan dirinya, bahwa dia bisa melalui ini semua.

Kini Shena sudah berdiri atas podium, dan dihadapan nya kini, siswa dan siswi Visiona sudah berkumpul dengan senyuman, walaupun Shena tahu. Mereka semua belum ada di Visiona ketika tragedi 2019 itu terjadi, namun tidak ada satu orang pun yang tidak tahu, apa yang Visiona alami bahkan Shena rasakan di tahun itu.

Shena menoleh ke samping kiri ketika melihat delapan orang siswa membentuk barisan memanjang disana. Dan, Shena pun tersenyum kecut. Karena tahu, Ravens masih hidup meskipun Kaisar sudah lama mati.

"Setelah empat tahun tidak pernah melihat Visiona, sekarang saya bisa kembali dan merasakan suasana yang penuh rindu di tempat ini. Senang sekali rasanya, melihat siswa dan siswi yang saya cintai, tertawa bahagia dan memulai aktivitas mereka tanpa ada gangguan apapun." Shena menunduk sebentar dan mengusap pelan setetes air mata yang baru saja jatuh.

"Saya sangat mencintai Visiona, dan terutama kalian semua yang berada di ruangan ini."

Riuh tepuk tangan terdengar begitu menggema, Shena membuka satu tirai besar di belakang nya. Dan memperlihatkan ucapan selamat datang dari siswa Visiona, Shena tidak mampu mengucapkan apapun lagi. Selain menangis dan mencoba sangat keras melupakan masa SMA yang sangat membahagiakan waktu itu.

Shena berbalik lagi dan menatap barisan siswa dan siswi Visiona. "Kalian berada di tahun-tahun penuh perjuangan, gunakan waktu yang kalian punya untuk belajar dan mempersiapkan masa depan. Terutama cita-cita, jangan biarkan apapun menghalangi mimpi kalian. Terutama, Cinta. Cinta akan datang dengan sendirinya setelah kalian berada di ketinggian yang kalian mau, jangan biarkan cinta itu menghancurkan semua cita-cita dan mimpi yang telah kalian persiapkan. Percayalah semua itu hanya sia-sia."

Riuh tepuk tangan terdengar lagi, hingga barisan mulai di bubarkan dan Shena kembali ke ruangan ketua yayasan.

"Kelihatan nya Shena nggak menganggap kita ada deh," keluh Jiva pada teman-teman nya yang masih berdiri pada tempat mereka masing-masing.

Zen dan Aden mengangguk setuju. "Dia bahkan nggak melirik kita," timpal Aden.

Ketujuh anggota inti Ravens kini menoleh ke samping, menatap Semesta yang hanya diam saja. Semesta mengedikkan bahu nya dan segera pergi meninggalkan aula. Di perjalanan menuju kelas, Semesta tidak sengaja melihat Shena yang berdiri tak jauh darinya, dan menatap Semesta cukup lama. Shena tersenyum pelan dan melangkah lebih dekat pada posisi Semesta, Shena pun menyerahkan buku biru yang selama ini selalu di ributkan oleh Ravens.

"Buku ini akan jadi milik kalian."

Semesta ingin menerima buku biru itu, namun Shena masih menggenggam nya cukup kuat. Hingga membuat tangan Semesta tertahan di buku yang masih Shena genggam.

"Dengan syarat," lanjut Shena. "Bubarkan Ravens dan hapuskan semua jejak kalian di sekolah ini!"

Semesta langsung menurunkan tangan nya, dan membuat buku biru itu jatuh ke lantai. Semesta berjongkok mengambil lagi buku itu dan menyerahkan nya pada Shena.

"Ravens nggak akan pernah bubar! Kami nggak butuh buku biru itu."





★★★••••••••••••••★★★

Selamat datang di suasana tahun 2023 untuk kita semua.

Jangan lupa follow akun author.
Jangan lupa juga untuk follow IG anggitakacaribu

Sampai jumpa di lain waktu•••

Selamat menikmati hari-hari penuh rindu.

SEMICOLON ;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang