Seperti nya memang tidak ada reuni yang menyenangkan di Visiona ini. Obrolan pastinya tidak akan lepas dari tragedi 2019. Semua orang pasti hanya akan membahas seputar Ravens dan juga Kaisar. Mereka tidak sadar, atau bahkan tidak peduli, bahwa ada satu hati yang luka nya belum sembuh hingga saat ini.
Ravens dan Kaisar memang sudah berakhir, namun kenangan nya tidak pernah bisa luput dari ingatan Shena. Semua hari-hari indah yang Kaisar berikan, nyata nya belum mampu Shena lupakan hingga detik ini. Dan, rasa bencinya pada Ravens belum luntur hingga saat ini, dan Shena sudah bertekad bahwa dia akan segera membubarkan Ravens. Sebenarnya mudah saja bagi Shena untuk melengserkan komunitas itu dari lingkungan Visiona, karena saat ini, Visiona adalah milik Shena.
Namun perempuan itu tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan, karena bisa saja orang-orang yang bergabung di dalam Ravens malah semakin berontak dan berujung membahayakan Visiona itu sendiri, bisa saja keputusan yang Shena buat menjadi Boomerang bagi dirinya bahkan Visiona.
Shena menoleh ke arah jendela cafe, dimana terik matahari pagi ini cukup menyengat. Bahkan angin seakan enggan datang untuk menyapa dirinya, katanya Vidia sudah membuat janji dengan teman-teman yang lain bahwa mereka akan reuni di salah satu cafe di pinggiran kota jakarta.
Shena berkali-kali mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, dan belum ada tanda-tanda para temannya akan datang. Shena gelisah sendiri, padahal Vidia dan Silvia yang duduk di sebelah nya, terlihat begitu asik membahas banyak hal.
"Mereka jadi datang gak sih? Gue sibuk," kata Shena tiba-tiba dan ingin meraih tas yang ada di atas meja, Shena benar-benar tidak nyaman sekarang.
"Itu mereka." Vidia menahan pergelangan tangan Shena sembari menunjuk ke arah pintu cafe.
Disana ada Jeffrey yang baru saja masuk, tubuh cowok itu terlihat semakin kurus dengan lingkaran hitam di bawah mata nya, rambut yang mulai memanjang. Dia benar-benar tidak seperti Jef yang Shena kenal, dari arah belakang Daniel datang bersama Gery. Tidak jauh beda dengan Jef, Daniel pun terlihat semakin kurus hanya saja proporsi tubuh pria itu yang semakin tinggi, Daniel juga kelihatan semakin putih bersih sejak terakhir kali Shena bertemu dengan nya, dan Gery? Cowok itu malah semakin terlihat keren dengan balutan jaket kulit berwarna coklat dan topi putih yang ia kenakan. Gery juga terlihat membawa tas bahu, ntah apa isinya.
Ketiga pria itu kini duduk berhadapan langsung dengan Shena, belum sempat membuka suara, pintu cafe terbuka lagi. Ada dua orang pria yang masuk, Shena sangat mengenal mereka. Reno dan Andra, berbeda dengan tiga pria yang duduk di hadapan Shena kini, tubuh Andra terlihat semakin berisi juga semakin tinggi, Reno juga kelihatan nya semakin keren, namun kulit nya terlihat lebih gelap sekarang. Andra dan Reno pun ikut duduk di sebelah Gery dan yang lain.
Pintu kembali terbuka dan disana ada Dewa bersama Poltak. Shena pun cukup tertegun karena melihat penampilan Dewa yang lebih keren sekarang, namun kemana cowok sombong yang selalu mengenakan barang-barang branded itu. Sekarang Dewa malah terlihat seperti CEO muda dengan memakai stelan jas hitam nya, dan Poltak, cowok itu tidak jauh berbeda sejak terakhir kali Shena melihat nya, hanya saja tubuh nya yang semakin berisi.
"Selamat pagi Bu ketua!" Sapa Poltak dengan senyuman paling manis yang ia punya.
Shena hanya membalas sapaan Poltak dengan senyuman canggung, sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan laki-laki ini? Mungkin sekitar 3 tahun yang lalu, setelah kepergian Kaisar mereka memberanikan diri untuk memberitahu Poltak, bahwa sahabat seperjuangan nya itu telah gugur.
Pintu cafe terbuka lagi, ada tiga gadis cantik disana. Alana, Aluna dan juga Talita. Mereka menyapa dengan tersenyum dan langsung duduk di sebelah Shena.
Shena kemudian beralih pada Jef, cowok itu terlihat sedang memantik rokok di sela-sela jari nya. "Bella mana?"
Pertanyaan keramat yang sebenarnya tidak ingin Jef dengar, namun akhirnya keluar juga dari mulut Shena. Padahal, Jef mati-matian menahan diri dan juga telinga nya, agar ia tidak mendengar nama itu lagi.
"Di rumah mertuanya," jawab Jef cuek.
"Seriusan?" tanya Alana langsung, Alana memang berbeda sekolah dengan Bella maupun geng Ravens lain nya, namun dia cukup mengenal Bella.
"Lo baik-baik aja?"
Jef terkekeh pelan mendengar pertanyaan Shena. Cowok itu kemudian mengangkat kepala agar ia dapat melihat wajah Shena dengan jelas. "Lo seharusnya nggak perlu tanya itu, dalam kondisi apapun gue masih bisa liat dia. Harusnya gue yang tanya, Lo baik-baik aja?"
Shena membuang muka ke arah lain. "Gue selalu baik-baik aja, bahkan ada maupun nggak ada dia."
"Ehemm..." Dewa berdehem pelan, karena dia tahu kemana arah pembicaraan dua manusia yang sama-sama terluka ini, namun mereka semua sudah sepakat. Kalau masalah Kaisar tidak akan pernah di bawa dalam reuni mereka kali ini.
"Sebenarnya gue ada rencana mau ajak kalian semua ke malang, dan cobain teh terbaru di cafe gue," ujar Reno mengalihkan perhatian.
"Bener banget," jawab Aluna. "Gue juga lagi mempersiapkan racikan kopi terhebat gue."
"Dih tau apa lu!" Dewa memukul pelan jidat Aluna menggunakan kunci mobil.
"Kan gue ada disana," jawab Aluna lagi sembari mengelus jidat nya yang sedikit terasa perih.
Shena tertawa singkat melihat drama dua sejoli ini yang tidak pernah habisnya dari waktu ke waktu. Menurut Shena, Aluna sangat beruntung. Meski melewati banyak rintangan juga keraguan, dia masih bisa bersama Dewa. Bagaimana dengan Kaisar nya? Yang kini bahkan sudah menyatu dengan tanah dan dingin nya air hujan.
"Shen, Lo mau pesen apa?" Silvia menyodorkan buku menu pada Shena.
Tanpa menoleh pada buku menu itu Shena langsung menjawab, "gue pesen kopi."
"Sejak kapan Lo suka kopi?" tanya Gery.
"Sejak penyuka kopi itu pergi."
Gery merasa tertohok dengan pernyataan Shena barusan, ternyata Reuni yang mereka pikirkan tidak sesuai dengan harapan. Mereka semua masih sangat canggung, bahkan seperti orang yang baru saja bertemu.
"Oh iya, gue mau undang kalian semua buat lihat pertunjukan teater Talita di gedung Pattimura Senin depan." Reno pun membuka suara.
"Kenapa malah Lo yang undang, kan dia yang tampil?" tanya Dewa heran.
"Dia introvert," balas Reno menunjuk Talita.
"Bangsat!" Maki Dewa.
Dan percakapan sederhana barusan sudah cukup mengembalikan senyum singkat Shena, walaupun hati kecil nya terus bersuara. Andai, Kaisar masih ada, mungkin tawa Shena akan lebih keras dari hari ini. Dan dia mungkin akan menjadi wanita paling bahagia di seluruh penjuru bumi.
“mati, mungkin adalah kepergian paling abadi, namun, Kaisar melupakan bahwa sosok nya tidak pernah pergi dan tetap abadi di Visiona.”

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON ;
Teen Fiction"Mari sembuh sama-sama!" •Semesta Bumi Alaska. Semesta berdiri di pinggiran makam Kaisar, cowok itu menunduk pelan dan meletakkan pin bergambar gagak hitam di samping makam cowok itu. Sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan peristirahatan terakhi...