Eps 14. Amarah Gara 1.

6 1 0
                                    

Happy Reading...

"Kau sudah lihat bagiamana wajah nyonya baru kita itu. Ya ampun ternyata wajahnya biasa saja. Ku kira wajahnya akan secantik apa sampai-sampai tuan mau menikahinya."celetuk Nina mengawali pembicaraannya sambil menyapu halaman belakang.

"Aku juga sudah melihatnya. Yang kau katakan memang benar. Wajahnya tidak lah cantik dan aku heran pada tuan kenapa tuan mau ya menikah dengannya."kata Lili sependapat dengan Nina.

"Kalian belum dengar ya. Kalau sebenarnya tuan dulu pernah berhubungan dengan seorang wanita. Ku dengar hubungan tuan dengannya itu sangat lama dan akhirnya berpisah. Aku dengar juga tuan masih sangat mencintai kekasihnya itu dan sekarang tuan malah menikah wanita lain mungkin karena tuan terpaksa menikahinya."kata Anet memberitahukan apa yang ia dengar.

"Kau dengar kabar itu dari mana?"tanya Lili penasaran.

"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan pak Dimas dan tuan. Ku dengar juga tuan masih sangat peduli dengan kekasihnya itu." Kata Anet seadanya.

"Aku jadi penasaran bagiamana ya wajah wanita yang bisa menaklukkan hati tuan." Kata Nina antusias.

"Yang pasti bukan seperti nyonya baru kita itu wajahnya sangat standar. Aku malah lebih menyukai nona Tiffany di bandingkan nyonya."kata Lili berpendapat.

"Kau benar nona Tiffany kan di rumor dekat dengan tuan dan sering di jodoh-jodohkan oleh orang-orang. Kenapa ya tuan tidak menikahi nona Tiffany saja."kata Anet setuju dengan pendapat Lili.

"Bisa-bisanya kalian mengejek nyonya kalian sendiri. Dimana hati nurani kalian."teriak seseorang wanita mendekati ketiganya dengan wajah kesal.

"Kenapa? kau mau jadi pahlawan kesiangan nyonya begitu. supaya kau bisa naik jabatan disini. Cih, jangan bermimpi Lisa. Kau bahkan tahu jika dirimu adalah wanita tidak beruntung."cibir Nina menatap wajah Lisa sengit.

"Aku tidak pernah berpikir begitu. lagi pula kalian bertiga sudah sangat kelewatan. Bagaimana bisa kalian membicarakan majikan kalian sendiri disini. Dimana letak sopan santun kalian."saut Lisa menatap ketiganya bergantian.

"Jangan menceramahi kami. Karena disini kamilah yang lebih berpengalaman di bandingkan dirimu." Kata Lili tidak suka.

"Jika memang kalian berpengalaman seharusnya kalian tahu mana yang boleh kalian katakan dan mana yang tidak boleh." Kata Lisa berpendapat.

"Kau."kata Anet belum selesai Anet berkata ada orang yang lebih dulu memotong pembicaraan Anet.

"Apa yang sedang kalian ributkan disini."kata kepala pelayan Ani berteriak membuat keempat orang itu kini menatap kebelakang dan terkejut.

"Kami tidak bertengkar Bu Ani."kata keempat serempak.

"Apa kalian pikir saya akan percaya ucapan kalian. Segera pergi ke kamar nyonya sekarang. Bantu beliau untuk bersiap-siap." Kata Bu Ani menyuruh.

Keempat mulai pergi dari hadapan Bu Ani.

💜💜💜

Kirana membuka matanya saat hari sudah mulai petang. Dia tidak percaya dia sudah tidur hampir setengah hari dan melupakan makan siang nya. Kirana bahkan tidak sekalipun mendengar seseorang mengetuk kamarnya untuk membangunkannya. Apa mereka semua tidak tahu bahwa dia tidak ada di ruang makan. Kirana mulai bangkit dari tempat tidur. Kirana menengok ke kanan dan kiri berharap ia bisa menemukan pakaian ganti untuknya. Karena Kirana sendiri tidak membawa apapun dan hanya membawa diri saja. Hela nafas terdengar dari mulut Kirana saat ia tidak melihat satupun pakaian di setiap lemari yang berada disana.

Sebenarnya dimana pakaian gantinya?

Apa Gara sengaja membiarkannya tidak berganti pakaian?

Kirana mulai masuk ke arah kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya. Untunglah disana sudah ada peralatan mandi serta handuk bersih membuat Kirana tidak perlu kesulitan untuk mandi. 25 menit kemudian Kirana keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Kirana berjalan kearah meja rias yang sudah terisi banyak alat make up disana. Kirana sendiri jarang memakai make up yang berlebihan. Ia hanya memakai bedak dan lipstik saja. Kirana mulai mengambil sisir dan menyisiri rambut panjangnya. Setelah selesai Kirana menaruh kembali sisir itu ke tempat semula dan mulai berjalan kearah pintu.

Karma (Kirana & Gara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang