BIRENDRA: AMARAH DARI SEBUAH KILASAN

261 124 212
                                    

        Suara panggilan ayah Elena, Pak Gani, terhenti di udara saat namaku, Sagara, keluar dari bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Suara panggilan ayah Elena, Pak Gani, terhenti di udara saat namaku, Sagara, keluar dari bibirnya. Diamnya terasa seolah-olah menciptakan ruang yang terisi oleh penyesalan yang terbaca dari tatapannya, yang terlihat seperti mengakui bahwa panggilan itu tidak sengaja membongkar sejumlah rahasia dalam identitasku. Aku, mencoba menyelusuri makna di balik tatapan Pak Gani, yang terdiam dan mulai mengajukan pertanyaan secara diam-diam ketika Elena menjauh untuk mengangkat telepon dari Gio yang saat kepergian Elena tadi, aku mendengar bahwa Elena mengatakan ia baik-baik saja dan meminta Gio untuk tidak datang ke rumahnya.

"Bapak tahu siapa saya?" tanyaku dengan gugup. Namun, tak dijawab olehnya.

"Dari mana Bapak tahu nama masa lalu saya?" tanyaku lagi, tetapi ayah Elena tak menjawabku.

"Apa Bapak tahu Adhira?" tanyaku dengan berani dan kali ini berhasil membuat Pak Gani melirik ke arahku. Pak Gani menarik tanganku dengan sedikit panik.

"Saya mohon, jangan ganggu Adhira! Dia sudah tenang. Jangan kau kacaukan dia lagi. Cukup saya saja yang kau buat sengsara, saya tidak ingin menaruh dendam kepadamu terlalu lama," ucap Pak Gani sambil melihat ke arah Elena yang keluar dari rumahnya.

        Aku kemudian melepaskan genggaman Pak Gani dan tak menyangka akan diminta menjauhi orang yang aku cari selama ini oleh ayah kandungnya sendiri. "Maaf Pak, tapi saya tidak bisa! Saya ingin melindunginya," kataku berharap dimengerti oleh Park Gani. Namun, Pak Gani mendekat dan menarik kerahku. Kali ini matanya memancarkan amarah.

"Melindungi katamu? Bukannya kamu orang yang membunuhnya?" ucapnya dengan nada berbisik, lalu Elena yang melihat ayahnya memegang kerahku langsung berlari mendekat dan melerai kami. Aku kaget karena Pak Gani tahu masa lalu di kehidupan pertamaku. Sebuah pertanyaan muncul dalam benakku mengenai dari mana ia tahu.

"Lebih baik Kak Ren pulang sekarang! Ayahku lagi gak stabil." Aku hendak menjawab, tetapi Elena membuatku mengurungkan ucapanku.

"Aku janji besok akan datang bekerja!" lanjut Elena.

"O-okay, aku tunggu kamu besok di kantorku."

        Kemudian, aku melangkah menjauh dan masuk ke dalam mobil yang tadiku bawa saat membuntuti Elena yang aku parkirkan tidak jauh di kediamannya. Mobilku kini melaju ke arah rumah sahabatku karena aku merasa harus menuangkan cerita ini kepada Tomi sekarang juga mengenai Pak Gani yang mengetahui identitas di kehidupan pertamaku. Tomi berkata dengan masuk akal saat aku sudah berada di kediamannya. Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan Pak Gani memiliki kemampuan sama seperti yang aku miliki. Namun, ia tidak kuat menerima informasi yang didapatkan dari kehidupan tragedi yang dijalaninya hingga menjadi depresi.

"Bisa jadi alasan di tinggal istrinya itu hanya sebuah alibi. Bisa jadi istrinya sebenarnya tahu kegilaannya, ngoceh sana-sini, kaya kamu hehe, tapi bedanya aku bisa nerima kamu dan istrinya gak bisa nerima kelakuan ayah Elena seperti aku. Sehingga istrinya itu memilih meninggalkannya. Coba kamu pikir-pikir, waktu menyelami kilasan ingatanmu di masa lalu itu pernah lihat orang yang mirip ayah Elena gak?" tanya Tomi yang aku balas dengan menggelengkan kepalaku karena aku sama sekali tak pernah melihat Pak Gani saat menelusuri ingatanku sendiri. Tomi kemudian mengambil cermin kecil lalu memberikannya kepadaku.

YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang