Hari yang ditunggu pun tiba. Suasana di kampus Elena, khususnya di jurusan film dan televisi nampak ramai. Semuanya dengan kompak memakai baju jurusan berwarna navy untuk menunjukan kebanggan mereka akan jurusan yang mereka cintai. Tulisan acara 'Workshop Pitching Film' bersama pengusaha muda sukses terpampang di beberapa standing banner.
Aku sebagai tamu undangan ditemani Tomi yang tentunya tidak akan ikut menjadi pembicara disambut hangat oleh para panitia. Elena yang berada di dekatku pun mengatakan bahwa jumlah orang yang akan hadir berkisar 200 orang lebih. Mendengar itu membuat Tomi meminta Elena untuk mengatur tempat duduk bagi panitia di area depan.
Tomi meminta Elena melakukan hal itu untuk mempersempit tersangka agar mempermudah aku untuk mencari pelaku. Tomi yakin bahwa pelaku tidak lain dan tidak bukan adalah sesama panitia juga yang mengetahui baik dan buruknya acara yang akan diadakan.
Tiga puluh menit kemudian, acara pun dimulai. Suara tepuk tangan yang meriah mulai terdengar saat pembawa acara memasuki aula gedung. Pembawa acara itu kemudian membacakan jenjang karir ku yang aku pikir membutuhkan waktu selama dua menit. Selama dua menit itu pula lah aku yang berada di luar pintu memanfaatkan waktu untuk memulai membaca ingatan orang-orang yang bisa aku lihat di baris depan yang memakai tanda pengenal dari divisi mana mereka berada.
Aku berhasil membaca lima ingatan orang sebelum aku dipanggil dari total dua puluh lima panitia yang ada dan ketika jeda saat aku selesai menjelaskan mengenai apa itu pitching film, aku berhasil membaca ingatan tujuh orang saat menunggu pembawa acara mengumpulkan beberapa pertanyaan yang dilontarkan kepadaku atas rasa penasarannya dengan dunia pitching film.
Namun dari dua belas orang yang sudah aku baca, aku belum menemukan ingatan yang ingin aku cari dan pada saat sesi tanya jawab kedua di mulai, entah kenapa aku menjadi terburu-buru hingga dengan cepat membaca tiga belas orang sisanya. Pada saat aku berhasil membaca di orang kedua belas, aku mendadak merasakan pusing dan mual. Mungkin ini adalah efek dari membaca banyak kilasan ingatan orang secara bersamaan dan bagaimana otakku yang tak sanggup menerima berbagai informasi mereka semua.
"Gimana? Sudah dapat, Kak?" kata Elena yang menghampiriku ketika acara selesai.
"Belum, El. Aku belum nemu ingatan yang pengen aku cari," kataku sambil memijat keningku yang masih terasa pusing.
"Dari semua panitia? Gak ada satu pun? Bukannya Elena bilang semua panitia sudah duduk di area depan? Benar kan, Elena?" tanya Tomi kepada Elena yang kini mulai gelisah.
"Be-benar. Aku sudah menuruti permintaan Kak Tomi. Tunggu, Kak Ren baik-baik saja?" ucap Elena dengan nada khawatir saat melihat wajahku yang sudah pucat sambil menempelkan salah satu lengannya ke keningku.
"A-aku baik-baik saja. Jangan khawatir!" jawabku bohong sambil mencoba mempertahankan tubuhku agar tidak ambruk.
"Beneran?" tanya Tomi yang kini ikut khawatir karena baru sadar kondisiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR EYES
FantasyBirendra, seorang pemuda yang memiliki kemampuan membaca masa lalu dan kehidupan lampau seseorang terjebak dalam kerinduannya kepada Adhira, wanita yang ia cintai di kehidupan pertamanya. Meski sosok Adhira belum terlihat jelas dan hanya mengandalka...