BIRENDRA: SIKAP

72 23 7
                                    

        Dalam studio galeri yang penuh dengan keajaiban barang antik milik Paman, napasku berdegup cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Dalam studio galeri yang penuh dengan keajaiban barang antik milik Paman, napasku berdegup cepat. Keheningan tiba-tiba terputus oleh kilatan ingatan yang menderu begitu saja di tengah keindahan seni yang mengelilingi kami. Aku mengutuk sial dalam hati ketika kilasan ingatan menyergapku seperti badai tak terduga. Mataku terpaku pada Paman yang menggenggam erat sebuah keris antik. Ruangan itu seolah-olah menyimpan rahasia besar dan hatiku berdegup semakin cepat saat Paman berjalan perlahan ke arahku, menggenggam kehidupan masa lalu yang kini terungkap.

        Dalam kilasan singkat yang mengiris waktu, takdir membuka lembaran hitam masa laluku. Aku terhanyut ke momen kelam di mana Sagara mengambil secara paksa keris sakti dan keputusan tragis mengantarkan Sagara pada pembunuhan Empu Roh. Wajah Empu Roh yang sebelumnya tersembunyi oleh selubung misteri, mendadak mengalami perubahan dramatis, bermetamorfosis menjadi wajah Pak Gani. Namun, seperti glitch dalam dunia maya, wajah itu bergetar dan terdistorsi seolah-olah dipaksa untuk kembali menampilkan identitas aslinya sebagai Paman.

        Ketika kesadaran itu menyapu diriku, guci yang kupegang erat sebagai hadiah berharga dari Ibu untuk Paman atas keberhasilannya mengadakan pameran barang antik lepas dari genggaman. Guci jatuh ke lantai dan pecah menjadi berkeping-keping dengan gemuruh yang menggetarkan hatiku, seakan-akan memproyeksikan kekacauan yang mencengkeram jiwaku. Aku pun menatap Paman dengan tatapan tak percaya.

"Kamu baik-baik saja, Ren?" tanya Paman yang mendekat dengan khawatir.

"Diam di situ! Biar Paman yang bersihkan." Paman pergi mengambil sapu meninggalkanku yang masih terkejut dengan informasi baru yang baru kuterima ini.

        Paman figur yang selama ini kuketahui hanya sebagai keluarga, kini memiliki identitas yang jauh lebih dalam. Paman yang aku kira hanya memiliki dua identitas sebagai penyuka barang antik dan seorang penulis, ternyata adalah reinkarnasi dari Empu Roh, orang yang aku kira adalah ayah Elena dan seorang dalang dibalik kejadian ini terjadi. Saat Paman sudah kembali kepadaku dengan memegang sapu, aku menatap Paman dengan tatapan tak percaya. Bibirku gemetar saat kutatap wajahnya yang seolah menyembunyikan rahasia besar.

"Jadi, Empu Roh itu Paman? Bukan ayah Elena?" ucapku dengan suara gemetar. Paman menghentikan kegiatan menyapu pecahan guci itu, lalu menatapku dengan mata terkejut.

"Dari mana kamu ...." ucap Paman yang seketika melihat ke arah keris yang tadi dibawanya yang sudah tersimpan dengan baik di meja.

"Tapi kenapa waktu aku baca kilasan ayah Elena, wajah ayah Elena yang muncul?!" lanjutku masih bertanya-tanya karena jelas aku mengingatnya bahwa Empu Roh yang aku lihat dalam kilasan ayah Elena adalah wajahnya.

Paman menghela napas kasar karena rahasia yang berusaha ia tutupi dariku kini telah terbongkar diluar dari rencananya. Akhirnya, ia bersuara untuk menjelaskannya kepadaku yang mengalami kekecewaan karena merasa telah dibohongi Paman selama hidup di dunia ini.

YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang