BIRENDRA: MEMORI FOTO

81 54 77
                                    

        Setelah seharian sibuk membersihkan dan mengatur barang Paman ke tempat yang sesuai, aku merasa sedikit lelah, tetapi juga merasa puas melihat rumah Paman yang akhirnya terlihat nyaman tidak seperti saat tadi siang yang terlihat seperti ka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Setelah seharian sibuk membersihkan dan mengatur barang Paman ke tempat yang sesuai, aku merasa sedikit lelah, tetapi juga merasa puas melihat rumah Paman yang akhirnya terlihat nyaman tidak seperti saat tadi siang yang terlihat seperti kapal pecah dan membuatku sedikit stress. Pencahayaan dari lampu yang sudah dipasang di setiap ruangan berpendar lembut hingga menciptakan atmosfer yang menenangkan.

        Aku yang tadi berjanji kepada Elena untuk mencari ibunya di galeri foto ponselnya mulai melihat lagi pada gambar tersebut. Elena terlihat antusias dan mengatakan ia senang memiliki harapan lagi tentang keberadaan ibunya. Namun, setelah aku menelusuri foto itu, aku selalu kembali kepada ingatan di mana Bu Ambar menghampiriku di rumah sakit dan memberikan gulali. Suara yang Bu Ambar ucapkan kepada versi waktu aku kecil tidak begitu terdengar hingga membuatku terus mempertajam pendengaran.

"Su-da-h la-ma ...."

        Setelah itu, aku ditarik kembali kepada realita. Kalimat yang belum selesai aku tafsirkan membuatku sangat frustasi. Beberapa kali mengulang membaca kilasan di foto itu membuatku sedikit pusing dan mual. Mungkin karena kondisi tubuhku yang sudah lelah dan dipaksakan terus bekerja dengan menelusuri foto ibu Elena tanpa jeda. Harus aku akui bahwa aku tidak sanggup lagi dan harus mengistirahatkan tubuhku sejenak.

"Elena, aku lanjutkan nanti ya!" ucapku yang kemudian menoleh ke arah Elena yang ternyata sudah terlelap di sofa terlebih dahulu.

        Sepertinya Elena juga sangat kelelahan dan tanpa aku sadari ketika ia menungguku yang fokus membaca foto ibunya, tiba-tiba terlelap begitu pulas. Aku seketika tersenyum melihat remahan roti yang ada di sudut bibir Elena. Aku mendekatkan posisi dudukku dengan hati-hati untuk mengambil remahan itu agar tidak mengganggu Elena tidur, tetapi karena posisi tubuhku dan wajahku yang terlihat begitu dekat dengan Elena, Tomi yang baru datang tanpa terdengar langkah kakinya dan hanya melihat posisi punggungku saja menegurku.

"Birendra, nyebut! Mau aku laporin ke tante Rika?" ucap Tomi yang membuatku kaget takut Elena bangun dan salah paham.

        Aku memelototi Tomi memintanya untuk tidak berisik. Namun, situasi sulit menimpa kepadaku saat Elena yang sedikit menggeliatkan tangan kanannya melingkar ke leherku dan satu tangan kirinya juga ikut seperti sedang memelukku hingga membuat situasiku pada posisi yang sulit. Tangan kananku lalu memberi kode kepada Tomi untuk membantuku melepaskan tangan Elena yang sudah melingkar di leherku. Jarak wajahku dengannya pun hanya beberapa senti yang membuatku menahan napas dan panik.

Melihat aku yang sedang kesulitan, Tomi malah tertawa tak bersuara sambil memegang perutnya saat posisinya sudah ada di hadapanku.

"Cepet tolongin!" kataku dengan sedikit berbisik karena takut membuat Elena bangun.

"Berani bayar berapa?" tanya Tomi pelan dengan menahan tawanya.

"Nyebut Tom! Sudah kaya masih bisa-bisanya malak," ucapku dengan mencoba mempertahankan posisiku agar tidak memeluk Elena dan agar wajahku tak bersentuhan dengan wajah Elena.

YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang