ELENA: PERNYATAAN

93 53 78
                                    

        Untuk kesekian kalinya aku berada di rumah sakit dan untuk kesekian kalinya, aku mengunjungi seseorang yang sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Untuk kesekian kalinya aku berada di rumah sakit dan untuk kesekian kalinya, aku mengunjungi seseorang yang sakit. Kak Ren sudah berhasil melewati masa kritis sejak dirinya kejang-kejang seminggu yang lalu saat membantuku membaca kilasan ingatan Ayah untuk mencari di mana ibuku berada. Namun, Kak Ren masih terbaring lemah dan belum sadarkan diri di kamar inap khusus VIP yang sengaja di pesan kedua orang tua Kak Ren.

        Kalau saja aku tahu ini akan terjadi, aku tidak akan pernah meminta Kak Ren mencari ibuku. Melihatnya terbaring lemas dengan infus yang dipakainya membuatku sangat bersedih. Aku tak tahu harus bagaimana selain meminta izin dari kedua orang tua Kak Ren untuk memperbolehkanku menemani Kak Ren.

"Saya mengerti bahwa ini adalah waktu yang sangat sulit. Kami telah memantau dengan cermat kondisi dari Birendra. Meskipun kami berharap untuk melihat perubahan yang positif, saat ini, sayangnya, Birendra belum juga menunjukkan tanda-tanda kesadaran," jelas Dokter Yanuar kepada kedua orang tua Kak Ren yang kebetulan ada aku sehingga bisa mengetahuinya.

"Tapi dokter, Anda sebelumnya mengatakan bahwa anak saya sudah melewati masa kritis. Kenapa anak saya belum juga sadar?" tanya Bu Rika terlihat cemas dengan mata sembabnya dan di sebelahnya ada Pak Gani yang merangkul Bu Rika untuk menguatkan.

"Kami akan terus melakukan yang terbaik untuk Birendra. Namun, saya harus jujur bahwa kerusakan pada otak bisa menjadi kondisi yang sulit untuk diatasi sepenuhnya. Pemulihan kesadaran pasien bisa memerlukan waktu yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Kami akan terus memantau dan memberikan perawatan terbaik, tetapi situasinya saat ini memang mengkhawatirkan."

Seketika tatapanku kosong dan terpaku kepada Kak Ren saat mendengar apa yang dikatakan Dokter Yanuar. Wajah Bu Rika dan Pak Irwan pun semakin memucat ketika aku menolehkan pandangan kepada mereka untuk sekadar mengecek keadaan. Mata yang sebelumnya masih terlihat sedikit harapan, kini dikuasai dengan kecemasan.

"Apa ada harapan anak saya akan sadar, Dok?" tanya Pak Irwan dengan cemas.

"Kami akan terus melakukan yang terbaik untuk memberikan perawatan terbaik bagi Birendra. Namun, saya harus jujur bahwa kerusakan pada otak bisa menjadi kondisi yang sulit untuk diatasi sepenuhnya. Pemulihan kesadaran pasien bisa memerlukan waktu yang tidak dapat diprediksi secara pasti."

        Setelah selesai menjelaskan, Dokter Yanuar meminta izin untuk pergi dan melakukan pertemuan dengan beberapa dokter guna membahas kondisi Birendra dan langkah apa yang sebaiknya diambil. Bu Rika, dengan suara lesu, memohon kepada Dokter Yanuar untuk menemukan solusi agar anaknya bisa segera pulih. Dokter Yanuar yang melihat tatapan seorang artis yang selalu memancarkan kegembiraan di layar televisi, nampak tak tega dan menjawab dengan senyuman sambil mengatakan bahwa ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Kak Ren.

"Maafkan Elena, Bu, Om. Ini semua salah Elena," ucapku kepada kedua orang tua Kak Ren saat Dokter Yanuar telah pergi dari ruangan ini.

"Ini bukan salah kamu, Elena. Ren bantu kamu karena dia ingin, kan? Jadi, sepenuhnya bukan salah kamu," ucap Bu Rika yang kini mencoba tersenyum kepadaku.

YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang