Semua mata di studio film kampus tertuju pada Elena dengan ekspresi penuh ketidaksetujuan ketika tuduhan penggelapan uang dihembuskan oleh temannya sendiri. Elena, yang sebelumnya dipercayakan sebagai Bendahara untuk acara screening tugas film mendatang, merasakan beban tanggung jawabnya kini berubah menjadi kekecewaan dan celaan. Elena mencoba membela dirinya, suaranya terdengar dalam usahanya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
"Aku gak ngelakuin penggelapan uang yang kamu maksud," ucap Elena dengan tegas, mata nya mencari dukungan yang mungkin bisa ia temukan di antara mereka yang tengah menyelidiki insiden ini. Namun, suasana tetap tegang.
"Tapi, Ines ngasih bukti kecurangannya ke aku, Elena!" ujar Jodi yang menjabat sebagai ketua acara.
"Kalau gitu, panggil Ines sekarang! Di mana dia? Tanya ke Ines dari mana dia dapat buktinya!" Elena mencoba membela dirinya lagi.
"Ines lagi ada urusan, ada keluarganya yang sakit dan Ines bilang kalau dia dapat buktinya dari kamu sendiri. Apa kamu lupa, kamu yang kasih bukti-bukti transaksi itu ke Ines untuk di rekap?"
"Jelas-jelas ada buktinya, Elena! Kamu gak bisa ngelak lagi!" ucap salah satu wanita dengan rambut pendek dengan kacamata minus yang digunakannya.
"Bendahara kok malah curang, sungguh mengecewakan!" tambah salah satu panitia wanita lainnya yang memakai hoodie pink.
"Apa karena dia jatuh miskin kali ya? Jadi rela makan uang haram," ucap laki-laki dengan pakaian serba abu yang membuat Elena menatap temannya itu sangat tajam karena tidak terima dengan perkataannya itu.
Jodi kemudian mencoba menengahi dan mengatakan bahwa pihak kampus sudah mengetahui dan meminta Elena untuk membuktikan kalau ia tidak bersalah atau jika memang ia pelakunya, Jodi meminta Elena untuk segera mengembalikan uangnya karena jika tidak, Jodi terpaksa akan melaporkan Elena ke pihak yang berwenang. Jodi bilang ia terpaksa melakukan ini karena kabar buruk ini telah menyebar ke kalangan orang tua mahasiswa dan meminta pelaku segera ditindaklanjuti. Elena merasa sedih, sementara teman-temannya saling berbisik, meragukan ketulusannya.
Aku mengepalkan tanganku ketika membaca kilasan ingatan yang baru aku baca saat melihat Elena sekilas di dalam kantor polisi saat Tomi masuk menemuinya sebagai pengacara. Aku menyesal karena tidak membaca ingatan ini saat aku mendeteksi adanya masalah pada diri Elena ketika di kantor kemarin. Jika aku mengetahuinya lebih awal, mungkin aku bisa bertindak lebih cepat.
Mungkin sebelum pingsan dan pergi ke alam mimpi yang membawaku melihat kejadian lampau dengan Adhira, aku akan mempertahankan diriku agar tidak ambruk dan meminta tolong kepada Tomi yang lebih tahu masalah hukum karena kali ini aku tidak bisa menggunakan kemampuanku itu untuk membebaskan Elena secara instan. Jujur, perasaanku semakin tak karuan. Aku menunggu Tomi di luar karena Elena hanya bisa ditemui oleh satu orang dan aku mengalah membiarkan Tomi menemuinya sebagai pengacara yang akan membantu Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR EYES
FantasyBirendra, seorang pemuda yang memiliki kemampuan membaca masa lalu dan kehidupan lampau seseorang terjebak dalam kerinduannya kepada Adhira, wanita yang ia cintai di kehidupan pertamanya. Meski sosok Adhira belum terlihat jelas dan hanya mengandalka...