delapan 🔞

1.2K 35 6
                                    

"Haechan, apa itu Mark yang menelepon?" tanya Winter.

Haechan mengangguk.

"Kamu tidak takut Mark marah?" Winter bertanya lagi.

Winter pernah melihat Mark marah sebelumnya. Dan itu sangat menyeramkan.

"Dia marah setiap hari, itu normal." Jawab Haechan cuek.

"Jadi, kemana kamu akan pergi? Apa kamu akan duduk seperti ini sepanjang waktu?" Winter bertanya dengan cemas.

"Um... aku ingin duduk dan berpikir sebentar. Aku baik-baik saja, aku akan kembali nanti." Kata Haechan.

"Winter, kamu masih belum menjawabku. Apa menurutmu Mark akan memilih lebih menyenangkan ku dibanding orang lain?" Haechan bertanya.

Winter duduk dan berpikir.

"Entahlah, karena aku tidak terlalu dekat dengan Mark, tapi sepertinya dia lebih cenderung memanjakanmu, kan?" tanya Winter.

Haechan mengangguk.

"Ya, dia memang memanjakan ku. Tapi apa kamu tidak berpikir Mark ingin disenangkan orang lain juga?" Kata Haechan.

"Mark pasti sangat mencintaimu." Kata Winter sambil berpikir.

"Um, dia mencintaiku... Tapi aku tidak tahu apa cinta itu akan berkurang atau tidak." Kata Haechan lagi.

Keduanya terdiam beberapa saat, Winter hanya duduk menemani Haechan sebagai teman, membiarkan Haechan memikirkan masalahnya sendiri terlebih dahulu.

"Haechan,itu Mark kan yang terus menelepon? Mark pasti sedang mencarimu sekarang?" tanya Winter. Dia melihat Haechan yang memandangi ponselnya yang terus bergetar karena ada panggilan.

"Entahlah, pasti ada sesuatu antara dia dan bocah itu." Kata Haechan, lalu memikirkan wajah Jerry.

Winter bingung dengan apa yang dibicarakan Haechan.

..

..

..

"Kamu membuatku kesana kemari untuk menemukan ini? Menyenangkan, bukan?!" Sebuah suara terdengar di belakangnya.

Haechan segera berbalik dan melihat Mark ada disana.

"Bagaimana kamu menemukanku, Mark?"

Haechan langsung berdiri karena terkejut.

"Apa kamu lupa ada GPS di mobilmu?" kata Mark pelan sambil berjalan ke arah Haechan, matanya menatap ke arahnya dengan kesal.

Mark mendekat tapi Haechan terus mundur.

"Lalu kenapa kamu mengejarku? Pergilah dengan bocah itu. Jangan perdulikan aku!" Haechan berteriak padanya.

"Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya? Jika kamu tidak senang dengan sesuatu, kamu bisa bicara dengan baik. Kenapa kamu harus lari?" Mark berteriak keras.

Haechan hanya diam. Tapi dia terus mundur saat Mark berjalan mendekatinya.

"Kenapa kamu menghindar dariku? Berhenti, Haechan!!" teriak Mark saat Haechan terus berjalan mundur.

Haechan berbalik dan segera lari.

Tapi leher Haechan ditarik sebelum dia sampai di mobilnya yang diparkir.

"Lepaskan! Lepaskan aku!" Haechan berteriak.

Tangan Mark mencengkeram belakang leher Haechan dan meremas rambut di belakang lehernya.

"Kamu suka jika aku menggunakan kekerasan, kan?" Mark berteriak.

"Brengsek! Aku terluka... kamu menyakitiku!" Haechan menjerit, karena Mark menjambak rambutnya dengan kuat.

Aku mencintaimu sangat... Sangat brutal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang