Second (heehoon)

2.1K 80 7
                                    

Haii👋👋
Met malem buat kalian para jomblo pecinta Hun cantik
😘😘


















"Bae, aku kangen kamu tapi Karin butuh aku, " ucap seorang lelaki berperawakan gagah itu.
Sementara lelaki cantik satunya cuma tersenyum tipis.

"Pulang aja. Lagian Karin lagi hamil. Pasti dia butuh kamu, " jawabnya.

Heeseung, lelaki gagah itu bergeming. Ia malah memeluk tubuh ramping lelaki cantik itu erat. Tak lupa pula dengan sicantik yang lebih muda. Ia elus pelan kepala Heeseung yang berada di dadanya. Terbesit rasa bersalah yang amat kentara.

"Hee kamu pulang aja, " perintah si cantik.

Heeseung mendongak menatap manik cantik yang lebih muda. Ia tujukan wajah menelasnya. Sunghoon-sicantik cuma mendengus.

"Kalo kataku mending kamu pulang aja Hee. Sekarang bukan aku prioritas kamu, " ucapnya lagi.

Heeseung cuma mengalihkan pandangannya. Tak mau menatap Sunghoon.

"Bukan cuma Karin yang butuh Hee. Anak yang didalam perut Karin juga butuh ayahnya. Lagian aku cuma yang kedua kan dihidup kamu? " Sunghoon berucap dengan mata tajam.
Jemari lentiknya membawa wajah tegas Heeseung supaya menatap hazelnya.

"Denger Hee. Kamu sekarang udah punya istri dan bakal punya anak. Lepasin aku Hee. Dari dulu juga aku cuma jadi yang kedua kan buat kamu? " Sunghoon melembutkan tatapannya.

"Tapi anak itu bukan anak aku Hun! " suara Heeseung sedikit meninggi.

Kedua tangan Heeseung menggenggam lengan putih Sunghoon.

"Apapun itu kamu yang jadi suaminya sekarang. Aku cuma yang kedua buat kamu Hee! " Sunghoon ikut meninggi.

Ada rasa sakit yang terpancar dimata hazel Sunghoon. Netra coklatnya menatap Heeseung tajam.

"Sunghoon! Jangan bicara orang lain saat kita berdua! "

"Lo gila anjing! "

Sunghoon berteriak didepan muka Heeseung seraya mendorong tubuh lelaki itu menjauh serta melepas genggaman tangan Heeseung.

"Sunghoon jangan buat gue marah! " Heeseung menarik kaki Sunghoon cepat sebelum lelaki cantik itu turun dari kasur.
Dengan mudah Heeseung buat Sunghoon tunduk dihadapannya.

"Lo gila Heeseung! Kalo lo tau itu bukan anak lo kenapa lo mau nikahin dia bajingan!" Sunghoon berteriak seraya memukul dada keras lelaki itu.

"Apa?! Lo mau bilang terpaksa?! Alah lo itu muna anjir! Kalo lo udah nggak sreg harusnya lo tolak tu cewek! Lagian dari jaman kita pacaran prioritas lo itu Karin bukan gue! " Sunghoon berteriak lagi ketika melihat Heeseung hendak bicara.

Heeseung cuma diam mendengarkan. Tak lama ia dengar tangis lirih Sunghoon. Lelaki itu menangis seraya mundukkan kepala dengan menempel didepan fabrik pakaian Heeseung. Pukulan tangan Sunghoon juga melemah.

"Gue sakit Heeseung. Gue sakit disini. Lo selalu mentingin Karin tapi lo cari gue saat butuh doang. Lo kira gue apa? Gue pikir lo peka kalo gue tersiksa disini tapi nyatanya nggak. Bahkan lo dengan entengnya bilang bakal tanggung jawab buat Karin saat dia nangis hamil didepan muka gue. Tapi lo bilang nggak mau lepasin gue? Gue makin sakit Heeseung. Terus lo pikir gue baik-baik aja? Nggak gila! Ibu lo Heeseung. Dia yang bilang gue nggak pantes hadir dihidup lo. Harusnya gue nggak ada buat lo! Harusnya gue nggak jadi orang ketiga lo sama Karin! Arghhh gue benci itu Heeseung!! " Sunghoon berteriak marah.

Emosinya terungkap. Bahkan sekarang Heeseung hanya bisa terdiam. Perlahan Sunghoon turun dari pangkuan Heeseung. Lelaki itu kemudian turun dari ranjang besar itu seraya menatap Heeseung dengan pandangan lemah.

"Kita putus Heeseung, " ucap Sunghoon.

Heeseung terkejut dan ikut berdiri menatap si cantiknya. Sementara Sunghoon berusaha mengalihkan pandangan kearah lain. Tidak mau menatap Heeseung. Ia tidak mau terlihat lemah untuk lelaki yang selama ini berikan cinta dan kasih sayang untuknya.

"Bae, kita bisa bicarain ini baik-baik. Aku bakal cerai-" ucapannya terputus.

"Stop Heeseung! Gue nggak mau dapet cap pelakor dari ibu lo! "

"Tapi-"

"Keluar! Lo tau kan dimana pintu keluarnya? Stop temuin gue buat selamanya! "

Heeseung terdiam lesu. Sepertinya memang harus begini. Lelaki gagah itu melangkah dengan pelan keluar dari kamar serta apartemen mewah sang kekasih. Bahkan ketika ia menutup pintu kamar yang terakhir kali, Sunghoon enggan menatapnya.

Bukan. Bukan ini yang Heeseung mau. Melepaskan Sunghoon demi perempuan yang ibunya sukai. Tapi Heeseung juga bodoh memberikan ekspetasi berlebih pada sang ibu hingga sangat membela Karin apapun yang terjadi.

Bahkan hingga memberi cap orang ketiga kepada pacar aslinya. Wanita itu sangat senang ketika Karin akan menjadi menantunya walaupun janin yang ada diperut perempuan itu bukanlah anak Heeseung. Bahkan karena terlalu sering memasang garda terdepan untuk Karin, dengan mudah Heeseung berkata akan bertanggung jawab atas Karin dan lupa presensi Sunghoon sebagai pacarnya. Dengan enteng pula ia berkata pada Sunghoon bahwa ia tidak mau memutuskan Sunghoon dan tetap menjadi suami Karin.

Sunghoon yang saat itu juga tidak mau kehilangan pun mengiyakan saja karena ia pikir Heeseung adalah hidupnya. Namun Sunghoon salah. Setiap malam ia menangis merasa bersalah karena tetap menjadi pacar seorang yang sudah beristri.

Juga dengan kedua temannya yang berusaha menyadarkan Sunghoon dalam tipu daya Heeseung.

Sunghoon menangis. Akhirnya selesai. Selama ini ia tidak berani mengungkapkan ketakutannya pada Heeseung. Namun, malam ini akhirnya ia berani.

"Maaf Heeseung. Maaf. Tapi gue sakit kalo nggak nglepasin lo, " Sunghoon bergumam sebelum mematikan seluruh lampu apartemen dan berlindung dibawah selimut untuk kembali menangis.










Aaaa pendek banget
Dan tijel sekali ini
Oke 👋👋👋

Sunghoon CentricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang