Cw: mpreg, ABO
Mata hazel itu perlahan terbuka lalu mengerjap pelan bersamaan dengan dua orang -atau mungkin lebih mengucap syukur. Tak lama, pemuda tersebut menerima ciuman bertubi-tubi di wajahnya. Ia hanya diam dan memproses apa yang terjadi.
Laki-laki yang Sunghoon duga paling muda diantara mereka menggenggam tangan kanannya kemudian menciuminya. Lagi dan lagi Sunghoon terdiam. Mata bulatnya menatap lelaki muda itu dalam diam.
Oh tidak! Lelaki itu adalah dosen killer yang menjadi pembimbing skripsinya. Dosen Shim.
Dengan cepat, Sunghoon mendudukkan dirinya diatas kasur beludru tersebut. Karena gerakannya terlalu mendadak, kepalanya berdenyut. Ia juga tidak paham ketika perutnya ikut terasa nyeri. Ia mendesis kencang dan membuat beberapa orang di sana khawatir.
Lelaki yang Sunghoon panggil dosen Shim tersebut terlihat paling khawatir sampai memeluk tubuh rampingnya dan mengelus perutnya. Sunghoon menepis tangan tersebut . Ia pikir dosennya itu sudah lancang.
"Oh Sunghoon sayang, tidak boleh seperti itu pada suamimu, " lelaki tua berambut perak itu berteriak pada Sunghoon.
Sunghoon hanya menatapnya heran. Siapa lelaki itu. Namun lelaki disebelahnya menenangkan lelaki berambut perak tersebut.
"Sudah tenang, mungkin Sunghoon juga masih marah pada Jaeyoon karena masalah tadi. Lihat saja, bahkan menantuku sampai pingsan, " ucapnya.
Lelaki berambut perak itu menghela nafas.
Sunghoon menatap bingung. Matanya kembali berpendar. Oh tidak! Ia bukan berada dirumah sakit, melainkan di sebuah kamar yang bernuansa vintage. Pakaiannya pun juga bukan piyama beraksen bunga biru khas rumah sakit. Ia memakai kemeja sutra berwarna putih. Sedikit menyibak selimut dan ia hanya menemukan kaki putihnya yang hanya terbalut celana pendek berwarna hitam. Matanya kembali membola.
"Yak! Kau cabul! " tunjuknya pada dosen Shim.
Lelaki berwajah tampan itu mengerut. Ia kemudian ikut duduk di samping sicantik yang sedang melotot kearahnya.
Kedua tangan lentik itu digenggam oleh tangan besarnya.
"Sayangku, cintaku dan istriku tercantik aku suamimu bagaimana aku berbuat cabul padamu hmm? " ucapnya.
Sunghoon terkejut. Dosen galak ini suaminya. Ia menatap mata dosennya untuk meminta penjelasan.
"Aku tau kau pasti kecewa berat padaku. Tapi aku khilaf sungguh! Jangan buang cincinmu oke? " pintanya.
Sunghoon makin tidak paham. Di liriknya jari yang bertahta cincin berwarna putih dengan design manis dan elegan. Haaa oke kini otak kecil miliknya berkeerja. Oke jadi lelaki dihadapannya ini suaminya lalu yang berambut perak itu ayahanya? maybe. Dan lelaki paruh baya berjenggot itu ayah mertuanya. Oke lalu sekarang ia akan menebak apa yang dilakukan oleh suaminya ini hingga dia pingsan. Dan oh matanya menatap pada wanita yang terdiam disudut ruangan lain. Mungkin baru masuk? Entahlah Sunghoon tidak tau.
"Aku tidak akan buang cincin ini jika kau tidak mengulanginya, " Dosen muda itu mengangguk.
"Oh Miyeon-ssi sudah sampai. Silahkan periksa menantuku, " ucap lelaki berjenggot itu.
Keduanya menatap kearah wanita cantik tersebut.
"Tapi nyonya Shim-" ucapannya terpotong oleh lelaki berambut perak.
"Tidak masalah. Putraku baru saja siuman, "
Maka dengan canggung wanita itu melangkah mendekati pasangan muda tersebut.
Tanpa sadar Sunghoon mengeratkan tautan tangannya ketika wanita itu mulai mendekat. Keningnya berkerut. Sebelum dia bangun disini, wanita itu adalah kakak tirinya. Kelakuannya sama sekali tidak membuat Sunghoon merasa senang. Bahkan tak jarang perempuan itu yang menjadi pelaku perundungannya.