Sean dan Jay melotot ketika mendengar keputusan final orang tua Jay.
"Nggak! apa-apaan deh! Jay nggak mau ya nikah sama Sean! "
"Om plis deh. Kita udah jujur ini. Kita cuma mabuk semalem terus tidur bareng. Nggak ada yang salah ih! " Sean ikut merengek pada ayah temannya itu.
"Kalo kalian cuma mabuk nggak mungkin tuh tidur berdua terus pakaiannya ilang satu, " ucap nyonya besar Wangsa, ibunda Jay.
"Aduh ma, kan udah liat sendiri kalo kita cuma tidur pelukan doang. Lagian nggak ada yang aneh kan sama tubuh kita, " Jay masih mencoba bernego.
"Alahh bohong tuh. Mana ada cuma tidur kalo lu nya cuma pake celana terus si Sean pake kemeja ampe sepaha. Gila lu mau bohong. Bilang aja udah semalem sampe mana, " duh ini lagi si tuyul malah ngomporin.
Muka Jay sama Sean udah sepet banget. Mereka ini udah jujur. Lagian si Seno-adiknya Jay mulutnya nggak bisa diem. Ini lebih mending sih. Coba kalo yang ikut si Danny, bisa lebih abis lagi dia.
"Tante, Sean udah jujur ini. Nggak perlu dinikahin, plis jangan bilang mami sama papi, " Sean memohon pada nyonya Wangsa agar tidak jadi menikahkan mereka.
"Aduh Sean tante minta maaf, tapi papanya Jay udah bilang ke orang tua kamu, "
Sean melongo.
Gila!
"Selamat bro! Udah nikah aja lu. Besok pas wisuda enak dong, " Terry, teman sepertongkrongannya itu menyalami Jay dengan senyum mengejek.
"Udah gila emang tu orang tua, " masih belum Terima juga dia.
"Ya nggak apa. Lulus punya istri lu, " ujar lelaki pendek itu tertawa.
Kemudian Terry menyelipkan sebuah kotak kedalam saku jas Jay. Lelaki pirang itu turun mimbar sambil tertawa merangkul temannya yang lain.
"Widihhh Xiao Lee udah punya suami. Berarti besok nggak minta jajanin dong sama mamas, " suara berat Ethan Lee, kakak Sean terdengar.
Lelaki berambut pirang gelap itu tersenyum kearah adiknya. Ia memeluk Sean erat sambil mengecup pucuk kepala adik kecilnya.
"Huhuhu mamas..... " mata Sean berkaca-kaca.
Sean menangis dibahu kakak satu-satunya.
Ethan tentu kewalahan. Ia tak mengira jika Sean akan menangis. Maka dengan tawa kecil Ethan membawa Sean menatap matanya. Dengan kalem, lelaki yang lebih tua tiga tahun itu mengelap air mata Sean.
"Udah dong. Masa adeknya mamas nangis sih si pesta nikahannya. Kebalik harusnya mamas yang nangis, " ucap Ethan.
Sean sudah berhenti menangis. Ia masih tersedu-sedu sedih.
"Huhuhu pokoknya ini salah Jay hiks.... " Ethan kembali memeluk adiknya.
Sementara si Jay udah ngerutin keningnya. Apa sih. Lagian kan ini salah mereka berdua. Kenapa seolah cuma salah dia. Emang skripsi sialan."Hushh nggak boleh gitu ah. Udah ya terima aja. Sekarang udah jadi nyonya Wangsa. Porotin aja ntar suami kamu, " Ethan terkekeh.
Sean masih tersedu.
"Jangan ajarin adek lo yang nggak bener deh bang. Belum jadi suami aja udah diporotin gue, " Jay berdecak dan membalas perkataan Ethan.
Si rambut pirang tertawa lebar lalu menepuk pundak Jay pelan.
"Sorry ya. Emang ini bocah nyusahin. Tolong jangan dibuat susah lagi hehehe, " lelaki itu nyengir lalu memeluk tubuh besar Jay sebelum turun mimbar.