Byun Euijoo
Nama yang tersemat dalam Id card-nya. Tali berwarna biru tua itu melingkar apik dilehernya menjuntai hingga sebatas perut.
Pemuda bersurai cokelat itu berjalan elegan dilorong rumah sakit. Mata tajamnya sesekali melirik berbagai pemandangan yang tersaji didepannya. Bibir tebal plumnya melengkung keatas ketika orang yang melihat menyapanya.
Salah satu tangannya dimasukkan kedalam jas putih serta tangan lainnya membawa berkas-berkas pasien. Langkah kaki berbalut pantofel hitam itu berhenti disebuah ruang dengan pintu bercat coklat tertera nama Wang Sunghoon. Lelaki tegap itu menghembuskan nafas pelan kemudian mengetuk pintu tersebut.
"Masuk!"
Sahutan dari dalam membuat lelaki itu membuka pintu dan memsukinya secara perlahan.
Wangi jeruk menyebar begitu si pemuda Byun itu memasuki ruangan sang dokter bedah.
Wajah mungil berhias mole cantik tersebut mendongak untuk melihat siapa yang datang. Ia sedikit mengembuskan nafas ketika tau siapa yang menemuinya.
"Ada apa Euijoo-ssi? " tanyanya dengan nada setenang mungkin.
Euijoo terdiam beberapa saat. Bibir tebalnya membentuk senyuman tipis serta mata yang ikut melengkung lucu. Lelaki itu mendudukkan dirinya didepan Sunghoon yang sedang berkutat dengan berkasnya.
"Hanya memberi tau kalau 2 jam nanti kita ada operasi," jawabnya.
Sunghoon menaikkan satu alisnya.
"Kenapa tidak memberi tau lewat telepon saja?" tanyanya ketus.
Euijoo hanya tersenyum tipis. Satu tangannya terangkat hendak mengelus surai yang lebih muda namun ditepis secara halus oleh Sunghoon dengan alibi mengambil permen ditoples mejanya.
Lelaki bersurai cokelat itu tersenyum masam. Ia menarik kembali tangannya.
Sunghoon membuka bungkus permen tersebut dan memakannya dengan santai.
"Katakan saja apa maumu sebenarnya Byun Euijoo, " ucap Sunghoon dengan penuh penekanan.
Raut wajah Euijoo menyendu. Sedangkan Sunghoon menatapanya dengan perasaan tak bersalah sedikitpun.
"Sunghoonie apa memang tidak ada kesempatan untukku?" tanyanya serius.
Sunghoon dengan tegas menggeleng. Matanya memutar ketika tau kemana arah Euijoo berbicara.
"Sudah kukatakan aku tidak bisa Joo-ya,"
"Tapi hyung,"
"Wae? Kau mencintaiku kan?" Euijoo mengangguk.
Tatapan Sunghoon berubah menyendu.
"Biarkan aku bahagia dengan pilihanku sendiri," ucapnya lirih.
Matanya sedikit berkaca-kaca membuat Euijoo sedikit merasa bersalah namun juga merasa bahagia melihat ekspresi Sunghoon saat ini.
"Aku mencintainya Joo-ya," ucap Hyunsuk semakin lirih dengan sedikit isakan.
Ia menatap Euijoo penuh harap. Tak lama kepala mungil itu tereletak diatas meja dengan isakan lumayan keras. Euijoo yang panik serta merta berdiri lalu memeluk Hyunsuk.
Leleki yang lebih muda tersebut tidak menolak, namun juga tak membalas pelukan tersebut.
"Please, lupakan aku dan carilah orang lain," mohon Sunghoon dengan penuh harap.
Euijoo menggeleng pelan dengan wajah datar.
"Aku tidak bisa Sunghoonie," balasnya lirih.
Euijoo melepas pelukannya dan meninggalkan Sunghoon dengan tangisan pilunya. Lelaki itu membanting pintunya ketika keluar membuat Sunghoon mengeraskan tangisnya. Lelaki manis itu menutup mulutnya menggunakan tangan agar tangisnya teredam.