Malam beranjak mengitari peraduannya semenjak senja kembali terlelap dalam pelukannya. Sinar rembulan mulai mengintip dari balik jendela. Ada kelembutan dalam pendarnya yang pucat.
Namun, kesunyian itu jelas sekali terasa disaat sendiri itu datang menjelma. Ada gurat kegelisahan diraut wajah tampan Rian. Begitu pula kelelahan itu sepertinya mulai menyesakkan dada sampai akhirnya dia tidak sanggup lagi menatap langit- langit kamarnya yang buram.
Sama sekali tidak ada kekuatan yang sanggup meredam kegalauan jiwa ketika tiba-tiba saja dia merindu.
"Benarkah aku merasakan cinta itu lagi?" gumam Rian.
Sepertinya ia masih tidak percaya dengan apa yang tengah berkecamuk dalam hatinya.
Ini untuk kesekian kalinya pertanyaan itu mengganggu kesendiriannya, dulu sekali dia pernah merasakan perasaan yang sama.
Namun, akhirnya rasa itu berangsur- angsur menghilang seiring berlalunya waktu, bersamaan dengan perginya seseorang yang pernah sanggup menoreh rasa cinta itu sebelum bisa terucapkan. Tetapi kini, perasaan aneh itu kembali lagi mengganggu kesendiriannya, dan itu terasa cukup indah.
Dia mulai merasa bahagia itu ada, karena itu dia tidak ingin apa yang membuatnya merasakan kebahagiaan itu hilang tak berbekas bagai dulu lagi. Dia berharap bisa lebih dekat lagi dengan sosok yang sepertinya mulai dirindukannya.
Dia berharap bisa mewujudkan kebahagiaan itu lebih nyata lagi di hatinya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menghempaskannya cukup keras.
"Aku ingin merasakan kebahagiaan ini lebih lama lagi." Dia berucap sambil menghempaskan tubuhnya di atas kursi.
Dia bersandar dan menyilangkan jemari tangannya di belakang kepala. Beberapa saat lamanya, sampai akhirnya dia tergerak untuk mengambil sebuah buku mungil yang terselip diantara tumpukan buku-buku di atas rak kecil di dekatnya.
Ternyata sebuah diary. Dalam diary inilah dia pernah menumpahkan segala rasa di hatinya dengan bahasa kerinduan, kesunyian dan terkadang bahasa sendu dalam penggalan waktu yang terlah terlewati. Sudah lama sekali dia tidak mempedulikan
goresan-goresan dalam buku mungil itu. Selama kebekuan itu pernah mendera hatinya. Dan kini, sedikit demi sedikit mulai mencair oleh sebab sebuah tatapan bening di balik keanggunan yang tertata apik pada sebentuk wajah jelita.
Dia mulai merasakan rindu lagi, dan saat keheningan itu ada, dia ingin menuangkan perasaan itu dalam diary mungilnya. Dia mulai menulis.
Ry... akankah masa itu berbicara lain tentang rasa dalam hati, disaat sekelebat wajah itu memancarkan keanggunannya. Aku merindu dalam sendiri. Sepi pun seakan mempunyai arti dan kian menepi.
Bukan lagi berwujud jelaga ataupun angin di musim semi yang begitu saja datang dan pergi dan tak kembali. Sudah cukup lama sepi itu menoreh
kegelisahan dan kesenduan. Gejolak jiwa dan keterbuangan kian menganga. Selama itu pula hening menjadi kidung pelipur lara. Rasa suka membias di sela-sela bayangan senja, lalu menghilang dan tak pernah lagi sanggup menghadirkan kekaguman.
Apalagi saat merindu sampai tiba waktunya di hari itu, ketika dia ada datang menggores warna yang berbeda di dalam jiwa meski hanya sejenak saja.
Sejenak Rian menghentikan torehan penanya. Bukan karena tak ada lagi kata, atau bukan pula aksara-aksara itu telah kehilangan makna untuk membahasakan rasa di dada. Tapi, sepertinya rembulan malam semakin menggoda dengan secercah sinarnya yang terlihat dari balik jendela.
Dia tersenyum, sekali lagi dia tersenyum, karena sepertinya rembulan tengah tersenyum kepadanya. Dia ingin menulis lagi seiring sapuan angin malam tapi tangannya tertahan karena mendengar handphonenya berbunyi nyaring.
Dia mengambil handphone itu dan melihat siapa yang meneleponnya saat itu.
Siapa yang menelpon disaat jam menunjukan sudah malam?
______________________________________Heyyo Semua
Vale datang dengan chapter ke 2
SEMOGA SENANG DAN SUKABtw Ada 2 Tokoh Lagi Ni!!
~~~
Qadriya Ouarda
Diolas Davindra
~~~
Yups Terkurang Terlebih
Gpplah Ya (belom gajian) -_TERAKHIR JANGAN LUPA
VOTEEE AND KOMEN🔪😊💗💗💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Your Lover
Teen FictionAda kisah yang perlu diceritakan dengan kelembutan. Ketika rasa itu begitu saja menelusup ke dalam relung hati. Berpendar dengan cahaya berkilauan menerangi setiap dinding jiwanya. Sepertinya sepasang matanya memancarkan kekaguman yang amat dalam. K...