Menghabiskan waktu bersama Arda membuat Rian melupakan kembali janjinya pada Feylie. Begitu tiba di rumah, mamanya memberi tahu berapa kali Feylie mencoba menghubunginya lewat telepon tapi tidak pernah nyambung.
Bisa saja Rian membuat seribu satu alasan untuk menyakinkan Feylie. Tapi itu tidak akan mungkin sanggup dilakukannya setelah dia berjanji untuk menemani Feylie dan tidak perlu membuatnya menunggu lagi.
Satu hal lagi yang pasti akan membuat Feylie kecewa, dia terlanjur percaya pada Rian sehingga membuat kekecewaan di hatinya lama-lama reda dan menghilang karena keberadaan Rian lebih berarti ketimbang memelihara rasa kecewa yang hanya bisa membuat sesak di dada.
Tapi, apakah selamanya Feylie akan bisa menghibur diri seperti waktu-waktu lalu dan seolah-olah tidak mempedulikan kalau Rian sudah pernah berjanji, lalu mengingkari janji itu. Ternyata kali ini Feylie merasa sangat kecewa dan itu cukup dalam menggores di hatinya.
(Feylie peluk jauh untuk kamu)."Maafin aku, Fey... aku..." Rian tidak sanggup meneruskan kata-katanya ketika dia melihat Feylie sendiri di taman kecil disamping rumahnya.
Begitulah Feylie seringkali melewati waktu sendirinya di taman itu. Dia membiarkan apa yang dirasakannya terbang dan menjauh bersama harum semerbak bunga setaman.
Dia sering melakukan itu, karena dengan begitu kegundahan dalam hatinya terasa tidak begitu menyayat. Sendiri seperti itu bukanlah keinginannya, karena itu dia berharap Rian tidak melupakan janjinya untuk menemani dirinya dalam waktu yang pasti akan sangat membuatnya bahagia."Nggak ada yang perlu dimaafin. Lagian kamu juga nggak salah kok, tapi aku yang salah karena terlalu berharap kamu ada buat aku," ucap Feylie seperti berusaha tidak mempedulikan kenyerian di hatinya.
Ternyata kekecewaan itu sanggup menoreh nyeri dan membuat perih.
"Sekarang aku ada buat kamu." Rian berusaha membuat suasana yang terasa dingin saat itu menjadi lebih nyaman.
Dia berusaha melakukannya sebisanya, tanpa ada keinginan untuk mempermainkan kata-kata indah karena saat seperti itu tidak membutuhkan kata-kata indah.
"Tapi untuk apa?" tanya Feylie dengan acuh.
"Aku ingin menjelaskan sesuatu ke kamu." ujar Rian sedikit kelu akan situasinya dengan Feylie.
"Nggak ada yang perlu dijelaskan." ucap Feylie
***
Feylie merasa cukup lama menunggu, tapi disaat kesempatan untuk kebersamaan itu tiba, dia malah merasa enggan sekali untuk melewatinya. Dia ingin sendiri, Karena bahagia itu nyaris tidak ada sama sekali.
Dia menatap dedaunan yang mulai menguning, layu dan akhirnya mengering yang bertengger diranting-ranting kembang kertas. Hanya tinggal menunggu waktu, daun-daun itu akan jatuh berguguran dipermainkan angin musim kemarau.
Dia merasakan hal itu sama seperti keberadaan dirinya yang beberapa kali mencoba untuk terus tegar ketika menunggu akan tiba masanya Rian menemaninya dengan kebahagiaan yang utuh. Tapi ternyata ketegaran itu akhirnya luluh juga karena harapnya hanya bisa sebatas harap.
Diliputi kebingungan, Rian tidak tau harus mengatakan apa.
"Tentu saja ada, Fey... tapi bagaimana aku menjelaskannya padamu." ucap Rian agar Feylie mendengarkan nya.
"Sudahlah. Aku ingin sendiri, itu kalau kamu nggak ngerasa keberatan." Feylie membuat keputusan dengan keadaan yang sangat tidak diinginkan saat itu.
Dadanya kian sesak ketika.mendengar ketidak berdayaan Rian untuk memberikan penjelasan apa sebenarnya yang terjadi sampai Rian seakan tidak peduli lagi pada dirinya.
Bagaimana mungkin dia akan terus berharap akan hadirnya perhatian lebih dari cowok itu disuatu saat nanti kalau untuk menemaninya saja Rian tidak ada waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Your Lover
Teen FictionAda kisah yang perlu diceritakan dengan kelembutan. Ketika rasa itu begitu saja menelusup ke dalam relung hati. Berpendar dengan cahaya berkilauan menerangi setiap dinding jiwanya. Sepertinya sepasang matanya memancarkan kekaguman yang amat dalam. K...