4

47 28 100
                                    

Kesejukan udara di pagi hari ini membuat Rian teringat sapuan angin tadi malam. Suasana hatinya secerah mentari pagi. Menghangat, menggoda kelopak-kelopak bunga yang masih kuncup, sampai akhirnya kebekuan menghilang seiring mengeringnya sisa-sisa embun pagi hari.

Rian menghabiskan waktu di pagi itu di taman sekolah. Dia lebih tertarik menyaksikan kupu-kupu yang berterbangan mengitari bunga-bunga di taman itu.

Mereka tak jauh berbeda seperti peri-peri mungil yang tengah memamerkan keindahan tarian dengan kepakan sayap-sayap kecil. Hinggap dari dahan bunga yang satu ke bunga yang lain. Mereka terus bercengkrama di taman yang penuh mewangi itu.

Entah mengapa hati Rian tergerak untuk berlama-lama di sana. Mungkin saja karena suasananya terasa romantis yang dapat membuatnya teringat pada rasa rindu yang tiba-tiba saja ada. Dia tersenyum. Sepasang tangannya berusaha menangkap sepasang kupu-kupu yang hinggap di dekatnya.

Namun, keinginannya terhenti disaat matanya menangkap sosok seseorang gadis yang pernah dilihatnya.

"Bukankah itu cewek yang aku lihat di taman kota?" Rian bergumam.

Dia melangkah lebih mendekat ketempat di mana dia melihat gadis yang mampu membuatnya menahan rindu.

"Kenapa dia ada disini...? Apa dia sekolah disini?"

Beberapa pertanyaan lain terlintas di benaknya dan membutuhkan jawaban. Karena itu Rian tidak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga saat itu. Dia harus tau kenapa gadis itu berada di sekolahnya saat itu.

Sementara gadis itu berdiri tenang dan cukup anggun. Dia duduk di sebuah bangku dekat parkiran sekolah. Parasnya yang menawan menyita perhatian beberapa pasang mata. Namun dia tidak begitu peduli. Begitu juga disaat Rian mendekatinya dan kini berdiri tepat di dekatnya.

***

"Hai...," sapa Rian dengan nada penuh persahabatan.

Bicaranya terdengar sangat hati- hati karena tidak mau kehilangan kesempatan hanya gara-gara melakukan sebuah kesalahan. Sepasang mata bening itu melirik. Sebuah ekspresi keterkejutan terasa menggetar dalam lirikannya. Tak ada kata yang terucap.

Malah terlihat kekhawatiran memancar dari tatapan teduh itu meski sangat kecil. Gadis itu mengalihkan lirikannya seakan berusaha tidak menghiraukan orang yang berada di dekatnya.

"Apa aku boleh duduk?" tanya Rian meminta ijin dengan cukup sopan.

Gadis itu masih teridam. Sepertinya dia kehilangan kata-kata untuk diucapkan. Karena itu dia memilih membisu.

"Kalau nggak boleh, aku akan tetap berdiri kalau itu bikin kamu ngerasa lebih baik," ucap Rian

Ia mengerti kalau kehadirannya membuat gadis itu tidak nyaman. Dia terus berharap agar gadis itu tidak memintanya segera pergi karena merasa terganggu.

"Nggak ada larangan buat kamu duduk di sini. Inikan sekolah kamu. Jadi aku sama sekali nggak ada hak buat ngelarang kamu." Tegas gadis itu.

Kata-kata itu terdengar cukup merdu ditelinga Rian. Dia merasa seperti itu karena keanggunan gadis itu membuatnya kagum.

"Makasih." Rian segera duduk disebelah gadis itu.

"Jarang-jarang loh, ucapan seperti itu terdengar dari seorang cewek seanggun kamu." Basa basi dari Rian seperti bujangan lapuk.

"Oya..., biasanya seperti apa?" Tanya gadis itu

"Biasanya mereka akan mamerin muka jutek dihadapan orang asing kaya gini nih, hmmm...." Rian memelototkan matanya.

memberi contoh bagaimana ekspresi wajah seorang gadis manis yang nggak rela didekatin cowok reseh karena merasa terganggu. Sejenak gadis itu tersenyum dan terlihat sangat manis di mata Rian.

"Aku Brian Erasmus..., panggil aja Rian" kata Rian menyodorkan tangan memperkenalkan diri.

Dia merasa senyum kecil yang tersungging dari bibir gadis itu sebagai lampu hijau kalau gadis itu tidak akan keberatan dia menyebutkan namanya. seketika hilang dari paras

Rona keakraban cantik gadis itu ketika Rian yang masih asing di matanya memperkenalkan diri. Kemudian sepasang matanya tertuju pada tangan Rian yang masih mengangsur membuat Rian jadi ragu dan rikuh.

Leave Your Lover Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang