"Untung saja tidak ada orang yang melihat kita," ucap Rian setelah mencermati keadaan sekeliling mereka.
"Memangnya kenapa?" tanya Arda menghentikan tawanya.
"Aku khawatir orang-orang akan mengatakan aku bersama orang gila saat ini." jawab Rian.
"Hmmm, kamu itu yang gila," geram Arda mengejar rian yang lebih dulu menghindarinya.
Sejenak mereka berkejaran dalam keceriaan yang tidak tertahankan. Kemudian mereka berhenti setelah merasa lelah, setelah Rian sengaja tidak menghindar lagi dari kejaran Arda yang membuat gadis itu tidak bisa lagi mengelak untuk menabraknya.
Mereka tidak sengaja bersentuhan, Mereka dapat merasakan getaran yang menggoda. Sejenak kemudian Rian tergerak untuk mengusap peluh di wajah cantik Arda, membuat Suasana terasa mendebarkan bagi Rian.
"Maaf, wajah kamu berkeringat," gumam Rian terdengar lirih di telinga Arda.
Tangannya mulai bergerak mengusap peluh di kedua pipi yang memerah itu.Arda tidak mampu lagi mengucap sepatah kata pun selain merasakan kelembutan dan keikhlasan. Jarang sekali seorang pria memperlakukannya seperti apa yang tengah.
dilakukan Rian lakukan, jujur dia tersentuh."Sekarang sudah selesai," ucap Rian masih menatap sepasang mata indah milik Arda. Dia tersenyum.
"Inilah alasannya kenapa aku ada disini saat ini." Arda melirik Rian.
"Aku sengaja kesini mencari kamu karena aku tau kamu paling bisa memperlakukan wanita hingga mereka merasa bahagia saat bersama kamu. Aku merasakan itu Setidaknya inilah suasana yang aku rindukan selama ini." jelas Arda tampa malu.
Tidak begitu percaya, Rian merasakan kegelisahan kecil di hatinya. Kata-kata Arda begitu saja membuatnya teringat seorang Feylie yang saat ini entah dimana. Boleh saja Arda menggambarkan perasaannya dengan kata yang telah diucapkannya dan Rian juga menyukai hal itu.
Tapi, disaat Rian teringat kembali pada Feylie, dia sempat berfikir kalau apa yang didenganya itu tidak sepenuhnya benar karena dia tidak begitu sanggup menghadirkan keindahan itu bagi Feylie. Mungkin saja Feylie mulai membencinya saat ini.
Mungkin saja Feylie pergi karena sengaja menghindarinya karena kemarahan di hatinya. Mungkin saja dia tidak begitu bisa menghargai perasaan seseorang yang selama ini terus dekat dengannya, bahkan kerap kali bersamanya. Semuanya begitu saja terpikirkan di benak Rian. Dia merasa gundah.
"Kenapa kamu malah terdiam?" tanya Arda menangkap perubahan pada diri Rian.
Secepat mungkin Rian berusaha keras melupakan semua pikiran-pikirannya tentang Feylie. Dia harus menyadari kalau ada waktunya dia harus memikirkan Feylie. Tapi bukan sekarang saatnya, karena saat ini dia tengah bersama Arda. Kali ini, dia harus bisa menghadirkan hatinya dengan utuh bersama Arda, kalau tidak menginginkan adanya kesalahan yang tidak pernah terpikirkan.
"Syukurlah kalau kamu merasa bahagia karena aku juga dapat merasakannya. Bersamamu adalah waktu yang aku rindukan." Inilah kata-kata yang cukup tepat untuk menghilangkan tanda tanya di benak Arda.
"Begitukah...?" kata Arda ragu.
"Memang begitulah adanya," ujar Rian pasti.
"Tapi sekarang kerinduan itu pergi entah kemana" Rian sambung berucap lagi
"Loh, memangnya kenapa?" tanya Arda bingung.
"Karena kamu ada disini, saat ini hingga menyebabkan rasa rindu itu malu-malu untuk menghampiri." jelas Rian sedikit pelan namun masih terdengan oleh Arda.
"Ah, kamu bisa saja." Arda tersenyum senang.
"Aku nggak yakin apakah besok-bosok kamu akan mengatakan kalimat-kalimat indah seperti hari ini." ujar Arda seolah berharap ada hari esok untuknya dan Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave Your Lover
Teen FictionAda kisah yang perlu diceritakan dengan kelembutan. Ketika rasa itu begitu saja menelusup ke dalam relung hati. Berpendar dengan cahaya berkilauan menerangi setiap dinding jiwanya. Sepertinya sepasang matanya memancarkan kekaguman yang amat dalam. K...