Chapter 24

1.5K 55 0
                                    

★★★

11.14 WIB

"Mama."

"Caya..."

"Mama tidak ingin makan lagi, kalian berhenti lah memaksa Mama."

"Ada yang ingin Anna tunjukkan padamu."

Cahaya tetap membelakangi Anna dan Damar.

"Mama sedang tidak ingin."

"Mama..."

Cahaya langsung berbalik, dibelakang Anna dan Damar berdiri Gavin dan Aura. Cahaya langsung berlari mendekat pada Aura, memeluk anak yang sangat ia rindukan. Aira mata Cahaya mengalir bahagia, karena baru saja mendengar Aura memanggil nya Mama.

"Arra...ini benar kamu sayang? Putri ku..."

"Mama"

"Benar, aku Mama mu, aku ibu kandung mu..."

"Maaf..."

"Tidak tidak, kamu tidak salah sayang, Mama yang bersikap kasar padamu, maafkan Mama...Mama berjanji akan selalu menyayangi mu."

Aura tersenyum menatap Cahaya, hatinya terasa nyaman berada didekat Cahaya. Aura melupakan semua hal yang terjadi, meskipun tetap saja ia tak bisa menghilangkan kesedihannya saat mengingat bayinya yang tiada.

"Arra." Damar mencoba untuk memanggil Aura. Aura menoleh, menatap ramah pada Damar.

Dia ayahku.

"Ayah..?"

"Sayang, panggil dia Papa."

"Papa...ingin memeluk ku?"

Tanpa menjawab Damar berganti memeluk Aura lembut, tidak seerat Cahaya karena merasa tubuh Aura terlalu rapuh untuk di rangkul kuat. Ia tak ingin menyakiti putri bungsunya. Merasa iri dengan kedua orang tuanya, Anna ikut memeluk Aura.

Gavin dan Cahaya hanya melihat mereka bertiga dengan senyum tenang.

Akhirnya putri ku menerima ku sebagai ibunya? Aku sangat bahagia...

Istriku, dia sangat mudah memaafkan orang lain.

***

18.20 WIB

"Aurora, apa kita tidak pulang sekarang?"

"Sebaiknya kalian menginap disini. Mama masih ingin bersama Arra." Anna menjawab pertanyaan Gavin.

Aura dan Cahaya fokus melihat-lihat foto album. Seharian Cahaya menempel pada Aura, membuat Gavin harus memberi mereka waktu untuk berdua. Gavin mengerti, ia membiarkan Aura asalkan istrinya bahagia. Namun Gavin sedikit takut jika Aura kelelahan.

"Anna benar Gavin, sebaiknya kalian menginap disini." Ucap Cahaya.

"Bagaimana jika ayah mencari Aurora?"

"Aku ayah kandung nya, aku sudah mengirimkan pesan pada Georgio. Dia mengizinkan kalian untuk menginap."

"Pa-"

"Papa, jangan memanggilku paman lagi."

Gavin merasa canggung. Anna menertawakan Gavin dalam hatinya. Anna lega melihat Cahaya yang lebih baik setelah kedatangan Aura, bahkan Cahaya tidak merasa pusing meskipun badannya masih terasa hangat. Melihat kedekatan Aura dan Cahaya, Anna sama sekali tidak merasakan iri. Ia senang adiknya kembali, keluarga nya lengkap seperti dulu.

Karena merasa bosan, Gavin beranjak dari yang awalnya duduk bersama Damar, kini duduk tepat disamping Aura. Aura di himpit Gavin dan Cahaya.

"Kenapa?" Tanya Aura.

A U R O R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang