Bab 4 || Pembohong

441 26 5
                                    

♡♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


♡♡♡

Giana dan Jovan tinggal di kediaman elit milik keluarga Mahesa, yaitu marga dari mendiang kakeknya. Di rumah yang besar itu berisikan keluarga kecilnya, Ibu Ayahnya, beserta neneknya. Jovan merupakan anak bungsu, kedua saudaranya tinggal diluar pulau Jawa. Jadi bukannya tak mampu membeli rumah, tapi keluarga Jovan lah yang menyarankan kalau mereka sebaiknya menempati rumah luas itu bersama-sama.

"Kemana Giana?" Tanya sang nenek saat tak menemukan istri cucunya itu.

"Giana lagi nganter Ibunya berobat kalau ga salah." Jawab Ibu Jovan sembari berusaha menyuapi Jema sarapan.

"Mentang-mentang suaminya diluar kota, dia jadi seenaknya."

"Seenaknya gimana, bu?"

"Itu, nitipin anaknya. Harusnya ajak juga dong kalau mau pergi."

Ibu Jovan tersenyum kecil, dari dulu memang Ibunya ini selalu mencari celah kesalahan Giana. Entah sebab apa.

"Dulu juga Ibu gak keberatan dititipin anak-anak kalau aku ada urusan. Sekarang bagian anak dari cucu Ibu yang dititipin ke neneknya. Lagipula anak kecil kan gaboleh masuk Rumah Sakit."

"Beda. Dulu kamu kerja."

"Giana juga bakalan kerja kalau ga dilarang Jovan."

"Kamutuh.." gerutu sang Nenek tak terima saat ucapannya dibantah terus. "Harus tegas. Jangan mau dimanfaatin sama menantu."

"Lho, Ibu yang aneh. Aku ga merasa dimanfaatin sama menantuku. Giana sesekali ada urusan itu wajar, dia tiap hari ada dirumah. Apalagi niatnya baik, ngurus Ibunya sendiri. Ga tiap hari juga kan." Tutur Ibu Jovan berusaha memberi penjelasan pada mertuanya itu. Orang tua semakin tua memang semakin seperti anak kecil.

"Emang dia gapunya saudara lain? Perasaan dia terus yang nganter Ibunya berobat."

"Giana anak tunggal. Ibu lupa ya."

"Makanya punya anak jangan cuma satu, jadiin pembelajaran. Mau kapan dia hamil lagi? Jangan terlalu jauh jaraknya sama Jema."

Ibu Jovan hanya menghela nafas, selain selalu menyalahkan Giana, mertuanya ini juga selalu mengangkat topik tentang kapan Jema punya adik. Bahkan tak segan didepan keluarga besar. Dan tidak ada yang berani menjawab ataupun membantah.

"Terserah mereka. Kita gak usah ikut campur loh Bu."

"Loh kenapa gaboleh ikut campur? Cucu kamu itu penerus keturunan keluarga. Jadi selagi mampu ya harusnya ngasih keturunan lebih dari 1. Keluarga kita gaada yang anaknya cuma satu."

"Jovan Giana masih muda. Aku yakin mereka mampu, cuma waktunya aja belum pas."

"Kamu ini ngebela terus Giana. Gak tegas kamu sebagai mertua."

Ocehan demi ocehan terus nenek Jovan lontarkan. Sedangkan Ibu Jovan sudah tak aneh, karena bukan hanya sekali duakali mertuanya berucap tajam kepada dirinya dan Giana. Jadi apapun itu, tidak pernah ia ambil hati.

Scandal After MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang